Eíkosi OktóーAleppo

1K 45 0
                                    

Aku tidak mengerti, aku tidak paham mengapa mereka bisa sejahat itu. Orang-orang itu―kejam.

Bahkan, untuk tertawa kecil pun, aku berpikir, "Masih bisa aku tertawa, sedangkan di sana banyak anak menjerit kesakitan bercampur kepiluan?"

Hak mereka direnggut paksa dari genggaman mereka. Rumah, makanan, ayah, ibu, apalagi? Diri mereka sendiri?

Bermain sepeda, ciuman pagi sebelum pergi ke sekolah, bacaan dongeng sebelum tidur, itu semua sudah runtuh bersama puing-puing bangunan yang telah menjadi pemandangan pagi hingga malam mereka.

Kapan akan berakhir? Kapan orang-orang itu berhenti? Berhenti merampas hak mereka? Berhenti membiarkan suara mereka menjerit? Bahkan satu tanda tanya pun tidak cukup. Mungkin di setiap langkah. Langkah mereka sendiri atau melalui kaki orang lain, muncul tanda tanya yang belum terjawab. Kapan? Kapan? Kapan? Kapan gedung-gedung tinggi itu akan berdiri tegak lagi? Kapan orang tidak akan berlari-lari ketakutan lagi? Kapan rumah kami akan terbentuk lagi? Kapan kami bisa tertawa kembali? Kapan kami akan menikmati desir angin bukannya debu dan ledakan?

Aku harap kamu bisa merasakan kehangatan seperti itu kembali di kemudian hari. Allah sayang kaumnya. Allah selalu bersama umatnya, bahkan lebih dekat dari tenggorokanmu. Aku hanya bisa melantunkan do'a, semoga kotamu menjadi milikmu lagi dan semoga Allah selalu melindungimu.

Untuk Aleppo.

Teriakan Aksara RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang