Gue bener-bener ngestak mau lanjutin apa lagi.. Udah coba minum kopi biar dapet ide tapii HASILNYA NIHIL. Yang ada gue sakit perut gara-gara maag kambuh. Yaaaa nih skrng gue baru dapet ide lagi.
•••
Hari ini berbeda dengan hari-hari biasanya. Hari ini panas. Sangat panas. Tetapi aneh nya diramalan cuaca, hari ini akan turun hujan deras. Labil.
"Panas banget yaa, pengen minum gue nih," ucap Fazza.
"Bukannya lo lagi puasa senin-kamis yaa?" Biyaa menaikan satu alisnya.
Fazza menepuk keningnya dengan pelan. "Astagfirullah, untung lu ngingetin gue Biy,". Ia benar-benar lupa kalau saat itu dia sedang berpuasa. Ia berjalan ke arah pintu dan mengambil remote AC yang tepat berada di dinding kiri pintu kamarnya. Dia mulai menekan tombol yang menaikkan suhu AC nya.
Keheningan terjadi diantara mereka berdua. Sampai akhirnya Biyaa melihat Fazza sudah tertidur pulas disamping nya. "Jadi lo kasihan banget ya? Masih ada aja yang nyakitin lo, nyakitin orang yang setulus lo," Biyaa menatap wajah Fazza serius.
Kadang, orang yang tulus akan disia-siakan juga. Bagaimana pun caranya. Ini lah hidup.
"Untung aja lo mengelepasin Feryl, Za.. Kalau nggak, hati lo udah bisa dibuka jadi tempat rekreasi kayak dufan sekarang.." sambung Biya. Ia masih tetap menatap wajah sahabatnya yang masih tertidur pulas. TETAPI OHH TIDAK! disaat Biya sedang menatap wajah Fazza, terdapat pemandangan yang menjijikan. "Najis tau gak sih lo?! Cakep-cakep ileran, hih,"
Dua jam telah berlalu, ditatapnya wajah Fazza yang masih tertidur pulas. Biya ingin berpamitan pulang, tetapi ia mengurung niatnya untuk membangunkan sahabatnya itu. Ia berjalan menyusuri rumah Fazza untuk mencari Zaniya-- ibu Fazza.
"Tanteee? Helloo? Where are u?" teriak Biya.
Biya terkejut saat berbalik badan. "SUBHANALLAH,". Refleks Biya menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. "Tanteee Zann... Ngagetin aja sihh,". Zaniya sedang memakai masker putih saat itu, sampai-sampai Biya terkejut.
"B ajah keles Biy, gak usah lebay gitu deh ah," jawab Zaniya sambil mencubit pipi Biyaa yang tembam seperti bakpau.
"YaAllah emang sableng ni emak-emak, masa malah gue yang di kataim lebay," gumam Biyaa dalam hati.
"Hehehe iyain deh yaa nte,"
"Btw, kamu kenapa nyariin tante yang cantik ini? Kangen ya? Ah kamu kal--"
Biyaa memotong ucapan Zaniya karena kalau dia sudah seperti itu tidak akan ada ujung nya. "Ehh nggak tante nggak, jadi gini aku mau pamit pulang.. Aku mau pamit sama Fazza tapi gak tega bangunin dia soalnya lagi pulas banget tidurnya,"
"Boro-boro kangen, ketemu aja males gue, bikin kuping panas ngerocos mulu kagak ada abis nya, perlu banyak-banyak istigfar nih gue." batin Biyaa.
"Ohhh okee honey, kamu pulang sama siapa emangnya? Mau dianterin pak Manu gak? Pakkk Manuuuu...." tanya Zaniya kemudian memanggil pak Manu.
"Eh nggak tanteee, gak usah panggil pak Manurios gak usah...""Manurios? Hellaw bagaikan langit dan dasar laut keles Biy,"
"Ah salah ngomong lagi kan gue," batinnya lagi.
"Maksud aku pak Manu hehe, aku dijemput papa kok Tan..". Tiba-tiba ponselnya berdering, Zaniya melihat nama "Papa qu cuyung" tertera di ponselnya. "Udah yaa Tan.. Papa ku udah jemput.. Daaah Assalamualaikum." sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough.
Teen FictionPerkenalan itu kini hanya menjadi kenangan. Karena perkenalan itu kita menjadi dekat. Dekat menjadi rasa. Rasa menjadi Cinta. Cinta menjadi kecewa. Kecewa memang selalu hadir di akhir cerita. Aku hanya lah benang yang lemah lembut dan kau adalah ja...