“Gue rasa lo udah nggak butuh gue ajarin lagi,” Koment Tate ketika dia selesai mengajarkan bab terakhir tentang materi debat. “Mulai besok, gue cuma bakal ngenalin beberapa motion aja buat lo.”
“Sip,” Aku mengangguk mengerti.
“Kakak lo kemana?” Aku mendongak dari buku-ku, dan mendapati Tate menatapku penasaran.
“Pergi sama nyokap gue.” Jawabku datar, kemudian Tate bergumam ohhh dengan mulutnya. “Kenapa nyariin Mbak Maha?”
“Nggak boleh?” tanyanya kemudian, sambil mengelus bulu kucingku.
“Boleh aja sih, cuma aneh aja.” Jawabku akhirnya.
“Gue balik deh,” Tate berdiri dan memakai tas ranselnya, aku ikut berdiri. “Bisa titip pesen ke Maha?”
“Apa?” tanyaku aneh.
“Bilang sama dia, nanti malem jadi. Gue jemput dia jam 7,” Jadi apa? Aku menatap Tate dengan kening berkerut, “Lo bilang aja gitu, dia pasti ngerti kok.”
Aneh.. Belakangan ini mereka kelihatan sangat dekat. Malah aku baru tau kalau mereka sering berkomunikasi lewat ponsel atau media social. Aneh, aneh banget! Dan nggak Cuma aneh, tapi menyebalkan!!
“Yaudah gitu aja, bye” Dan Tate langsung meninggalkanku.
Sebenernya ada hubungan apa ya Mbak Maha sama Tate? Jangan-jangan, Mbak Maha beneran suka sama Tate? Tapi kan Mbak Maha masih cinta sama cinta pertamanya! Atau… Mbak Maha mau mutusin cinta pertamanya itu untuk Tate? Sial! Sekarang kenapa aku merasa sangat cemburu?!
Aku menunggu kedatangan Mbak Maha, tapi sampai jam 7 pun mereka belum pulang. Katanya Mama sama Mbak Maha Cuma mau pergi bentar, tapi kok lama banget? Eh ada suara mobil dateng. Aku langsung berjalan ke teras, dan mendapati mobil Tate terparkir manis di halaman rumahku. Dia menggunakan kemeja dengan lengan digulung hingga siku, kancing paling atas dibiarkan terbuka, dan rambutnya di highlight keren. Dia dandan begitu Cuma buat pergi sama Mbak Maha?!!
“Maha mana?” Tate bertanya begitu sampai didepanku. Samar tercium bau parfum khas yang selalu dipakai Tate.
“Orangnya belum pulang daritadi,” jawabku singkat. Tate kelihatan berfikir sebentar, kemudian menatapku dari atas sampai bawah.
“Kalo gitu lo ikut gue!” sahutnya langsung.
“Apaan sih? Kenapa juga gue harus ikut lo?” Tolakku mentah-mentah! Enak saja, masa nggak ada Mbak Maha guepun jadi? Idih, emangnya gue akar?
“Lo kan babu gue, jadi harus nurut sama gue!” Sial, dia benar juga.
“Yaudah! Tunggu bentar!” Sahutku ketus sambil masuk kedalam rumah dan berganti baju di kamar. Entah kenapa, aku merasa perlu untuk berdandan sedikit. Mungkin untuk menyamai penampilan Tate yang kelihatan high class banget. Aku keluar sekitar setengah jam kemudian, dan melihat Tate sudah mengobrol seru dengan Papa.
“Iya om, saya juga suka kucing. Di rumah ada sekitar 7 ekor,” Tate bergumam seru.
“Oh iya? Kamu yang merawatnya sendiri?” tanya Papa dengan antusias. Sepertinya Tate mudah sekali untuk masuk ke keluargaku hanya karna kucing. Aku mendengus sambil memasuki ruang tamu kemudian menyalami Papa. “Nah ini Hani sudah siap.”
“Iya om, kalau gitu kami pamit dulu ya?” Tate menyalami Papaku dengan sopan, senyum senantiasa terkembang di wajahnya. Aneh!!
“Jangan malam-malam pulangnya,” Wejangan Papa hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Karna dipastikan kami akan pulang malam, hallowww ini kan malam minggu!! Eh, ini malam minggu? Kalau gitu tadinya Mbak Maha sama Tate mau malem mingguan berdua dong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love 2 : Love Debate?
Teen FictionCopyright © 2014 by luthfia_AF Cover by kimberlyaurelia WARNING : CERITA BELUM DIREVISI SAMA SEKALI, KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN INFORMASI YANG TERMUAT DI DALAMNYA DIBIARKAN APA ADANYA. TERIMAKASIH UNTUK PENGERTIANNYA. Jangan dibaca kalo lo nggak...