Untuk kedua kalinya dalam hidupku, aku masuk ke ruang guru lagi. Oh ya ampun, kenapa aku benar-benar sial sekarang? Apalagi seperti minggu lalu, Mas Galang duduk disebelahku. Waaaa aku rasanya ingin sekali kabur!!
Bu Nela mengulurkan kertas padaku, dan aku menerima dengan kening berkerut. Setelahnya, aku hanya bisa menganga membaca isi kertas itu. Formulir pendaftaran lomba English debate yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada, dan diselenggarakan untuk seluruh SMA di DIY. Astaga, kepalaku pusing sekali sekarang.
“Lomba-nya sekitar akhir tahun, dan kamu masuk ke Tim SMA Harapan Bangsa Han.” Bu Nela bergumam dengan santai, sangat santai! Tidakkah beliau melihat wajah shock-ku? Akhir tahun? Lomba debate? Oh Ayolah.
Kepalaku benar-benar pusing sekarang, bisakah aku kabur sekarang? “Formulirnya kamu kumpul besok ke aku,” Cowok disampingku bergumam dengan wajah menahan tawa. Aku menarik nafas panjang sebelum mengangguk dengan lesu.
“Saya permisi dulu, Bu” Gumamku pelan, kemudian segera keluar dari ruang guru. Aaaaa rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya sekarang!!
“Itu lomba yang cukup bergengsi lho” Gumaman Mas Galang membuatku meliriknya penuh kebencian, “Sekolah kita selalu dapet juara tiap tahun, jadi lo bakal malu-maluin nama sekolah kalau sampe kalah.”
Uhh! “Aku nggak akan kalah!” Sahutku cukup percaya diri! Padahal dalam pikiranku terbayang beberapa aksi bunuh diri yang mungkin kulakukan.
“Kalo kamu kalah?” Dia menaikan alisnya menantang, “Berani bikin pernyataan kekalahanmu di sini?” Mas Galang menunjuk tempat kami berjalan, di tengah-tengah lapangan upacara. Aku mengerem mulutku yang mau menyetujui-nya hanya karna emosi sesaat. Cukup sudah aku mempermalukan diriku.
Akhirnya yang kulakukan hanya meninggalkannya pergi, sebelum emosiku terpancing olehnya.
“Oh jadi seorang Mihani Kurnia tidak berani?” Sabar Hani.. Sabar.. Jangan sampai kamu menghajarnya seperti menonjok Tate, jangan Han.. Biar gimanapun dia lebih tua!! “Penakut” APA?! Aku menoleh mendengar nada mencemooh dari cowok disampingku! Sial! Kalau begini, bisa-bisa aku menghajarnya beneran.
“DEAL!” Jawabku tanpa berfikir dan langsung meninggalkannya. Ya ampun, apa aku barusan bilang setuju? Menyetujui perjanjian bodoh itu? Aaaaa ada apa denganku? “Gimana kalau gue bisa menang?”
Mas Galang menaikan alisnya, senyum jail bertengger di wajahnya. “Lo mau gue ngelakuin apa? Gue sanggupi”
Apa? Aku memutar otakku dengan cepat, berharap mendapat pencerahan!
“Katakan dalam waktu 5 detik, kalau nggak.. artinya aku nggak harus ngelakuin apa-apa.” Dia menyebalkan! Sungguh! “Satu..”
Aduhhh, apa? Apa yang kira-kira membuatnya malu? Apa?! “Dua…”
Sial! Aku benar-benar tidak bisa berfikir kalau didesak seperti ini, “Tiga…”
Mamaaa, aku harus ngasih perjanjian apa? “Empat..”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love 2 : Love Debate?
Teen FictionCopyright © 2014 by luthfia_AF Cover by kimberlyaurelia WARNING : CERITA BELUM DIREVISI SAMA SEKALI, KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN INFORMASI YANG TERMUAT DI DALAMNYA DIBIARKAN APA ADANYA. TERIMAKASIH UNTUK PENGERTIANNYA. Jangan dibaca kalo lo nggak...