"Weh, panggil kakeklah! Oe lebih tua tahu!!" Bola mata itu mengalihkan pandangannya ke Darren. Harris merasa ini saatnya untuk kabur!! Cepet, cepet, cepet!!
Harris mengecilkan diri kayak Ant-Man, lalu terbang disekitar Darren. Lalu 'si berisik' menampakan seluruh tubuhnya. Ternyata yang punya bola mata tadi itu kakek-kakek tua!! Yah, aku nggak tahu sih, kan ini dunia imajinasi...
"Jadi ini anak yang dimaksud ya Dar?" 'Si kakek' (dengan begonya) menatap ketempat Harris yang tadi. Tapi sekarang Harris sekarang sudah kabur.... Wahahahaha... Kakek bego!
"Woi kampr*t!!! Mana tuh anak??!!" Iishhh... Udah bego, kasar lagi!
"Udah, kakek diam saja di situ! Biar aku yang cari Harris!!" Wajah Darren terlihat masam, ia juga ikut terbang sama seperti Harris.
"Yaudah deh, sono cari!" 'Si kakek bego dan berisik' berceltuk.
Ia mendorong kakinya ketanah dan beberapa detik kemudian melayang-layang di udara.
Semantara, si kakek sudah kembali masuk kegubuk. Harria yang masih bertubuh kecil ini menepuk pundak Darren.
"Wih Darren, gue disini!" Harris bicara tepat di ambang pintu telinga Darren.
"Whoaa!" Darren kehilangan keseimbangan karena kaget, Harris pun hampir terinjak kebelakang karena hilangnya keseimbangan Darren. Harris mengeratkan pegangannya pada pundak Darren karena goncangan. "Harris!! Awas lu kayak gitu lagi, lu mau ngebunuh gue hah!??"
"Wahaha.. sori, sori..." Harris tak kuasa menahan tawa melihat Darren kewalahan gitu. Apalagi waktu Darren memasang wajah masam, WAHAHAHA... Lucu buanget!!
"Jangan ketawa! Gue kaget tau!" Darren mendaratkan kedua kakinya tepat didepan gubuk. Ia membuka gubuk lalu berteriak. "Nih kakek!! Anaknya udah ketemu!"
Huh, gitu aja terus ngomongnya. Aku juga punya nama tau! Harris, namaku Harris!!
Darren masuk ke gubuk, Harris pun mengikutinya. Ia asyik melihat isi gubuk yang agak berantakan namun terlihat nyaman itu dan tanpa sadar sudah melangkah ke dalamnya. Pas kaki kanan Harris menginjak ke gubuk, celana Harris menghilang digantikan dengan kain yang pertama kali pakai waktu diruangan biru itu. "Hwaa!!" Harris berteriak kaget. Darren menatapnya bingung lalu terkekeh, "Oiya, gue belum kasih tahu ya? Digubuk ini semua imajinasi menghilang digantikan dengan diri kita masing-masing secara murni, makanya tempat ini disebut 'Hut of truth', yang artinya gubuk kejujuran."
Harris melotot. Yang ada didepannya sekarang bukanlah anak kecil yang tingginya hanya mencapai perutnya itu, yang berbicara didepannya adalah seorang laki-laki dewasa!!!
"What the f..." Ia mengumpat. Hanya sebagai info, harrid SANGAT JARANG mengumpat kecuali disaat ia benar-benar ingin mengumpat. Pokoknya kasus ini pengecualian lah!!
Sekarang giliran Darren yang tertawa terbahak-bahak(karma), "Harris,*tertawa* lu itu *tertawa* lucu banget!!!" Darren menyelesaikan kalimatnya diiringi tawa setan? Yeah, bisa dibilang gitu lah.. Emang ketawanya kayak setan sih! (Lagi kesel jadi bicara ngawur)
"Udah ah, Darren!" Harris tanpa sadar berteriak.
"Ya bos?" Darren menjawab dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Lu sebenernya umur berapa?"
"Dua puluh sembilan!"
"...." (Sedang melongo kyk kuda n
il)"Kenapa? Gue kelihatan muda ya? Padahal tahun ini udah mau kepala tiga lho..." Alis Darren naik turun kerena bangga. Harris akui memang Darren yang ia lihat sekarang terlihat seperti anak kuliahan. Wajahnya bebas jerawat, bebas bisul, pokoknya mulus deh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pabrik Impian
Fantasia(EDITING)Kata orang, hidup adalah alfabet B-D. Born to death. Namun ditengah-tengah itu ada C, yang adalah Choice. Ikuti kisah Harris Effendi, dimana mimpi buruk semua orang menjadi nyata dan ia harus meyakinkan semua orang untuk berpihak padanya da...