3 tahun kemudian, Seoul, awal musim semi
Udara pagi ini memang terasa berbeda di Seoul. Musim dingin sudah berakhir. Salju yang banyak bertumpuk menutupi setiap permukaan yang ada, kini telah hilang diganti mekar bunga cantik nan warna-warni. Suasana sejuk itulah yang selalu dinanti setiap orang. Bagi semua orang, musim semi adalah musim yang membahagiakan.Jimin berjalan pelan menyusuri jalan setapak. Matanya tak henti-hentinya mengedarkan pandangan, sekedar menatap para pengunjung Taman yang sedang menikmati musim semi bersama orang terkasih mereka.
Jimin tersenyum, tidak ada salahnya juga ia keluar jalan-jalan sendirian setelah meminta ijin kepada sekretarisnya. Menjadi seorang CEO ternyata berat juga, apalagi itu adalah perusahaan besar seperti Min Company.
Ia ingin menenangkan pikirannya sebentar sambil menyambut datangnya musim semi. Ia selalu suka suasana musim semi. Baginya juga musim semi adalah musim yang membahagiakan. Dimana orang-orang menghabiskan waktu bersama ditemani mekar bunga warna-warni nan Indah.
Matanya menangkap sebuah siluet yang sangat ia kenal.
Bangku tempatnya dan Yoongi pernah duduki dulu.
Jimin dengan cepat melangkahkan kakinya menuju bangku itu. Untung saja tidak ada orang, jadi ia bisa duduk disana sendirian.
"Ige.."
Matanya bergerak gelisah.
Benar, ini adalah bangku yang sama dimana 5 tahun yang lalu ia dan Yoongi berciuman. Jimin tersenyum nanar.
"Jadi sudah selama itu?"
Tangannya membelai kayu tua yang terlihat masih kokoh itu. Kenangannya dengan Yoongi mulai terngiang jelas di otaknya.
Bagaimana Yoongi yang menangis dulu saat hari keberangkatan Namjoon ke NY. Dia bilang dia belum siap ditinggal Namjoon pergi.
Dan yang selalu dilakukan Jimin adalah menenangkannya. Memberikan sebuah kenyamanan agar ia kembali tersenyum seperti sedia kala.
"Jim, jangan tinggalkan aku. Namjoon sudah pergi dan aku tidak mau kau meninggalkanku juga."
"Arraseo.. Kau tahu 'kan kalau aku selalu ada disisimu. Dan kapanpun kau membutuhkanku, aku akan selalu siap."
"Janji?"
"Janji."
Mereka saling mentautkan kelingking mereka. Tersenyum simpul.
Dan saat itulah Jimin mulai mengikis jarak diantara keduanya, disaat kedua kelingking mereka masih menyatu dengan pas.
Entah apa yang menghipnotis pikiran Yoongi saat itu, ia hanya terdiam. Bahkan ia menikmati lumatan lembut yang diberikan Jimin padanya.
Setiap ciuman yang diberikan Jimin selalu membuatnya membeku. Ciuman itu bahkan berbeda dengan ciuman yang diberikan Namjoon padanya. Dan Yoongi sangat menyukai saat dimana Jimin melumat bibirnya dengan pelan dan tenang, bukan dengan nafsu atau hasrat yang liar.
Yoongi memang selalu menantikannya.
Dalam hati, Yoongi selalu menantikan kapan Jimin akan membungkam bibirnya dengan bibir kissablenya. Walau ia tahu kalau semua itu salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emptiness ㅡMy ✔
FanficHidup Min Yoongi seketika hampa dan kosong bagai gelas tanpa air. Sengaja atau tidak, Yoongi memang melenyapkan semua ingatannya. Tentang piano, kenangan, masa lalu, bahkan Jimin. Ia menghapus semua, agar ia tidak terluka lagi. Dan hanya Min Yoongi...