❄Chapter 8 : After sad, there is happy❄

602 67 26
                                    

Taylor's POV 

Hari ini aku menjalani kuliah seperti biasanya. Aku dan Niall sudah sepakat, jika berjualan, ketika sudah pulang dari kuliah saja.

"Tay, aku punya berita buruk..." ucap Niall ketika sedang mengecek laptopnya.

"Jika tidak penting. Lebih baik tak usah dibicarakan." balasku sedikit tak peduli, lagipula sekarang aku sedang sibuk mengerjakan tugas akhir semester.

"Huhuhu, tapi... Aku tak sanggup untuk mengatakan ini, dan ini penting..."  kata-kata Niall yang seperti ini yang selalu sukses membuatku tak nyaman sekaligus takut.

"Apa?"

"Harry dan Bella akan tunangan hari ini," ucap Niall yang sebelumnya diawali dengan tarikan napas.

DEG!

Hatiku rasanya mencelos mendengar kabar tersebut. Aku tahu, cepat atau lambat, Harry akan punya pasangan. Tapi mengapa harus tunangan secepat ini? Apa mereka ingin menikah muda? Mereka kan juga masih 19 tahun.

"Tay!" Niall melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

"Ya, aku dengar, Ni. A-ak-aku, tak peduli." akhirnya aku berhasil mengucapkan kalimat itu. Ya, aku berbohong. Mana mungkin aku tak peduli tentang pertunangan seseorang yang aku sukai.

"Iyakah?" tanya Niall menaikkan sebelah alisnya, aku rasa ia tak percaya dengan pernyataanku.

Aku mengangguk, lalu mataku kembali tertuju pada laptopku. Tapi setelah Niall bicara tentang kabar itu. Aku jadi diam dan sama sekali tak mau melihat Niall, walau sesekali aku merasa bahwa ia memperhatikan gerak-gerikku. Sungguh aku tidak mau Niall tahu kalau aku sedih. Aku ingin semua orang menganggapku sudah move on.

"Oh ya, tapi aku juga punya kabar gembira untuk kita berdua," ucap Niall lagi. Aku hanya berharap jika ini kabar ini dapat membuatku lepas dari kesedihan yang aku alami saat ini.

"Apa?" tanyaku singkat.

"Baca ini... Aku ingin membuatmu berusaha..." Niall menunjukkan sesuatu dari laptopnya.

"Sebuah e-mail yang belum kau buka?" aku heran. Apa yang ia ingin tunjukkan?

"Astaga! Maaf, aku lupa mengkliknya, ini dia!" setelah mengklik enter, Niall kembali menunjukkan sesuatu di layar laptopnya.

Aku menganga tak percaya. Aku sempat beberapa detik memejamkan mata dan membukanya lagi. Tidak ada perubahan. "Ni, cubit aku sekarang!" perintahku menyodorkan lenganku.

"Hah?" Niall memasang wajah bingung.

"Iya, cubit lenganku. Sekarang!"

"Baiklah..." Niall mencubitku cukup keras hingga aku meringis kesakitan. "AAAAW!"

"Maaf, Tay... Tapi itu perintahmu sendiri kan... Hehehe,"

"Niall!! Ini bukan mimpi?" tanyaku masih tak percaya dengan e-mail ini.

"Tentu bukan." Niall tersenyum padaku, sepertinya ia sudah tahu kalau ini akan membuatku gembira.

"Kita? Kita dapat membuka stand  Frozen Yogurt di food court  Manhattan Mall?" itulah isi e-mailnya. Ya, Niall mendapat balasan surat oleh direksi Mall tersebut.

"Ya!" Niall membalas dengan riang.

"Bagaimana bisa?"

"Ceritanya panjang... Aku sedan malas cerita hari ini. Oh ya, mulai hari ini, kita sudah bisa buka stand di sana!"

"Hari ini?"

"Ya, aku sudah menyewa orang untuk mengantarkan Booth froyo kita. Untung biayanya murah..."

Frozen Yogurt (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang