Own It

4.2K 630 30
                                    

Yoongi masih saja terjaga. Ia bisa mendengar suara jangkrik diluar yang mungkin sedang mengadakan pesta meriah menyambut musim gugur. Bukan, bukan masalah Yoongi terganggu dengan suara itu. Tapi sejak Jimin menghilang dari balik pintu beberapa jam yang lalu, ia masih saja memikirkan potongan-potongan ingatan yang baru saja didapatnya kemarin.

Karena ia bertemu Seokjin.

Segalanya bermula dari itu. Saat dimana ia berjalan tanpa arah menyusuri koridor rumah sakit dan tiba-tiba bertemu dengan Seokjin yang berjalan bersama dengan teman dokternya.

Selama ini Yoongi memang belum pernah melihat wajah Seokjin secara langsung, mengingat Seokjin selalu menggunakan masker saat memeriksa keadaan Yoongi.

Ingatan itu tiba-tiba saja muncul saat ia melihat dengan jelas bagaimana paras Seokjin yang masih sama seperti 2 tahun lalu. Matanya, hidungnya, bibirnya, bahkan tatanan rambutnya masih sama. Dan satu, Seokjin sedang tidak menggunakan kacamata.

Sesuatu seperti menghantam tubuh dan pikirannya dengan keras saat itu juga. Ia langsung ambruk hingga tubuhnya hanya bisa bersandar pada dinding. Beruntung Seokjin segera melihatnya dan membawanya ke ruangannya.

Dan setelahnya semuanya terjadi.

Kepalanya masih terasa pening memikirkan semuanya. Memang belum sepenuhnya ingatan itu kembali, tapi itu sudah cukup membuat Yoongi galau semalaman.

Semua tentang Jimin, Namjoon, Seokjin, bahkan dirinya.

Beruntung Jimin tadi percaya begitu saja saat dirinya pura-pura tidur dan langsung keluar dari kamarnya. Ia tidak ingin Jimin menangkap basah dirinya sedang menangis.

Yoongi menangisi segalanya yang sudah ia ingat. Bagaimana peristiwa 2 tahun yang lalu berhasil membuatnya seperti mayat hidup seperti ini.

"Ji-min..."

Yoongi merintih pelan, memanggil nama Jimin. Seperti sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu, saat ia menangis orang pertama yang ia panggil adalah Jimin. Sejak kecil, bahkan. Betapa Yoongi sangat bergantung pada Jimin dalam hal apapun.

Tapi kenapa Yoongi tidak menerima cinta Jimin?

Entah, Yoongi sendiri masih bingung dengan semuanya. Ia terlalu egois hingga ingin memiliki kedua namja itu sepenuhnya. Ia menyukai Namjoon tapi ia juga tidak bisa meninggalkan Jimin.

Namjoon bagaikan lautan dan Jimin bagaikan langit. Namjoon adalah kebahagiaannya dan Jimin adalah kekuatannya. Yoongi tidak bisa memilih salah satu.

Yoongi teringat akan sesuatu mengenai Namjoon. Sejak kecelakaan 2 tahun yang lalu, Yoongi bahkan tidak tahu apa status hubungannya dengan Namjoon. Apakah mereka sudah resmi putus? Seingatnya belum ada kata putus diantara mereka. Tapi sekarang Namjoon telah bersama Seokjin. Dan jangan lupakan jika Namjoon telah mengetahui peristiwa ciumannya dengan Jimin saat dia berangkat ke New York dulu.

Yoongi mengacak surai rambutnya kasar. Sungguh hari ini ia sangat frustasi. Ia pikir setelah kembali ke rumah yang selalu dirindukannya ini, pikirannya akan menjadi lebih baik. Ternyata?

Sama saja.

Yoongi bangkit dari kasur empuknya dan berjalan keluar kamar. Mungkin dengan berjalan berkeliling sebentar bisa membuatnya lebih baik.

Kaki-kaki kecilnya berjalan tak tentu arah menyusuri setiap anak tangga dan ruangan yang sudah tampak remang-remang itu. Bagaimana tidak, ini sudah pukul 2 dini hari. Semua penghuni rumahnya, termasuk para pelayan-pelayannya mungkin sudah tidur. Hanya tinggal dirinya saja yang mengalami insomnia mendadak.

Langkahnya terhenti saat ia melihat sebuah bingkai foto besar di ruang TV yang menghadap ke ruang tamu. Bingkai foto itu berisi 3 orang. Appa dan Eommanya yang duduk di kursi dan dirinya yang berdiri di belakang mereka tepat di tengah. Yoongi ingat sekarang, foto itu diambil saat ia masih kelas 2 SMA. Ia bisa melihat dirinya dulu begitu culun dan polos khas anak SMA.

Emptiness ㅡMy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang