She's Back

2.3K 260 46
                                    

Semuanya sama saja disetiap jalan. Semua orang tidak memperdulikannya. Bagi mereka, dia hanyalah seorang anak jalanan yang kotor seperti kebanyakan anak jalanan lainnya. Tapi dia sama sekali tidak protes. Bahkan ibunya sendiri pun berkata seperti itu. Dirinya tidaklah cukup bagi wanita itu dan tidak akan pernah cukup. Sebuah fakta yang telah ia pelajari untuk ia terima. Sebuah takdir yang membentuk siapa dirinya saat ini. Kinal terus berjalan sambil menunduk dengan tudung jaket lusuhnya terangkat menutupi kepalanya. Dia memiliki handyplast di sisi kiri keningnya karena kejadian kemarin. Kedua tangannya ia masukkan di dalam kantung jaketnya. Kinal berjalan di sepanjang jalan mencari seorang calon korban. Matanya menangkap seorang wanita dengan anaknya yang sedang merengek. Mungkin bocah kecil itu menginginkan sebuah mainan yang banyak dijajakan dipinggir jalan. Dia tersenyum.

'Sekarang kesempatanku.'

Kinal mempercepat langkah kakinya dan berjalan mendekati wanita itu. Matanya terkunci pada tas selempang kulit berwarna hitam yang dipegang oleh wanita itu.

'Teruslah menangis bocah.' Dia berbisik dalam hatinya. Hal itu pastinya akan sangat membantunya dalam menjalankan misinya. Kinal mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling sekali lagi dan menubruk wanita itu membuatnya mengambil satu langkah mundur. Secepat kilat, Kinal membantu wanita malang itu dengan cara memegangi lengannya untuk bangun. Dia memastikan wanita itu terlalu sibuk berdiri dan hanya dalam waktu 3 detik, dia berhasil menyelipkan tangannya kedalam tas wanita itu dan mengambil dompetnya dan menyelipkan benda itu kedalam sebuah kantung yang dijahitkan dibagian dalam jaketnya.

Maaf adalah kata yang terus Kinal ucapkan pada wanita itu. Dia bahkan membungkuk 90 derajat meminta maaf. Wanita itu merasa kasihan pada Kinal memutuskan untuk tidak memarahi anak itu karena sudah tidak berhati-hati.

"Maafkan... saya."

"Tidak apa. Pergilah."

Wanita itu membiarkannya pergi bahkan tanpa melihat kepadanya. Kinal mengucapkan kata maaf sekali lagi sebelum pergi meninggalkan tempat itu. Bibirnya membentuk sebuah senyuman lebar. Dia terus saja berjalan sampai dirinya merasa yakin bahwa dia sudah cukup jauh dari tempat kejadian perkara. Kinal berbelok kedalam sebuah gang yang berada di pojokan dan masuk lebih jauh lagi. Dia akhirnya berhenti dan mengeluarkan dompet yang berhasil ia curi. Dia mengambil seluruh uang yang ada di dalamnya dan memasukkannya kedalam kantung celana jeansnya dan membuang dompet tersebut. Dia bahkan tidak repot-repot menghitung jumlah uangnya. Lagipula uang itu tidak akan menjadi miliknya. Dengan pikiran sepert itu, dia meninggalkan gang gelap itu dan berjalan pulang kerumah. Ibunya tidak akan suka kalau dia pulang terlalu larut dan dia tidak ingin membuat wanita itu marah.

...

"Dasar enggak berguna! Cuma ini?! Apa aja yang kamu lakuin diluar sana?! Main-main?!"

Wanita itu memukulinya dengan sebuah papan kayu berkali-kali. Kinal melindungi dirinya sendiri dengan menggunakan kedua lengannya berharap penyerangnya akan berhenti. Tapi wanita itu tidak berhenti.

"Ma, maafin aku!"

"Maaf?! Maaf gak bisa beliin kita makan! Kamu itu sama aja kayak ayah kamu yang sialan itu! GAK BERGUNA!"

Kinal sudah tidak memiliki air mata lagi untuk dikeluarkan. Kini dia sudah tidak pernah menangis lagi selama bertahun-tahun. Tidak sama sekali. Rasa sakit yang terasa di punggungnya bukanlah sesuatu yang baru untuknya. Terkadang dia dapat merasakan dirinya sendiri kebal terhadap rasa itu. Andai saja ibunya mau mengerti dirinya. Andai saja.

"Aku sangat bodoh ketika memutuskan untuk membawamu bersamaku! Seharusnya kutinggalkan saja kamu dijalan! Dasar anak tidak berguna!"

Dia terus saja memukuli Kinal dimanapun dia dapat mendaratkan papan kayunya. Kinal berada dipojokan ruangan dan dia mengangkat kedua tangannya mencoba untuk melindungi dirinya sendiri dari serangan ibunya dan berharap wanita itu akan segera berhenti memukulinya.

PROJECT 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang