Farewell

4.3K 562 76
                                    

Disana, Ny. Park masih sesenggukan melihat keadaan Putra bungsunya. Sang kakak, Park Jiyeon, masih berusaha menenangkan sang ibu agar tidak mengganggu istirahat Jimin.

"Eomma.. Sudahlah. Kasian Jimin kalau eomma terus menangis seperti itu. Toh Jimin juga sudah sadar. Dia akan baik-baik saja eomma."

"Jiyeon-ah, apa Jimin sebegitu cintanya pada Yoongi sampai ia harus melakukan itu semua?"

"Mungkin saat itu Jimin hanya frustasi, eomma. Dia sedang dimasa yang sulit."

Tapi sang objek pembicaraan masih tertidur karena pengaruh obat sejak siang tadi. Di kamar inap itu, bahkan ada Taehyung dan Jungkook yang ikut menunggui Jimin.

Jiyeon menoleh kearah kedua pemuda yang terduduk di sofa tepat di belakangnya.

"Ceritakan padaku tentang detail kejadiannya."

Suara Jiyeon sontak membuat kedua namja itu berpandangan satu sama lain. Akhirnya Taehyung menghela nafas.

"Akulah yang menemukannya pertama kali."

Sejenak Taehyung menatap Jungkook. "Saat itu, sekitar jam 9 malam. Aku dan Jungkook sudah bersiap akan menutup toko dan pulang ke rumah. Tapi saat aku melewati ruangan Jimin, aku menyadari lampu di dalamnya masih menyala. Itu kulihat dari pintu yang sedikit terbuka.

Kupikir Jimin masih didalam mengerjakan sesuatu, laporan keuangan misalnya. Akhirnya aku berinisiatif melihatnya atau sekedar pamitan sebelum kami pulang.

Saat kubuka pintu, Jimin tertidur di atas mejanya dengan posisi yang wajar. Aku berniat membangunkannya karena kupikir tidur dengan posisi seperti itu akan membuat tubuhnya sakit semua. Tapi ketika aku mendekatinya, kulihat mulut Jimin berbusa dengan beberapa obat berserakan di atas meja.

Aku panik, kemudian aku berteriak pada Jungkook. Jungkook sama paniknya denganku. Akhirnya Jungkook memutuskan untuk memanggil ambulans sementara aku berusaha membopong Jimin sampai kedepan toko. Kemudian selama 15 menit kami menunggu, ambulans datang dan segera membawa kami kerumah sakit."

Jiyeon menganggukkan kepalanya mengiyakan. Memang dokter bilang Jimin mengkonsumsi pil penenang secara berlebihan sebelum overdosis.

Jiyeon memang terkenal sebagai yeoja yang tidak hanya cantik, melainkan juga berkompeten dan berwibawa. Dia bisa menjadi orang yang tenang dan tegas disaat yang bersamaan. Itulah alasan kenapa Tn. Park dengan senang hati mewariskan perusahaan padanya, karena Jiyeon memang dianggap mampu memimpin perusahaan walau ia seorang wanita.

"Menurutku Jimin memang overdosis obat penenang. Tapi setahuku Jimin tidak pernah meminum obat seperti itu."

Taehyung terdiam, berusaha memikirkan kembali hal yang terjadi pada Jimin beberapa hari terakhir. "Kecuali..."

Semua perhatian kini tertuju pada Taehyung yang masih menggantungkan kata-katanya.

"Mwoga?" tanya Jiyeon penasaran.

Taehyung menatap mereka semua bergantian. "Jimin merasa tertekan karena Yoongi akan meninggalkannya."

Jiyeon menatap prihatin pada adiknya. Ia tahu kalau Jimin mencintai Yoongi, tapi ia tidak pernah menyangka cintanya pada Yoongi begitu besar sampai ia tidak bisa merelakan Yoongi pergi.

"Jimin memang anak yang konsisten pada kata-katanya sendiri. Mirip sepertiku.."

Jiyeon tersenyum kemudian memeluk ibunya dari belakang. Memberikan sebuah kekuatan kepada sang ibu agar lebih tenang.

"Jimin namja yang baik eomma. Aku senang punya adik seperti dia."

"Tapi apa yang dilakukannya ini membuatku terpukul, Jiyeon-ah. Aku merasa kasihan padanya. Dia harusnya bisa bahagia bersama orang yang dicintainya. Tapi kenapa ia harus mengalami ini semua? Apa ini adil untuknya?"

Emptiness ㅡMy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang