Doubt?

2.2K 248 45
                                    

Beby kesulitan bernapas. Dia dapat merasakan tenggorokannya mulai terasa sakit. Dia berhenti berjalan dan duduk di bawah sebatang pohon rindang. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya berharap rasa sakit itu akan menghilang tapi meskipun dia baru berusia 10 tahun, dirinya sudah tahu pasti bahwa dia hanya memiliki satu cara. Dia memasukkan tangannya kedalam kantung jaket lusuhnya dan mengeluarkan sebuah botol berwarna orange berukuran tiga jarinya jika disatukan. Dia melepaskan tutup botol itu dan mengeluarkan sebutir pill berwarna putih. Dirinya sangat yakin bahwa pill ini sangat mahal harganya namun dia membutuhkannya untuk kondisinya. Meskipun tidak memiliki rumah dan tidur di jalan, Beby memiliki seorang sukarelawan yang membelikannya pill ini setiap kali dia sudah kehabisan. Paling tidak hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk menolong anak jalanan seperti dirinya untuk bertahan hidup.

"Ini dia."

Dia menyemangati dirinya sendiri di dalam hati dan menelan pill putih itu. Kalau saja dia memiliki sebotol air tapi dia tidak memilikinya. Beby tidak dapat menelannya dan memuntahkannya.

"Pahit..."

"Ini."

Beby mendongak dan melihat seorang gadis dengan senyum paling indah yang pernah ia lihat, tersenyum padanya sambil mengulurkan sebotol air untuknya. Gadis itu mencoba lagi.

"Mommy bilang kita harus selalu minum itu dan minum air. Ini. Kamu boleh minum punyaku."

Beby ragu-ragu untuk menerima pemberian gadis itu namun melihat betapa mata gadis itu sangat berharap, Beby tidak memiliki hati untuk mengecewakannya. Dia menerimanya.

"T-Terima kasih."

"Sama-sama."

Gadis itu duduk di sebelah Beby dan melihat ketika Beby mencoba untuk menelan pill putih itu lagi. Kali ini dia memiliki air untuk membantunya. Akhirnya, dia dapat merasakan pill itu menuruni kerongkongannya dan mungkin menempati salah satu sudut perutnya. Dia tersenyum.

"Aku berhasil!"

Gadis itu tersenyum senang karena senyum lebar dari Beby. Beby meminum air itu lagi. Masih ada sisa tapi gadis baik hati itu menggelengkan kepalanya.

"Enggak apa-apa. Kamu bisa habisin semuanya. Aku masih punya lagi."

Gadis itu menunjukkan botol air minumnya pada Beby dan Beby mengangguk mengerti. Dia menghabiskan airnya dan meletakkan botol itu di sampingnya. Dia melihat gadis itu masih memperhatikannya.

"Aku selalu liat kamu berjalan-jalan."

"I-Iyakah?"

"Iya. Memangnya kamu tinggal dimana?"

Beby menunduk tidak memiliki jawaban atas pertanyaan itu. Haruskah dia mengatakannya pada gadis ini? Mungkin dia harus mengatakannya.

"Aku gak punya rumah. Aku tidur dimana saja yang bisa aku tempati."

Perlahan Beby mendongak dan melihat gadis itu tersenyum padanya seakan informasi bahwa dirinya adalah seorang yang tidak berguna tidak mengganggunya sedikitpun. Dia pernah melihatnya sebelumnya, bagaimana para orangtua memarahi anak-anak mereka karena berdiri berdekatan dengan orang seperti dirinya. Mereka bilang dia memiliki penyakit dan memakan makanan kotor. Dia kotor dan juga bau. Beby memainkan tutup botol yang berada di tangannya.

"K-Kamu gak takut?"

"Kenapa harus takut? Daddy bilang siapapun kita, kita harus selalu mencoba untuk berteman dengan semua orang."

PROJECT 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang