Part 3

15.1K 583 5
                                    

"Bayangkan adegannya," kata Kevin sambil mengambil penindih kertas bulat licin, yang terletak dimejanya. Ditengah terdapat kerang merah muda kecil, dan biasanya ia tenang jika memandangnya. Namun, tidak pada hari ini. "Mengenai gadis kecil yang tumbuh tanpa pria disekelilingnya."

Kathrina menatap Kevin yang menelusurkan jemarinya yang panjang ke gelas yang berlekuk itu. Yang sedang dijelaskan Kevin sangat berlawanan dengan cara dirinya dibesarkan. Disekitarnya terdapat banyak pria, tepatnya kedua kakak laki lakinya dan adik laki lakinya.

Namu ia memahami bahwa ibu yang meninggal saat seseorang masih kanak kanak tidaklah biasa. Syukurlah, Kath menyingkirkan kenangan pedih itu dan menatap mata hitam Kevin yang tenang. "Aku rasa ini Evelyn yang kita bicarakan, bukan?"

"Memang benar." Kevin mengangguk. "Dulu Evelyn dan ibunya tinggal berdekatan dengan kami. Ibuku adalah ibu baptisnya, dan aku mengenal Evelyn hampir seumur hidupnya."

"Pantas saja." Kath mengangguk hati hati.

"Dia putri aktris yang kebetulan amat sangat cantik--"

Kathrina mulai bertanya pada diri sendiri apakah Evelyn secantik ibunya. Tapi ia tak menanyakan apa apa.

"Juga sangat terobsesi pada dirinya sendiri," lanjut Kevin, hanya kini suaranya menjadi kasar dengan celaan. "Lalu, seperti kebanyakan wanita cantik, dia menganggap hadirnya seorang putri sebagai bencana--"

"Oh." Mata Kath membelalak. "Mengapa?"

Kevin tampaknya agak terkejut karena terdengar nada benar benar heran dalam pertanyaan Kath. Apakah Kath tidak menyadari betapa sengit persaingan diantara wanita? Kevin menatapnya. Tidak! Mungkin Kath memang tidak menyadarinya.

"Karena anak gadis akan tumbuh!" jawabnya. "Mereka merupakan bukti fisik betapa cepat waktu berlalu. Begitukan? Dan tidak ada yang dibenci aktris kecuali menjadi tua. Kau tidak dapat terus menerus berpura pura berumur pertengahan tiga puluhan, jika putrimu berumur dua puluhan!"

"Tidak, kukira memang tidak mungkin," kata Kath perlahan. "Aku tak pernah memandangnya dengan cara demikian." Kath menatap Kevin, terpukau pada apa yang diceritakannya. Kevin Clarkthon sedang mencurahkan isi hatinya, ia malahan mengira Kevin tak punya hati!

"Jadi peran apa yang anda mainkan?" tanya Kath

Belakangan ini Kevin sering bertanya pertanyaan yang sama pada dirinya sendiri, menelusuri daya ingatnya untuk sesuatu yang mungkin telah dikatakannya atau diperbuatnya, yang mengakibatkan gadis muda polos tersebut salah mengerti.

Kevin mengerutkan dahi. "Sejak masih kecil, Evelyn dekat denganku dan selalu ikut kemanapun aku pergi, kapanpun aku ada disana. Dia nyaris tak tau orang yang diidolakannya juga punya kesalahan tersembunyi." tambahnya dengan jujur dan sinis.

"Maksudnya, anda idolanya sir?"

Menurut Kevin mungkin terdengar sangat angkuh jika ia mengoreksi kalimat Kath dari masa lampau ke masa kini.

"Kukira demikian" Kevin juga berpendapat bahwa Kathrina dapat menyingkirkan nada keheranan dari suaranya.

"Dia senang jika berjalan bersamaku, menganggap seolah olah aku tak bisa berbuat salah." Ia takkan jujur pada dirinya sendiri jika menyangkal menyukai gadis muda itu. Juga menikmati kekaguman tanpa syarat itu. Hal ini berlaku dua arah, karena Evelyn bagaikan adik baginya yang tidak pernah dimiliki Kevin.

Me and The Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang