"Seorang sahabat adalah orang yang memberimu kebebasan total agar kamu menjadi diri sendiri"
-Anonymous-*Pyashh*
Selena melihat percikan cahaya yang sangat terang dari bawah pintu kamar Harris. Cahayanya benar-benar terang hingga mata Selena menjadi perih.
Apa-apaan?
Tanpa berpikir dua kali, Selena menerjang masuk ke dalam kamar. Ketika Selena menginjakan kakinya di lantai kamar, kepalanya terasa sangat pusing lalu tubuhnya tak sadarkan diri.
. . .
Harris terus berjalan menyusuri toko-toko di dalam mall. Dia mau reuni bersama dengan teman-temannya! Ups, ini bukan reuni SMA atau SMP, tapi reuni SD! Harris Effendi, pemuda berumur 18 tahun. Orang tuanya menelantarkannya sejak kecil, ia dibesarkan oleh pamannya yang bahkan Harris sendiri meragukan apa ia benar-benar pamannya.
Harris mengecek hp, ia melihat ke grup reuni yang beranggotakan delapan orang termasuk dirinya.
'Aku sudah sampai. 😁' Salah satu orang mengetik.
. . .
"Oke! Semua sudah berkumpul! Mari kita mulai pestanya!" Jujur saja, Harris senang sekali diadakan reuni seperti ini! Ia sudah mati bosan di rumah! Sekarang sedang libur panjang dan ia sama sekali tidak mempunyai teman.
"Hei, pemimpi!" Harris menengok karena memang itu julukan yang dulu pernah diberikan padanya. Seorang remaja laki-laki berambut pirang- yang terlihat jelas kalau itu cat rambut- menghampiri Harris. Julukan 'si pemimpi' diberikan pada Harris karena dulu Harris senang sekali melamun di kelas.
"Gimana kabarnya? Masih suka bicara yang aneh-aneh?"
"Apa maksudmu aneh-aneh?"
"Jangan bercanda, kau tahu persis apa maksudku, sang pemimpi."
"Oke, oke.. Aku tahu." Sejak dulu, imajinasi Harris sangatlah kuat sehingga ia bisa berceletuk yang aneh-aneh. Tapi yang Harris katakan selalu benar-benar yang 'aneh-aneh', contohnya seperti vampir, hantu, zombie. Inilah yang membuat Harris dijauhi banyak orang, hanya teman-teman sejatinya saja yang masih mau dekat-dekat dengannya. Memang hal-hal horor seperti itu yang Harris pikirkan dulu, tapi semakin dewasa, tentu pemikiran orang bertumbuh. Pikiran Harris sekarang jauh lebih horor, ditambah lagi, setelah lulus SMA Harris ingin kuliah jurusan psikolog. Sebenarnya, kalau ingin meneror orang, ada baiknya meneror psikologinya atau pola pikirnya terlebih dahulu. Buat ia kecewa, marah akan keadaan, dan hadiah terbesarnya adalah kalau ia sudah sampai membenci dirinya sendiri. Ini adalah jackpot bagi si peneror.
Karena kalau orang sudahh membenci dirinya sendiri, ia akan sangat mudah untuk dikuasai.
Jayden sudah sering menyuruh Harris menuangkan semua pemikirannya kedalam tulisan, "Siapa tahu bisa jadi penulis novel horor yang terkenal! Hahahah... Kayaknya aku berpikir terlalu jauh." Ketika Jayden berkata begitu, Harris diam saja. Tapi diam-diam, dicoba juga ide Jayden. Dulu, Harris lebih senang melampiaskan semua pikiran-pikiran horornya dalam bentuk tindakan. Pernah sekali, Harris mengamuk karena teman sekelasnya menjatuhkan pensil Harris dengan sengaja. Saat itu, suasana hati Harris sedang kacau karena kedua orang tuanya menelantarkannya, saat itu Harris merasa terluka dan kecewa terhadap kedua orangtuanya. Tapi syukurlah, teman-teman Harris tidak meninggalkannya. Terutama Jayden. Bagi Harris, Jayden adalah salah satu berkah Tuhan yang terindah. Sekarang, Harris sedang berusaha mengontrol segala emosinya, jadilah ia mencoba cara Jayden dengan melampiaskan semuanya kedalam bentuk tulisan. Dan pada akhirnya, gagal. Tentu saja.
. . .
Setelah reuni selesai, Harris berjalan menyusuri mall dan hendak ke tempat parkir untuk mengambil motornya. Hari sudah malam. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh. Parkiran motor hanya disinari cahaya remang. Aduh, dengan begini pikiran-pikiran gila Harris bisa bermunculan lagi! Tauk ah, bodo amat! Selama masih muda, nikmati saja pikiran apapun yang mau kita nikmati!
Seorang pria berpakaian serba hitam menghampiri Harris. Celana ketat hitam, baju lengan panjang hitam, sepatu bot hitam, cupluk hitam, masker hitam, sarung tangan hitam, dan kacamata hitam.
Harris punya bad feeling yang sangat kuat tentang orang ini. Ia menyelipkan secarik kertas pada Harris. Harris melihat isinya, berisi semacam tulisan dalam bahasa lain. Si pria tadi tiba-tiba muncul lagi di sebelah telinga Harris. Ia membisikan sesuatu.
"Temanku mencintaimu, ikutlah aku kalau kau penasaran." Si baju hitam berjalan menuju pintu belakang parkiran motor. "Maaf pria aneh," Harris membuang kertasnya lalu memakai helemnya, "Aku nggak minat mencari tahu." Harris langsung menyalakan mesin motor dan ngacir keluar parkiran.
Huh, gila. Jantung Harris berdetak kencang. Bukan karena ada cewek yang suka!! Tapi orang tadi benar-benar menyeramkan! Apalagi suasananya sedang remang begitu. Udah ah, masa Harris yang berpikiran horor ini takut sama penjahat kelas teri begini? Harris berceletuk pada dirinya sendiri.
Setelah Harris sudah tak terlihat lagi, si baju serba hitam melepaskan cupluk dan maskernya, lalu ia mengipas dirinya dengan telapak tangan. "Haduh.. panas! Gerah banget pake ginian!" Si baju hitam berceletuk dengan muka masam, ia tidak menyangka menjadi elites akan sesulit ini.
"Kau sedang protes?"
"Aaahh... Tuanku, kau ada dimana?!"
"Jangan protes Jonathan, ini semua baru permulaan."
. . .
Harris merebahkan dirinya di kasur.
*KLING*
Ada notifikasi di Line Harris, "Uuhh.. siapa sih yang tengah malem kirim-kirim notif!? Ternyata dari Sarah. Seketika Harris merasa wajahnya memanas, Apa yang ingin Sarah bicarakan?
(Ten munites later)
"Anjir anjir anjirrrrr Demi kuburan dan semua setan-setanyaaa!!! Gue diajak kencan sama Sarah!! Eh, jalan-jalan maksudnya."
Sarah, seorang pelajar dan juga seorang photo model. Sarah sering sekali pergi-pergi untuk pengambilan gambar entah untuk majalah, tabloid, dan lainnya. Mengatur jadwal Sarah untuk reuni tadi saja sudah susah sekali. Dan dia ngajak Harris ketemuan!!
Harris benar-benar menantikan kenc... Eh, maksudnya jalan-jalannya dengan Sarah! Jalan-jalan dengan orang Top class seperti Sarah adalah suatu kehormatan bukan? Apalagi bagi penyendiri seperti Harris.
👻☠💀👺👽👾🤖👻☠💀👺👽👾🤖👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Pabrik Impian
Fantasy(EDITING)Kata orang, hidup adalah alfabet B-D. Born to death. Namun ditengah-tengah itu ada C, yang adalah Choice. Ikuti kisah Harris Effendi, dimana mimpi buruk semua orang menjadi nyata dan ia harus meyakinkan semua orang untuk berpihak padanya da...