Aud III

115 30 12
                                    

Dari toilet, Fazza dan Fenah bukannya langsung ke kelas, melainkan mereka berdua pergi ke arah kantin. "Makan soto dulu yok Fen," ajak Fazza.

"Kuy lah, gua lagi laper juga nih abis bangun tidur." balas Fenah. Sebenarnya ini adalah kebiasaan mereka berdua saat sedang gabut disekolah. Makan soto ibu kantin.

Saat mereka berdua berjalan ke kantin sambil ngegosip, ada seseorang yang memegang bahunya Fazza. Fazza berbalik badan. "Eh iya kenap-" Belum selesai bicara, Fazza sudah terkejut dengan seseorang didepannya yang baru saja memegang bahunya itu. "Mau apa lo? Ha? Mau apa? Mend-" ucapan Fazza terpotong.

Ternyata itu Feryl. Tiba-tiba Feryl memeluk Fazza. "Za gue mau balik lagi kayak dulu Za," bisik Feryl.

"Apa-apaan lo? Abis nyakitin Fazza, lo seenaknya bilang mau balik kayak dulu lagi?" ucap Fenah. Fenah benar-benar muak dengan Feryl. Menurutnya, Feryl lah cowok brengsek yang pernah ia temui dimuka bumi ini.

Feryl tidak menghiraukan perkataan Fenah. Ia tetap memeluk Fazza sebagaimana dulu ia memeluk Fazza dengan penuh kasih sayang. Fazza? Fazza seperti mannequein. Kaku. Ia diam dalam pelukan Feryl.Tetapi, dia tidak membalas pelukan Feryl. Fazza menjadi ingat masa lalunya, saat Fazza sedang badmood, tiba-tiba Feryl memeluknya sambil berbisik "Babi senyum dong,"

Babi. Panggilan sayang Fazza yang dibuat oleh Feryl.

Fazza melepaskan pelukan itu. Ia tidak ingin terlalu larut dengan masa lalunya itu. Fazza berlari meninggalkan Feryl dan Fenah di kantin menuju ke kelas. "Gara-gara lo nih! Gua kagak makan soto!RESE." Fenah kesal dengan Feryl.

Fenah mencari kemana perginya Fazza. Di toilet tidak ada, di halaman belakang sekolah tidak ada, bahkan dikelas pun juga tidak ada. "Kemana si tuh bocah, kalo udah galau ngilangnya bener-bener ngilang ih, kesel." gumam Fenah.

Untungnya, guru jam kedua ini sedang tidak masuk jadi kelas XI-1 IPS freeclass. Fenah bingung harus mencari Fazza kemana lagi. Saat ia melewati kelas XI-5 IPS, ia tidak melihat ada guru disana. "Wah kayaknya freeclass juga nih kelasnya."

Gubraaak!

Suara pintu kelas XI-5 IPS terbuka dengan kencang karena Fenah. "Eh, eh, eh Dittt!" teriak Fenah yang berlari dari pintu kelas ke arah sekumpulan sahabat-sahabatnya Fazza. "Fazza ehhhh... Fazza...."

Semua siswa-siswi yang berada didalam kelas terkejut dan langsung memperhatikan Fenah.

"Fazza ngapa?" jawab Iniya. Biyaa, Iniya, dan Adita tidak pernah melihat Fenah se-heboh ini masuk ke kelas mereka. Apalagi karena Fazza. Pasti ada hal penting yang akan Fenah beritahu kalau sudah seperti ini.

"Fazza ngilang tadi pas abis dipeluk sama Feryl di kantin, dia lar-" ucapan Fenah terpotong. Sahabat-sahabatnya langsung bangkit dari bangkunya, lalu berlari keluar kelas untuk mencari sahabatnya yang dikatakan—hilang. Fenah tetap diam ditempat karena ling-lung. Sampai-sampai Biyaa berbalik ke arah Fenah, lalu menariknya agar ikut mencari. "Woy kampret, ayo lu ngapain masih disini?" kata Biyaa sambil menarik tangan Fenah. Fenah hanya menggaruk-garuk kepalanya yang memakai jilbab dan mengikuti tarikan Biyaa.

----------

Di rooftop sekolah.

Fazza sedang duduk di bangku kayu yang tersedia disana. Entah apa yang sedang Fazza alami, kini ia menjadi sering ingin sendiri.

Fazza sedang menundukan kepala nya sambil memejamkan matanya. Saat itu juga ia merasakan bahwa ada seseorang yang ada disampingnya. Tepat disampingnya. Ia menoleh kesamping. Fazza terkejut, ia cepat-cepat bangkit dari duduknya dan ingin berlari. Tetapi sebelum ia berlari, Feryl lebih cepat untuk menahan tangan Fazza.

"Plis gue mau perbaikin hubungan kita Za. Gue mau tanggung jawab atas perbuatan gue yang udah gue lakuin selama ini sama lo, lo pikir jadi gue enak? Gue tau Za lo sakit pas gue ngelakuin itu diem-diem dari lo. Tapi, jadi gue juga gak enak. Tiap hari semenjak kejadian itu sampe sekarang gue bener-bener ngerasa bersalah sama lo."

Fazza bingung harus berkata apa. Ia hanya memandang lurus ke depan. "Kaca yang udah pecah gak bakal bisa jadi kaca yang utuh lagi. Sama kayak hati gue. Kalau kaca pecah jadi dua kaca itu masih bisa diperbaikin walaupun ada garis bekas patahan ditengahnya. Awalnya hati gue juga gitu kan. Tapi, kaca yang udah pecah diberbagai sisinya, udah susah buat diperbaikinnya lagi. Sama juga kayak hati gue."

"Fazzaaaaaa!" teriak sahabat-sahabatnya. Mereka berlari ke arah Fazza dan Feryl. Mereka terkejut melihat Fazza yang sedang menangis di hadapan Feryl. "Lo apain lagi temen gue? Mending sekarang lo lepasin tangan dia, terus lo pergi jauh-jauh!" bentak Iniya. Adita dan Biyaa mendorong Feryl hingga ke tangga dan menyuruhnya untuk turun. Iniya menenangkan Fazza

----------

Waktunya pulang sekolah. Semua murid-murid sekolah diwajibkan pulang kerumah karena akan ada demo besar-besaran. Jika ada murid yang masih berkeliaran sampai batas waktu yang ditentukan akan ditangkap oleh petugas.

Fazza bingung harus pulang naik apa. Siang itu benar-benar tidak ada angkutan umum yang lewat. Biasanya ia dijemput oleh sopir pribadinya. Tetapi, tadi pagi ibu memberitahu bahwa pak Manu—sopir pribadinya, tidak bisa menjemput Fazza dikarenakan harus mengantar ibunya Fazza meeting di Bandung.

"Pulang sama siapa ni gue?" gumam Fazza. Lama-kelamaan sekolah mulai terlihat sepi. Sahabat-sahabatnya sudah dijemput oleh orang tuanya masing-masing.

"Yok pulang sama gue Za" sahut seorang cowok dari belakang Fazza.

"Eh Fadooo! Untung ada lo Do, kalo nggak gue bener-bener gak tau harus balik sama siapa" jawab Fazza. Akhirnya hari itu Fazza pulang bersama Fado.

Motor ninja merahnya membelah jalan raya yang ramai. Dari spion kaca motornya, Fado memperhatikan wajah Fazza. Kelihatannya Fazza habis menangis. Matanya sembab, tidak seperti biasanya. Dan akhir-akhir ini pun wajahnya terlihat murung. Fado membenarkan perkiraannya mengenai Fazza dan Feryl yang di rooftop tadi.

Fado melihat semua kejadiaannya. Dari Fazza pergi ke kamar mandi, Feryl memeluk Fazza, hingga Fazza dan Feryl berada di rooftop sekolah. Sebenarnya yang lebih dulu di rooftop sekolah adalah Fado, bukan Feryl. Saat Fado ingin berjalan menghampiri Fazza, tiba-tiba saja Feryl datang dan lebih dulu menghampiri Fazza. Fado pun mengurungkan niat nya kembali.

Gue seneng bisa sedeket ini lagi sama lo batin Fado. "Eh hari ini panas banget ya Za? Haus gak lo? Berenti dulu yuk di tukang es kelapa itu," ajak Fado

"Wihhh pasti segerrr, oke oke yukk," jawab Fazza dengan bersemangat. "Eh tapi lo yang-"

"Iya tenang gue yang traktir kok." sambung Fado sambil tertawa kecil.

Fazza pun mengangguk-ngangguk dan tersenyum lebar. "Oke siap bos."



Hoy Hoy Hoy doi lagi nonton bola Indonesia VS Thailand jadinya gue bergabut ria lanjutin ceritanya...

Makin gak danta ya ceritanya? HUFFFFTT.

Kalo ada yang baca sampe sini jangan lupa vomment yaaaa gaes :))

God Bless U

SELAMAT MALAM! 21.58 14Des

Enough.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang