Malaysia

2.9K 283 46
                                    

p.s Maaf kalo bahasa Malaysianya salah ya

.....................................................................................................................................

"Berdoa aja Lidya gak bakal meleset."

Kinal melihat kearah Jeje.

"Bisa lo siapin beberapa mini explosion buat Shanju?"

Semua orang sama bingungnya seperti Jeje namun sepertinya Veranda dapat memahami rencana Kinal.

"Nal, kamu pasti tau kalau kita gak akan bisa menginjak tanah Malaysia hanya dengan helikopter kan? Kalaupun kita berhasil menembus pertahanan mereka, kita gak akan punya cukup bahan bakar."

Sebuah senyum kecil terpampang di wajah Kinal. Dia sudah merencanakan semuanya. Memang ada resiko namun layak untuk diambil.

"Siapa bilang kita akan masuk lewat darat? Gue punya rencana tapi semuanya harus memainkannya dengan baik. Siap?"

Semua orang saling melihat satu sama lain meminta pendapat yang lainnya. Kinal melanjutkan berbicara.

"Keluar dari wilayah udara Indonesia gak sulit karena gue yakin Jiro udah membereskan semuanya untuk kita tapi memasuki wilayah udara Malaysia akan sedikit sulit terutama karena mereka sudah memperketat keamanan mereka setelah kasus pesawat mereka yang hilang tahun lalu. Apa kalian ikut atau enggak?"

Kinal menunggu. Dia harus memberi yang lainnya cukup waktu untuk mereka membuat keputusan. Namun jauh didalam hatinya dia selalu tau bahwa timnya tidak akan pernah membiarkannya bertarung sendirian. Beby menganggukkan kepalanya dan yang lainnya mengikuti.

"Let's do this."

...

Shani mengarahkan blackhawk yang mereka tumpangi pada jalur tercepat menuju Malaysia. Dia menghindari memasuki batas negara lain dan tetap berada dalam jangkauan satelit hanya untuk berjaga-jaga. Anggota lainnya terlihat sedang mempersiapkan senjata mereka untuk mengeksuki misi ini. Beby membantu Shania mengeratkan sabuknya. Dia tidak menyukai ide Kinal namun kalau dia protes hal ini akan menjadikannya seorang yang egois. Shania menyadari kegelisahan Beby.

"Aku akan baik-baik aja."

Beby mendongak dan melihat Shania sedang menatapnya.

"You never know that. Gimana kalo Gracia salah?"

"Beb, ini bukan yang pertama kalinya."

"Ini bisa jadi yang terakhir kalinya."

Shania menghela napas dan meletakkan telapak tangannya pada pipi Beby. Dia tidak ingin berdebat lagi dan disaat yang sama dia juga ingin Beby mengerti alasannya.

"Ini gak akan jadi yang terakhir. Aku punya kamu, inget? Kamu sendiri yang bilang selama aku punya kamu, aku akan baik-baik aja."

Shania dapat merasakan Beby menguatkan rahangnya. Dia kemudian meletakkan satu tangannya lagi di sisi wajah Beby dan menarik gadis itu kedalam sebuah ciuman yang bergairah. Beby melingkarkan lengannya pada pinggang Shania dan menarik gadis itu untuk semakin mendekat. Beby sudah ingin menciumnya sejak tadi namun dia berpikir untuk menunggu sampai mereka hanya berdua. Merasakan bibir gadis itu beradu dengan bibirnya, hal ini semakin membuatnya semakin ragu untuk melepaskan Shania. Mereka akhirnya melepaskan ciuman ketika udara sudah mulai di butuhkan. Perlahan Shania membelai pipi partnernya.

"Hati-hati oke? Do it for me."

Shania hanya mengangguk. Jeje sudah memperhatikan sepasang kekasih itu sejak awal merasa ragu-ragu untuk mengganggu momen mereka namun lagi-lagi mereka tidak memiliki banyak waktu.

PROJECT 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang