Bel tanda istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Sebenarnya Jimin berniat pergi ke kantin untuk mengantri mengambil makanan. Tapi menyadari sahabatnya belum menampakkan diri setelah berpamitan pergi ke toilet tadi membuatnya cemas.
Dan segera ia meninggalkan kelas dan melangkah menuju toilet.
Tapi sampai disana, nihil. Tidak ada Yoongi. Bahkan beberapa siswa yang sedang disana pun semua tidak tahu saat Jimin bertanya.
"Aish.. Pergi kemana dia? Apa dia sudah lebih dulu sampai dikantin?"
Mulanya Jimin ingin melangkah menyusul kekantin. Tapi menyadari satu hal, ia kemudian membalikkan langkahnya dan berjalan berlawanan arah.
'Namjoon ingin menemuiku di atap saat jam istirahat.'
Kalimat itu kembali terngiang di kepala Jimin. Kalimat yang diucapkan Yoongi saat mereka berangkat bersama tadi pagi.
"Untuk apa Namjoon menemui Yoongi diatap?"
Jimin segera mempercepat langkahnya. Mungkin saja Yoongi memang menemuinya disana.
Jimin dan Yoongi satu kelas. Memang baru kelas 2 ini mereka bisa satu kelas, dulu saat kelas 1 Jimin berada di kelas 1-2 dan Yoongi berada di kelas 1-1 bersama Namjoon. Mereka berdua memang anak cerdas, pantas saja bisa masuk ke kelas terbaik sedangkan dirinya hanyalah anak biasa
Dan suatu perasaan aneh yang mulai Jimin sadari, saat Yoongi mulai sedikit menjauhinya dan lebih sering bersama Namjoon. Jimin tahu kalau mereka adalah teman baik sejak kelas 1, tapi kenapa Jimin merasa aneh? Hatinya seperti tidak rela.
Ia tidak mau egois, menahan Yoongi untuk terus bersamanya setiap waktu. Yoongi juga harus bersosialisasi dengan orang lain. Benar kan?
Tapi Yoongi jadi seperti orang yang berbeda semenjak kenal dengan Namjoon. Ia jadi lebih sering diam dan senyum-senyum sendiri saat mereka pulang bersama. Dan Jimin tidak mau menanyakan apapun jika bukan Yoongi sendiri yang ingin menceritakan semua.
Langkah kaki Jimin terhenti, melihat dari balik pintu yang terbuka, disana terlihat Yoongi dan Namjoon sedang duduk bersama. Lebih tepatnya Yoongi duduk bersila dengan kedua lengannya dan Namjoon menidurkan dirinya di pangkuan Yoongi.
Jimin merasa sangat sakit melihat itu semua. Mereka? Apa mereka memiliki hubungan? Kenapa mereka seperti itu?
"Yoongi-ya.. Aku senang bisa duduk bersamamu seperti ini."
Samar Jimin mendengar percakapan diantara mereka. Membuat Jimin mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Aku juga Namjoon-ah, aku ingin setiap hari kita seperti ini."
Jimin menghela nafas pelan. Beginilah yang terjadi selama ini, nasib cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Yoongi sudah lama menyukai Namjoon, sejak kelas 1. Bahkan Jimin sudah menyadarinya sejak awal. Bagaimana ekspresi wajah Yoongi yang selalu berubah ceria setiap menceritakan Namjoon padanya.
Jimin hanya bisa diam. Ia tidak mau Yoongi menjauhinya jika ia mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Mereka sudah berteman sejak kecil. Jimin tidak mau merusak hubungan baiknya dengan Yoongi hanya dengan sebuah pengakuan perasaan yang bodoh dari sahabat masa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emptiness ㅡMy ✔
FanfictionHidup Min Yoongi seketika hampa dan kosong bagai gelas tanpa air. Sengaja atau tidak, Yoongi memang melenyapkan semua ingatannya. Tentang piano, kenangan, masa lalu, bahkan Jimin. Ia menghapus semua, agar ia tidak terluka lagi. Dan hanya Min Yoongi...