Part 15

13.3K 579 15
                                    

"Biar aku--" Adam meloncat berdiri.

"Tidak!" Dengan sedih dan prihatin Kath berdiri, sedangkan semua orang terus memandangnya. Hanya ia yang tau kisah yang lengkap dan agak menyedihkan itu.

Apapun yang terjadi di dalam kamar dilantai atas itu, bukan untuk konsumsi umum. Dan bukan hanya demi Evelyn--tetapi demi semuanya.

"Aku akan keatas dan melihat apa yang terjadi. Jika aku memerlukan bantuan aku akan memanggil kalian. Sungguh."

Megan mengangguk dan tersenyum menyemangatinya. Kath bergegas masuk dan berlari menaiki tangga. Jarinya meluncur di susuran tangga yang indah, menuntunnya langsung ke kamar tempat ia dan Kevin berbagi.

Ia tidak mengetuk pintu atau batuk atau memberi peringatan apapun kepada mereka bahwa ia tiba, tetapi langsung mendorong pintu hingga terbuka lebar.

Tepat pada saat itu ia melihat Evelyn berbaring telanjang diatas tempat tidur. Kevin berdiri disisiannya dengan bertelanjang dada, sedang memegang pakaian dalam basah Evelyn.

Evelyn langsung menatap Kath, kemenangan tak terkendali berkilat kilat dimatanya.

"Hentikan Kev," katanya dengan parau dan manja. "Ada penonton"

Wajah Kevin bagaikan batu, keras serta tanpa emosi. "Kenakan pakaianmu dan keluarlah Eve," katanya. Suaranya bergetar dengan rasa jijik ketika ia mencampakkan pakaian dalam Evelyn kesamping tempat tidur.

"Jika kau pergi sekarang, takkan ada apa apa. Tapi jika kau ingin memperburuk keadaan disini atau mencoba membuat Kath lebih kesal dari yang sudah kau lakukan, maka akan terjadi sesuatu. Kujamin itu."

"Benarkah kau mengharapkannya?" ejek Evelyn. "Apa yang akan mereka pikirkan tentang kau jika mereka tau kau telah menyeretku kemari dan mencoba menodaiku?"

Kath mengesampingkan kemuakannya, sedangkan Kevin telah melihatnya karena matanya menjadi gelap karena prihatin dengan Kath.

"Kurasa kesabaranku sudah mencapai puncaknya, Evelyn," kata Kevin sambil menggertakkan gigi. "Jadi, kau mau pergi atau tidak?"

Dengan menggerutu Evelyn menyambar bra dan celana dalamnya yang telah dicampakkan. Tetapi tidak berniat mengenakannya atau menutupi payudaranya yang indah.

"Ya, aku pergi!" sahut Evelyn ketus. Ia meluncur turun dari tempat tidur sambil melangkahi serpihan lampu meja yang berserakan menuju kearah Kevin.

"Aku akan pergi sekarang tapi tentu aku akan menunggu lanjutan permainan kita tadi." ucapnya sambil menjinjit untuk mencium bibir Kevin sekilas.

Kevin refleks mundur saat bibir mungil Evelyn menyentuhnya dengan ekspresi yang tidak terbaca.

Evelyn lalu melihat kearah Kath. "Jangan mengira dia takkan meniduriku, jika kau tidak masuk dan mengganggu kami--karena itu memang niatnya. Tanyai saja dia apakah dia bergairah. Ayo, tanyai dia! Bagiamana perasaanmu Kath?"

Evelyn tersenyum mengejek dan berjalan kerah pintu.

"Aku jadi kasihan padamu Evelyn, kalau kau ingin tau," jawab Kath perlahan.

Dipintu, Evelyn berhenti dan berbalik. "Kasihan padaku?"

"Tentu saja," desah Kath. Seluruh rasa simpatinya lenyap sekarang. Ia ingin sekali menguncang guncang gadis itu.

"Kau wanita muda yang cantik sekali, tetapi kau menyia nyiakan waktu. Dan hidupmu. Kau tidak bodoh. Mulai sekarang, kau harus tau, Kevin tidak memiliki perasaan yang sama denganmu. Aku takkan sanggup merendahkan diriku seperti itu."

Rasa percaya diri dan ketenangan Kath tampaknya berhasil ketika semua yang lain gagal. Evelyn menatap Kevin sambil memasukkan ujung jemarinya kedalam mulutnya yang bergetar sambil melihat tatapan kosong Kevin.

Me and The Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang