Double Agent

2.7K 277 91
                                    

Beby menghindari pukulan yang dilayangkan kearahnya lagi. Gadis itu jelas-jelas tersenyum meremehkan. Penyerangnya mengayunkan lengan kanannya, dia membelokkan serangan dan mencengkram pergelangan tangan pria itu. Dia menarik pria itu kedepan dan menyeruduk kepala pria itu tepat di keningnya mengakibatkan pria itu mengerang lagi. Dia memilin lengan pria itu dan menguncinya di belakang punggung. Dia menendang lututnya membuat pria itu berlutut di lantai dengan punggungnya menghadap Beby.

"Gue kecewa."

Dia melepaskan lengan pria itu dan menendang punggungnya dengan keras. Beby melihat pria itu jatuh tersungkur ke lantai. Dia mengambil satu langkah mundur ketika penyerang lain datang padanya sambil mengayun-ayunkan tongkat baseball.

"Bertarung ngelawan cewek pake itu? Kejamnya."

Pria itu mengayunkan tongkatnya kearah kepala Beby namun Beby berhasil menghindarinya terus-menerus. Beby terus menghindar sementara matanya melihat ke daerah sekelilingnya atau lebih tepatnya pada teman-temannya yang juga sedang sibuk bertarung sama seperti dirinya. Untungnya sekumpulan orang asing ini tidak menggunakan pistol. Mungkin menghindari menarik perhatian penegak hukum karena dianggap melakukan perampokan di tempat ini. Penyerangnya kelihatan kesal karena dia tidak berhasil memukul Beby.

"Bitch!"

Kali ini pria itu merubah serangannya dan mengayunkan tongkat dari bawah ke atas berharap dapat mengagetkan Beby tapi Beby sudah mengantisipasi serangannya. Dia melompat ke belakang sebelum menangkap tongkatnya. Dia menarik pria itu ke arahnya dan meninju perutnya. Pria itu mengerang kesakitan dan melepaskan tongkat baseballnya. Kemudian Beby memberikan sebuah tendangan yang keras di punggung dan berhasil menjatuhkan pria itu ke lantai. Beby tersenyum sembari meraih tongkat baseball milik pria itu. Beby memberi gesture padanya untuk menyerang dirinya lagi.

"Masih belum selesai!"

Tidak seorang pria pun dapat menerima kekalahan terutama jika dia kalah di tangan perempuan. No fucking way. Pria itu bangun berdiri dan berlari menerjang Beby. Beby menunggu sampai pria itu sudah sangat dekat dan mengarahkan ayunan tongkatnya pada kepala pria itu. Suara dentingan keras terdengar ketika tongkat baseballnya beradu dengan kepala pria itu. Darah bercucuran dan pria itu jatuh dan tidak bergerak lagi. Beby menunduk melihat jasad pria itu.

"Kalo aja lo tau siapa yang lo hadapin."

"Beby awas!"

Beby membalikkan tubuhnya.

"Shit."

...

Lidya memang bukanlah seorang pertarung jarak dekat yang handal. Pada saat seperti ini dia berharap dia memegang riffle-nya bersamanya jadi dia bisa menembak dan membunuh mereka. Bukannya mengotori tangannya seperti ini. Lidya membengkokkan serangan pria itu namun penyerang lain datang dan berhasil mendaratkan sebuah tinju di wajahnya. Dia mengerang.

"Sial."

Lidya mendorong tubuhnya untuk bangun dan melompat kearah ke arah pria yang baru saja datang itu. Pria itu jatuh ke belakang dengan Lidya berada di atasnya. Lidya tidak menunggu lebih lama lagi dan menonjok wajah pria itu berkali-kali. Seorang pria datang dari belakangnya dan menguncikan lengannya pada leher Lidya dan mencekiknya dari belakang. Lidya mencoba melonggarkan cekikan lengan pria itu namun pria itu kuat.

"Je!"

Dia berhasil berteriak meminta bertolongan Jeje. Jeje mendongak ke atas dari lantai satu dan melihat Lidya bergumul dengan penyerangnya. Dia sendiripun sedang sibuk bertarung dengan dua orang di saat bersamaan. Meskipun sibuk, dia masih sempat meraih sebuah botol bir dan melemparkannya ke arah penyerang Lidya. Pria itu melihatnya dan berhasil menghindar di saat yang tepat. Botol bir itu mengenai dinding. Pria itu menyeringai.

PROJECT 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang