Part 3

1K 98 6
                                    


Di dalam apartemen milik Shania, terlihat seorang lelaki dan juga di situ ada Shania. Mereka sedang bercerita tentang sesuatu yang terlihat serius.

"Jadi, rencana kita kali ini akan berjalan mulus." Ucap lelaki itu yang bernama Gary, tak lain adalah kakak Shania.

"Kak, aku sudah bilang berkali-kali kalo aku udah gak mau bekerja sama lagi dengan kakak." Ucap Shania sambil meninggikan suaranya.

"Aku tidak mau, aku penyebab dia kecelakaan, karena aku dia koma, coba saja waktu itu dia tidak memaksa dirinya untuk pergi ke pesta ulamg tahunku, pasti sekarang dia masih keadaan sehat. Ini semua gara² aku dan aku sama sekali tidak ingin membuatnya tersiksa untuk yang kedua kali." Terlihat dari raut wajah Shania bahwa dia merasa bersalah pada Nabilah.

"Kamu harus mau, rencana yang sudah kita rancang selama 2 tahun ini akan sia² Shania." Mohon Gary.

"Lupakan rencana yang kita rancang selama 2 tahun itu." Ucap Shania.

"Apa kamu bilang?! Kita harus melupakan rencana yang sudah kita rancang bersama-sama selama 2 tahun? Gak akan! Kamu juga kan yang dari dulu ingin merebut tanahnya agar kita berdua kaya." Bentak Gary.

"Oke, rencana ini akan tetap di lanjutkan." Shania hanya bisa pasrah.

"Bagus,nanti kamu harus mencari stempel milik Nabilah di kantor milik ayahnya." Ucap Gary, tetapi Shania hanya diam saja.

"Kamu masih ragu?." Tanya Gary.

"Iya, jika kita melakukannya maka kita akan menjadi orang yang sangat jahat!." Shania membentak Gary.

"Kamu harus melakukannya! Kita sudah terlanjur menjadi orang jahat." Gary balik membentak Shania. "Lagian kamu memang sudah ada rencana merebut tanahnya dan kamu juga mengakui kamu adalah penyebab kecelakaannya, itu berarti kamu sudah jahat." Ucap Gary dengan ketusnya.

"Hati aku akan hancur jika aku melakukannya, bagaimana pun dia sahabat aku." Ucap Shania dengan mata berkaca-kaca.

"Hati kamu tidak akan hancur maupun terbelah." Ucap Gary dingin lalu meninggalkan Shania.

Tanpa mereka sadari sedari tadi ada yang mendengar percakapan mereka, Nabilah tampak sangat geram dengan kelakuan Gary, bisa²nya dia berbuat seperti ini padahal dia adalah asisten papanya yang paling di percaya oleh papanya. Gary juga adalah cinta pertamanya.

"Sekarang aku sudah tau kelakuan busuk kalian berdua." Ucap Nabilah dengan berapi-api.

'Sisa waktumu tinggal 46 hari, 12jam, 30 menit'

Nabilah berjalan keluar dari apartemen milik Shania, dia menekan tombol darurat beberapa kali. Veranda muncul sambil melipatlam kedua tanganya di dadanya.

"Kenapa kamu baru datang? Aku bahkan sudah menekan tombol ini berkali-kali." Bentak Nabilah pada Ve.

Mungkin karena keadaan hatinya yang kurang baik jadk dia membentak Veranda.

"Kau tau siapa yang membuat aku celaka, kau tau itu!! Yang membuat aku celaka adalah Shania, sahabat aku sendiri. Kenapa kamu tidak memberitahuku?." Nabilah sudah mulai murka.

"Memangnya kamu tidak ingat apa yang membuatmu celaka?." Tanya Ve, dengan cepat Nabilah menggeleng kepalanya.

"Itulah rahasia surga, aku juga tidak tau penyebab kecelakaan yang terjadi padamu." Ucap Veranda.

"Rahasia surga?." Nabilah mengerutkan keningnya.

"Kamu tidak akan mengerti kata² itu Nabilah." Nabilah menatap Ve lalu menangis.

"Apa aku salah bicara?." Pikir Ve. Dia terlihat pusing.

"Jika kau tau, kenapa kamu tidak ingin memberitahuku?." Tanya Nabilah. Jadi ini yang membuat dia menangis.

49 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang