Part 9

660 96 6
                                    

Di part yang ini penulisan kata²nya atau kalimat aku buat berbeda dari part yang sebelumnya

**********

Saat ini Nabilah dan Melody sedang duduk saling berhadapan di depan cafe milik Melody. Mereka berdua hanya saling diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tiba² saja Sinka berlari ke arah mereka.

"Kak Mel ini gawat sekali, pak Donny akan mewariskan perusahaannya yang hampir bangkrut ini pada Gary, dia juga bilang jika Gary bisa memegang perusahaan itu dengan baik dia akan memberikan tanah milik Nabilah." Ucap Sinka dengan wajah yang begitu khawatir. Nabilah maupun Melody kaget bukan main.

"Apa?! Kenapa papa gak bilang ke aku dulu? Papa memang selalu mengambil keputusan sendiri." Ucap Melody.

"Ini tidak bisa di biarkan, aku harus mencari Veranda." Batin Nabilah.

Nabilah bangkit dari tempat duduknya lalu pamit. "Melody, Sinka aku pergi dulu tiba² aku teringat sesuatu yang harus aku kerjakan." Ucap Nabilah lalu pergi.

"Hati² Kinal." Teriak Melody sambil melambaikan tangan pada Nabilah.

Nabilah berlari mencari keberadaan Veranda, dia yakin bahwa Veranda tidak jauh dari sini.

"Aku disini!!." Teriak Veranda sambil melambaikan tangannya pada Nabilah. Veranda memakai baju berwarna putih berlengan panjang dengan rok mini hitam, Veranda tersenyum lebar saat Nabilah menghampirinya.

"Gawat!! Perusahaan papaku yang hampir bangkrut itu akan di warisi kepada Gary lalu tanah milikku juga akan di berikan pada Gary." Ucap Nabilah begitu khawatir.

Veranda menaikan kedua alisnya. "Lalu apa hubungannya denganku?." Ucap Veranda dengan santainya.

"Kamu harus bantu aku untuk memberitahu bahwa Gary adalah orang yang jahat." Ucap Nabilah.

Veranda menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya. "Sudah ku bilang berkali-kali jika aku tidak bisa ikut campur urusan manusia, jika aku melanggarnya maka aku akan di hukum oleh seniorku." Ucap Veranda.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?." Ucap Nabilah berputus asa.

Tiba² saja Veranda mengingat sesuatu. "Hanya ada satu cara, kamu bisa menyentuh apapun tetapi kamu akan kehilangan satu hari dari 49 harimu itu." Ucap Veranda.

Nabilah berpikir sejenak. "Sepertinya boleh juga." Ucapnya.

"Jangan terlalu cepat dalam mengambil keputusan, kamu itu belum mendapatkan setetes airmata pun dan kau akan melepaskan satu hari berhargamu? Sekarang sisa waktuku hanya tinggal 31 hari dan kamu benar² ingin menyia-nyiakan 1 hari berhargamu itu? Tolong di pikirkan secara baik²." Ucap Veranda.

"Aku sudah memikirkannya, perusahaan papa dan tanah milikku itu sangat penting." Ucap Nabilah tanpa ada keraguan.

Veranda mendekatkan wajahnya pada wajah Nabilah. "Satu hari menentukan hidup dan matimu." Veranda memegang kedua bahu Nabilah. "Pikirkan baik² sebelum menggunakannya, sekarang kamu pulang lalu keluar dari tubuh Kinal." Veranda terlihat begitu serius.

Nabilah mengangguk lalu menuruti apa yang di katakan Veranda, dia pulang ke rumah untuk keluar dari tubuh Kinal.

.
.
.
.
.

49 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang