Saat itu, Fazza belum mengenal Feryl. Bahkan ia tidak pernah melihatnya disekolah. Tetapi akhir-akhir ini saat Fazza berkumpul bersama sahabat-sahabatnya di kelas XI-5 IPS, ia sering melihat Feryl.
Hanya sekedar melihat saja, bahkan Fazza tahu namanya dari sahabatnya. "Itu yang pecicilan namanya siapa dah?" tanya Fazza pada sahabatnya.
"Ohh dia.. Itu namanya Feryl Orlando Dirgantara," jawab Biyaa. Biyaa memajukan wajahnya ke wajah Fazza. "Demen lo yaaa? Hmmmm.." tangan Biyaa melayang ke kepala Fazza.
"Dih apaan si? Lo pikir! Dia terkenal gara-gara suka mainin cewek kan? Nembak cewek sana sini? Hihh ngapain amat gue demen sama cowok lenjeh kayak dia." kata Fazza sambil tersenyum sinis disusul dengan satu alis yang dinaikkan nya.
"Tapi kalau udah di baperin dia hati-hati aja lo Za," Iniya mengayunkan jari telunjuknya ke arah Fazza.
"Kagak. Gue kagak bakalan baper kalau dibaperin sama cowok kayak dia!" jawab Fazza sinis.
Biyaa Iniya, dan Adita berbisik pelan agar Fazza tidak mendengarnya. "Kita liat aja nanti.. Yaa kan?"Saat Fazza ingin keluar kelas, ia melewati sekumpulan anak laki-laki tepat didepan papan tulis. Ada Fado disana yang sedang berkumpul bersama Feryl juga. Mereka memang sudah berteman sejak lama.
Sebenarnya Fado sering bercerita tentang Feryl. Tetapi karena terlalu sering bercerita kalau Feryl sering gonta-ganti perempuan, Fazza sangat muak.
•
Pernah saat itu, Fazza memberhentikan cerita Fado. "Udah cukup Do, gue hampir tau semua tentang dia.Gue jijik tau gak sih? Udah gak usah cerita dia lagi deh ya? Gue mohon banget.. Udah cukuppp!"
Pernah juga saat itu Fado bertanya mengapa Fazza tidak ingin tahu nama laki-laki itu. Bahkan saat Fado ingin menyebutkan namanya, Fazza menonjok pipi Fado. Walaupun begitu, Fado tidak menganggap tonjokan itu serius, ia justru senang karena bisa mendapat tonjokan dari seorang perempuan yang sangat sempurna dimatanya.
"Lo kenapa sih gak mau tau nama dia?" tanya Fado sambil terkekeh.
"Ngapain amat sih gue tau nama dia? Nih ya Do gue kasih tau dan lo denger baik-baik perkataan gue,". Fado menganggukkan kepalanya, Fazza mengulum bibirnya. "Gue denger cerita dia dari apa yang lo ceritain aja muak tau gak?! Gue ngebayangin muka nya aja udah ishhh jijik. Apalagi tau namanya coba?!"
•
Tiba-tiba Fazza terpeleset karena Almady habis mengepel lantai.
BRUUKK!
"Awwwh!" Fazza mengaduh. "Dasar bego! Lo kalau ngepel jangan terlalu basah napa! Gimana nanti jadi Office Boy lo?! Bangsat!" bentaknya ke arah Almady. Almady hanya menunduk karena takut dengan Fazza.
Tawa pun meledak diantara sekumpulan laki-laki itu. "Lo jangan ngetawain dia gitu dong, udah tau sakit masa malah diketawain.. Sini gue bantuin bangun,". Fazza tidak menghiraukan perkataan yang baru saja ia dengar, ia masih sibuk membersihkan rok nya yang kotor. Lalu, ada yang menyodorkan tangannya ke arah Fazza. Fazza tidak melihat wajah yang menyodorkan tangannya itu, tetapi ia tahu kalau yang menyodorkan tangannya itu adalah laki-laki. Fazza menaruh telapak tangannya di tangan laki-laki itu dan mulai bangun.
"Makasih ya," ucap Fazza. Ia masih sibuk merapikan seragamnya, dan saat ia sudah selesai membersihkan seragamnya lalu melihat seseorang yang didepannya itu membuat Fazza benar-benar terkejut. "Hah? Yang bantuin gue bangun itu elo?" Fazza mengucek-ngucek kedua matanya karena tidak percaya bahwa laki-laki yang ia benci lah yang membantunya. "Feryl?!"
Feryl mengangguk sambil merapikan jambul khatulistiwa nya itu. "Iyaa gue yang bantuin lo, kenapa?"
Terdengar suara tawa dari arah barisan belakang. Ternyata Biyaa, Iniya, dan Adita sedang menertawakan Fazza. Dilihat dari posisi Fazza, Iniya sedang membisikkan kata-kata ke telinga Biyaa, dan dibalas dengan Biyaa yang mengacungi jempol ke arah Iniya.
Hufftt menjengkelkan batin Fazza.
"Isshhh gue jijik tau gak sih sama lo?! Udah sono lo.. Gue mau lewat! Gue gak sudi ya lo ada dihadapan gue!" sewot Fazza, kemudian pergi dengan wajah yang tampak kesal.
"Lah? Dibantuin kok sewot? Dasar cewek! Belom aja gue baperin tuh.." gumam Feryl ke arah teman-temannya sambil tertawa.
"Jangan Ryl! Sampe lo berani baperin dia terus lo jadiin korban kayak cewek-cewek disekolah ini.. Behh abis lo!" ucap Fado. Ups! Dengan lancar mulutnya mengeluarkan perkataan seperti itu?
"Dasar bego! Tolol! Idiot! Ngapain coba lo belain Fazza depan mereka?! Alah anjing!" gumam Fado dalam hati.
Feryl mengernyit. "Tenang Do, kalem aja kalem, gue gak sejahat itu kok," jawab Feryl. "Palingan yaaa kalau udah berhasil gue baperin.. Trus gue tinggalin deh." tawa Feryl pun meledak.
"Gak lucu bangsat." Fado pun geram. Ia pergi meninggalkan Feryl dan teman-temannya yang masih asyik tertawa karena omongan Feryl.
----------
"Palingan yaaa kalau udah berhasil gue baperin.. Trus gue tinggalin deh."
Kata-kata itu sangat membuat Fado tak habis pikir. Karena kejadian itu sampai tega nya Feryl memiliki niat sejahat itu. "Mulai sekarang gue harus jagain Fazza bener-bener," gumamnya di dalam kesepian. Kini ia sedang berada di halaman belakang sekolah. "Jangan sampe Fazza dijadiin mangsa sama buaya darat itu!" sambungnya.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Fado melangkah keluar dari kelasnya setelah bersalaman dengan gurunya. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil kunci motor. Sesampainya di parkiran motor, Fado melihat Feryl bersandar dimotornya. "Ngapainn lo Ryl?" tanya Fado heran. "Tumbenan amat.. Mau nebeng?"
Feryl membenarkan posisinya yang kini sudah ada dihadapan Fado. Tangannya melayang dan jatuh tepat pada pundak Fado. "Gini Do.. Lo kan temen deket nya Fazza tuh.."
Fado menghempaskan tangan Feryl dari pundaknya. "Bentar.. Bentar? Lo? Lo tau darimana dia namanya Fazza?" tanyanya benar-benar ingin tahu.
"Ya jelas gue tau lah goblok! Siapa yang kagak kenal dia? Kan tiap dia menang lomba baca puisi, dia dipanggil ke depan pas upacara.. Fazza Briellelinaza kan?"
Fado benar-benar bodoh dihadapan Feryl. Dia hanya tersenyum hambar. "Terus kenapa bro?"
"Gue minta nomor telp dia dong, pin dia, nama ig kek gitu? Pokoknya yang bisa komunikasi sama dia.. Lo pasti punya kan?"
Fado membelalakan matanya. Saat-saat yang ia takuti kini sudah terjadi. Feryl menanyakan Fazza.
"Broo, lo kecapean ya kayaknya? Gue tanya kok diem bae?" tanya Feryl dengan muka heran.
"Gak.. Gakk.. Gue gapapa,". Fado bingung mencari alasan apa agar ia tidak memberi nomor Fazza. "Tapi hp gue ketinggalan nih dirumah.. Gue gak bawa hari ini,"
"Yaudah kan ntar lo bisa kirim lewat chat, oke?" Feryl menepuk pundak Fado. "Oke Feryl ganteng." jawabnya sendiri.
Setelah Feryl meninggalkan Fado diparkiran, Fado memijit pelan tulang hidungnya. Kalau sudah begini gawat. Feryl pasti akan bermain-main dengan Fazza.
Motor Fado membelah jalanan yang sedang ramai lancar. Saat sedang mengendarai motor ia memikirkan kejadian yang terjadi siang ini. Dari Fazza yang terpeleset lalu dibantu bangun oleh Feryl, kemudian baru saja Feryl meminta nomor Fazza. Fado menghela napas panjang sambil memejamkan matanya sebentar.
Tiba-tiba Fado mengerem mendadak. "Woi kampret! Kagak tau apa nenek-nenek mau nyebrang hampir ketabrak?! Hah?! Lu kalau ngantuk tidur nya dirumah jangan dimotor goblok!" tegur seorang nenek-nenek bertongkat yang sedang ingin menyebrang.
Fado menepi dari tengah jalan. Ia menghampiri nenek itu, kemudian menyalam tangan nenek itu. "Nek maaf nek, saya salah nek,"
"Ya emang lu salah oon!" jawab nenek-nenek itu kesal.
"Busetdah udah tua tetep aja jago ngegas." batin Fado.
Gue ada ide lagi nih makanya gue langsung buru-buru nulis trus update hehe..
Disini gue bakal nyeritain gimana masa lalu nya Fazza-Feryl sampe sampe Fazza jadi ngejauh dari Feryl kayak yang di part 1-7.
Oiya kalian cukup fokus sama peran Fazza-Fado-Feryl ya disini. Jangan fokusin ke nenek-nenek receh itu :v ngahahaha
Gak bisa tidur gue makanya lanjut aja deh ni cerita.
SELAMAT PAGI DUNIA ORANGE! 02.55 A.M 6JANUARY2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough.
Novela JuvenilPerkenalan itu kini hanya menjadi kenangan. Karena perkenalan itu kita menjadi dekat. Dekat menjadi rasa. Rasa menjadi Cinta. Cinta menjadi kecewa. Kecewa memang selalu hadir di akhir cerita. Aku hanya lah benang yang lemah lembut dan kau adalah ja...