“Nggak usah pake nganter segala deh, kamu kan masih sakit!” Aku mendorongnya kembali ke tempat tidur dengan kesal. Kenapa sih cowok ini keras kepala banget?
“Aku nggak sakit!” Gumamnya bersikeras, membuatku semakin kesal.
“Nggak sakit?” Aku menaikan alisku dengan kesal, “Kalo nggak sakit, ngapain tadi makan pake disuapin segala? Hmm?” Tate tidak menjawab, malah berusaha berdiri dengan wajahnya yang pucat itu. Hhh, memang mengurusi cowok keras kepala begini harus ekstra sabar.
“Kamu keluar, aku mau ganti baju” Ucapnya sambil mendorong bahuku pelan. Aku tetap diam sambil bersidekap, menatapnya dengan pandangan kesal. Dia menghela nafasnya, “Ini udah malem, Hani.”
Aku tetap diam dengan posisi bersidekap dan tetap menatapnya kesal. Bibirku membentuk garis tipis, yang menurutku cukup untuk membuatnya mengerti apa yang aku mau. Beberapa saat kemudian, kulihat Tate menyerah. Dia menarik nafas panjang, kemudian mengangkat bahunya.
“Oke, aku nggak akan nganter kamu pulang” Ucapnya dengan nada terpaksa. Aku tersenyum cukup lebar padanya, kemudian segera memakai tas pinggangku.
“Aku pulang ya. Get well soon” Aku berbalik ketika tanganku mendadak ditarik dan tau-tau saja aku sudah berada dipelukannya. Badannya yang masih agak hangat, membuat seluruh tubuhku merasa nyaman. Namun jantungku yang malang, berdetak cukup hebat sekarang. “Jadi udah berani meluk-meluk?”
“Siapa yang meluk?” tanyanya dengan nada songong yang biasa dia berikan padaku. Hoho, ternyata dia sudah kembali menjadi Tate.
“Terus ini apa?” tanyaku dengan nada songong yang sama.
Dia mengeratkan dekapannya padaku, kemudian mendekatkan bibirnya ke telingaku. “Aku sayang kamu” bisiknya lembut.
Pipiku pastilah memerah sekarang ini. Andaikan saja aku tidak memikirkan harkat dan martabatku sebagai perempuan, mungkin aku tidak akan pergi sekarang dan memilih menginap disini. Lagi. Karna dirumahpun juga sepi, apalagi seluruh barang-barangku sekarang sudah asik bertengger manis di Singapura.
Hmm, aku jadi ingat kalau Mbak Maha belum memberiku kabar sama sekali. Kemarin, setelah meminta tiketku, Mbak Maha mengajak Mas Galang untuk mengobrol berdua. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan, tapi yang aku lihat, obrolan mereka diakhiri dengan pelukan dari Mas Galang. Setelah itu, Mas Galang berjalan tenang mengikuti Mbak Maha masuk ke dalam bandara.
Ahhh sepertinya kisahku benar-benar aneh ya? Bagaimana aku bisa dengan tenangnya menceritakan tentang ‘pacarku’ yang balikan dengan kakakku sendiri? Hahaha, aku jadi ingin tertawa sekarang.
“Han, kamu sakit ya?” Pertanyaan Tate itu membuatku mengerutkan kening.
“Yang sakit kan kamu, Tate? Masa kamu lupa?” aku bertanya balik dengan bingung.
“Terus kenapa kamu ketawa-ketawa sendiri?” Sial, jadi yang Tate maksud ‘sakit’ itu gila?!
“Biarin, suka-suka!” Ketusku sambil melepaskan diri darinya. Tate tersenyum geli, kemudian mengacak rambutku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love 2 : Love Debate?
Teen FictionCopyright © 2014 by luthfia_AF Cover by kimberlyaurelia WARNING : CERITA BELUM DIREVISI SAMA SEKALI, KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN INFORMASI YANG TERMUAT DI DALAMNYA DIBIARKAN APA ADANYA. TERIMAKASIH UNTUK PENGERTIANNYA. Jangan dibaca kalo lo nggak...