❄ Chapter 12 : Bigger ❄

104 17 0
                                    


Author's POV

Diagram statistika taksiran pendapatan Niall dan Taylor sekarang sudah stabil kembali. Bukan seperti dahulu, stabil dalam kemahsyuran. Kini mereka punya setidaknya 3 cabang di New York. Bahkan mereka juga sudah menyewa toko yang lebih besar untuk menjual yogurt beku. Kini orang-orang bukan hanya dapat menyantap yogurt beku, tapi juga bisa duduk, menggunakan wifi gratis, berbincang-bincang di Yogurt In Love.

Di samping kemahsyuran mereka yang membesar setiap hari, ada hal lain yang membesar juga. Kau mungkin tak akan percaya dengan hal ini.

"Tay, apa kau ingin berlibur bersamaku?" Tanya Niall ragu-ragu.

"Apa-apaan sih,Ni? Bahkan kita sedang sangat sibuk!" tukas Tay masih berkutat dengan computer portable nya.

"Hmm, baiklah." Balas Niall agak tertegun.

"Ni, apa kau ingin membantuku?" Tanya Tay menunjukkan laptopnya yang error secara tiba-tiba.

"Anytime," Niall langsung mengoperasikan software di laptop Tay, hingga akhirnya tidak error lagi.

"Thanks, Niall!" gadis itu kembali sibuk dengan laptop kesayangannya itu.

"Tay, aku ingin pulang duluan ya," pamit Niall, mereka sedang berada di ruang kantor di kedai Yogurt In Love cabang terbesar.

"Ni, kau tak apa 'kan?" Tanya Tay, ia bertanya tapi pandangannya bahkan tak beralih dari layar laptop.

"Tidak apa," lalu Niall berlari keluar dari ruangan.

* * * ** ******

Jadi aku ditolak oleh Tay- ucap Niall dalam hatinya ketika jalan pulang. Ia pulang naik kendaraan umum. Meskipun kini Niall sudah terbilang sukses, tapi ia masih belum bisa melepas jiwa kesederhanaannya, padahal untuk saat ini bisa saja ia membeli satu buah mobil, tapi ia lebih memilih uang itu untuk membangun rumah ibunya terlebih dahulu. Ya, ia akan selalu menjadi anak baik.

Mengapa Niall berintuisi seperti itu?

Entah mengapa. Hatiku sangat sakit ditolak dengannya. Padahal ini hanya ditolak untuk berlibur. Apalagi jika aku menyatakan hal yang sebenarnya? Mungkin ia tak akan mau lagi berteman denganku- pikir Niall saat turun dari bus. Ia sangat tidak konsentrasi. Hingga ia hampir tertabrak mobil. Beruntunglah, ia masih selamat.

****************

Malam harinya, Tay merasa sangat bersalah atas apa yang ia lakukan pada Niall hari ini. Seharusnya ia tak bersikap acuh seperti tadi. Ia sungguh tak bermaksud seperti itu, tetapi tadi siang ia hanya sedang lelah karena skripsi yang ia buat masih harus direvisi lagi, padahal deadline nya besok siang, sedangkan Niall sudah mengumpulkan dan tak perlu ada revisi lagi.

Beruntung juga, rumah Tay dan Niall masih bersebelahan. Jadi, Tay memutuskan untuk datang ke rumah Niall dan mencoba meminta maaf atas sikapnya hari ini dan menjelaskan mengapa ia berperilaku seperti itu.

"Bibi Maura, apa aku boleh bertemu dengan Niall?" Tanya Tay pas sekali bertemu bibi Maura di depan pagar rumah, ia baru saja habis berbelanja.

"Maaf Tay, tapi Niall sakit. Ia sedang tidur, butuh istirahat yang cukup." Balas bibi Maura.

Niall sakit? Apa ini serius apa hanya Niall yang menyuruh ibunya untuk bilang seperti ini?- pikir Tay.

"Bibi, tapi aku sangat ingin bertemu dengan Niall," mohon Tay menempelkan kedua telapak tangannya.

"Maaf sekali, Tay. Tolong beri Niall waktu untuk penyembuhannya, ia demam berat sejak sore ini,"

"Baik, aunty."

Bukannya membuat hati Tay lega, ini malah membuat Tay semakin merasa bersalah.

Keesokkan hariya, Tay berangkat kuliah sendiri, biasanya memang bersama Niall, tapi berbeda dengan hari ini. Niall masih sakit. Hari ini di kuliah sudah tidak ada lagi pelajaran, Tay hanya mau mengumpulkan skripsi yang sudah ia revisi. Tak lama lagi ia akan lulus dari universitas ini. Ia sudah tak sabar lagi, itu mengapa ia sangat stress menghadapi skripsi dan siding sebelum pengumuman kelulusan nanti.

Setelah Tay mengumpulkan skripsi kepada dosen pembimbingnya, ia segera ke kantin, hanya sekedar untuk melepas dahaga. Sangat kebetulan, Tay melihat kemesraan antara Bella dan Harry. Tak terasa pernikahan mereka sudah berjalan sekitar 2,5 tahun dan bahkan sekarang Bella sedang mengandung. Mereka berdua makan sambil bersuapan. Tay yang lajang, sedikit sebal melihatnya.

"Ew! Mengapa harus bermesraan di depanku!" bisiknya pelan, Tay benar-benar bicara sendiri.

Tay tak lagi memiliki rasa pada Harry. Sejak hari pernikahan itu. Ia tak akan menyukai seseorang yang sudah berkeluarga. Lalu setelah itu, Tay tak menyimpan rasa dengan lelaki mana pun.

Frozen Yogurt (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang