Epilog - Love Debate?

1.9K 132 13
                                    

HAI, HALLO!

Maaf karena tiba-tiba republish part ini. Karena terlalu lama vakum dari wattpad, aku baru tahu ternyata sistem private part udah nggak ada ya di wattpad? Hehe, kudet banget ya aku. Nah, karena semua part yang diprivate otomatis langsung ke draft, aku akan reupload beberapa part di cerita-ceritaku yang masuk draft ya! Terimakasih :)


Enjoyed~

"Kalian udah pacaran berapa lama, Hani?" pertanyaan Mama Tate itu membuatku memutar otak untuk mengingat-ingatnya. Entah kenapa, Mama Arini tiba-tiba memintaku untuk datang ke rumah setelah pulang kuliah

"Sekitar 4 tahunan, Ma" Aku menjawab setelah berhasil menghitung, kemudian mendongak menatap wajah Mama Arini yang sudah tidak muda lagi, tapi masih terlihat sangat cantik. Mama Arini tersenyum padaku, dan aku membalasnya dengan ragu. Kenapa perasaanku jadi nggak enak begini ya?

"Umur kalian berapa sekarang?" tanya Mama Arini lagi, masih dengan nada aneh.

"Hani udah 22 tahun, Ma." Aku tidak menjawab berapa umur Tate, karena aku yakin Mama Arini pasti lebih tau berapa umur Tate sekarang kan?

"Udah cukup ya, berarti?" Ha? Aku menatap Mama Arini heran, dan beliau membalas tatapanku dengan senyum welas asihnya. "Umur kalian sudah cukup untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi, Hani."

"Maksudnya Ma?" Aku nyengir bodoh karena tidak mengerti yang dimaksud Mama Arini dengan 'jenjang yang lebih tinggi' itu apa.

Mama Arini berdiri dari duduknya, kemudian melangkah ke arah kalender di sudut ruangan. "Menikah, Hani."

Sekarang aku sukses melongo sejadi-jadinya di hadapan Mama Arini. Apa tadi katanya? Menikah? Bahkan dalam mimpipun aku tidak belum pernah membayangkan hal itu. Oke, aku dan Tate memang pada akhirnya pasti akan memasuki jenjang itu. Tapi, aku dan dia sama-sama tidak pernah membicarakan hal itu.

"Hani, kamu tau kan umur Mama sudah tidak muda lagi?" Mama Arini kembali bergumam, "Bagaimanapun Mama juga ingin cepat-cepat punya cucu."

!@#$%^&*()

Menikah? Bahkan biarpun sebentar lagi akan mengerjakan skripsi, lulus, dan bekerja, aku tetap belum memikirkan tentang pernikahan. Bagaimanapun, aku baru 22 tahun. Bukankah itu usia yang benar-benar muda? Mungkin jika memang menikah, aku ingin menikah di usia 25 tahun. Setidaknya di usia 25 tahun, aku sudah bekerja dan tidak bergantung pada orang tua lagi.

Tapi bagaimana dengan Tate? Jangan-jangan selama ini dia memang berharap bisa cepat menikah? Dia sekarang sudah bekerja di perusahaan keluarga Karim, menjadi penerus Ayah Tate. Apa mungkin karena merasa sudah sukses, dia sekarang berharap bisa menikah? Apalagi kan yang bisa dia lakukan setelah sukses selain menikah?

"Han, ada Tate diluar." Aku terlonjak mendengar gumaman tiba-tiba itu. Mbak Maha? Sejak kapan dia ada disini?

"Lo sejak kapan ada disini? Mas Galang mana?" tanyaku kebingungan setelah berhasil menetralkan detak jantungku yang meliar karena kaget.

"Barusan dateng kok" Jawab Mbak Maha santai, kemudian dia duduk disebelahku. "Galang belum pulang kerja, jadi gue kesini aja. Suntuk kalau dirumah sendirian" Iya, tahun lalu Mbak Maha dan Mas Galang memang menikah. Lalu beberapa bulan setelahnya, mereka sudah menempati rumah baru yang ada di daerah kota.

"Oh, naik apa lo?" tanyaku lagi sambil memperhatikan sikap Mbak Maha yang santai, seperti tidak ada beban sama sekali. Malah setelah menikah, dia kelihatan lebih happy dari biasanya. Memangnya semudah itu ya menjadi istri?

"Dianter supirlah, aneh banget sih lo?" Jawab Mbak Maha geli, kemudian dia menarik salah satu majalah dari meja didepan kami. Aku memperhatikan Mbak Maha yang kelihatan santai dengan bacaannya. Bagaimana ya rasanya menikah? Apa aku akan menjadi seperti Mbak Maha? Kelihatan santai, seperti tidak ada beban. "Han!" Eh, aku terlonjak lagi.

Love 2 : Love Debate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang