❄ Chapter 11 : Almost is never enough ❄

106 21 1
                                    



Taylor's POV

Beberapa hari setelah Hayley Williams mendatangi kedai yogurt beku milikku dan Niall, Yogurt In Love semakin ramai pengunjung. Aku tidak menyangka hal ini benar-benar terjadi. Ya, maksudku, Hayley dengan baiknya, mengunggah foto selfie dengan memamerkan yogurt beku kami dan mempromosikannya tanpa dibayar, bahkan ia yang membayar lebih. Entahlah aku harus membalas seperti apa, karena aku tak tahu akan bertemu lagi dengan Hayley atau tidak. Dia itu kan selebriti. Yang ku bisa untuk membalas kebaikannya mungkin hanya dengan berdoa dan membeli album-album mereka mungkin, tanpa seperti ini pun aku selalu membelinya dengan Niall.

Oh ya, bahkan banyak penyandang dana yang menawarkan untuk bekerja sama dalam usaha ini. Mereka ingin membuka franchise Yogurt In Love juga. Apa aku dan Niall? Tentu saja. Ini sangat-sangat di luar pemikirkanku.

Pas sekali, hari ini aku dan Niall sudah membuka lowongan pekerjaan. Mungkin setelah kami mendapat pegawai, kami akan berkontribusi di belakang saja, tidak menjadi kasir dan pelayan lagi. Sehingga kami bisa lebih focus menjalani kegiatan belajar di kuliah. Walau tak lama lagi kami akan wisuda, sekitar 1 semester lagi.

· * *******

Tak butuh waktu lama akhirnya kami menemukan dua orang karyawan dan karyawati terbaik dari 30 pendaftar lowongan kerja yang kami buat. Mengapa hanya dua? Karena booth kami juga baru satu, aku harap suatu saat nanti aku dan Niall akan punya banyak cabang Yogurt In Love di banyak negara, bukan hanya di Amerika Serikat, sekarang kami baru di New York saja.

Nama pegawai kami adalah Maggie dan Sid. Maggie akan bertugas sebagai kasir, dan Sid yang akan membuat pesanan pelanggan. Mereka berdua yang terbaik dan yang paling giat bekerja saat masih menjalani pelatihan yang kami adakan lebih dari 4 jam.

Belum aku cerita kan juga, aku kemarin membeli Koran. Sungguh bukan karena aku ingin membaca berita-berita terkini yang ada di sana. Aku membelinya karena ingin memotret lembar Koran yang berisi penilaian dan review mengenai yogurt beku di Yogurt In Love, mereka menyebut yogurt beku kami lah yang sedang popular, sehingga banyak orang yang membuat review bahkan hingga di Koran.

CEKREK!

Bunyi kamera digitalku membuat Niall yang awalnya membuat rancangan proposal untuk diberikan kepada penyandang dana langsung menengok ke arahku.

"Kau memoto Koran?" tanyanya malas.

"Ini bukan Koran biasa, Ni. Lihat ini! Produk kita ada di Koran!" sorakku menunjukkan lembar Koran yang kujadikan lembar favoritku sepanjang masa ini.

"Astaga! Ini serius? Produk kita ada di review Koran New York Times?? Ini menakjubkan!" kini ia juga bersemangat dan tak percaya.

"Iya. Ini serius, Ni."

"Cubit aku sekarang! Ini pasti hanya mimpi." Aku langsung memberikan cubitan tersakit yang pernah berikan, tepatnya di lengan Niall.

"Awww! Iya! Ini benar bukan mimpi di siang bolong!" pekiknya kesakitan, bahkan lengannya memerah dan bekas cubitanku masih membekas.

"Ini bahkan sudah sore, Niall."

"Eh! Tapi ada sesuatu yang kurang."

"Apa, Ni?"

"Toko kita ini masih kecil."

"Ya, hampir besar, Ni."

"Tay, Almost is never enough. Kita harus segera sewa tempat, atau bahkan membangun bangunan untuk toko. Kau siap untuk level selanjutnya?"

"Ya, aku siap!"

Level? Ya. Hidup ini bagaikan untaian level, semakin kita bisa menjalani suatu ujian, atau tingkat kesukaran dalam hidup, kita akan semakin lebih baik dan semakin berhasil. Dan benar, hampir itu tak pernah cukup, maka teruslah berusaha dan jangan menyerah. Apa pun yang terjadi. ♥

Frozen Yogurt (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang