PROLOG

7.6K 333 3
                                    

.

.

Suara lonceng disertai bau harum roti panggang dan kopi menyambut Amanda saat memasuki kafe langganannya. Tanpa menoleh kesana kemari Amanda berjalan ke arah meja dekat kaca besar yang menghadap taman dan jalan raya. Seperti biasa Amanda datang terlambat, teman-temannya sudah berkumpul disana.

"Hai, Man. Kayaknya lagi sibuk ya?" Diana bergeser untuk memberi tempat. Amanda bergumam terima kasih saat perempuan itu menyodorkan Cappucino Latte sesuai pesanannya di jalan tadi.

"Walaupun belum waktunya ujian, perpustakaan tetap ramai ya?" Sahut Andrea yang bekerja di instansi yang sama dengan Amanda. Meski begitu mereka jarang bertemu karena berada di unit yang berbeda.

Amanda mengangguk dan mendesah pelan. "Barengan sama akhir tahun, jadi juga sibuk inventaris. Sudah gitu tadi banyak yang dateng dan pinjam buku. Kerjaanya jadi dobel-dobel."

"Memang pegawai perpustakaan masih kurang?"

"Enggak kurang sih, cuma tadi siang beberapa pegawai ada diklat di perpustakaan kota jadinya hari ini bagi-bagi tugas." Alis Amanda berkerut membaca pesan yang baru masuk.

"Baru juga pulang sebentar sudah disuruh buat laporan."

Teman-temannya saling tersenyum memaklumi, merasa hal ini juga sering terjadi pada mereka.

"Aku tau!" Kejut Fani mengagetkan semua teman-temannya. Sejak tadi perempuan itu memikirkan sesuatu dengan serius sampai tidak menyadari kedatangan Amanda.

"Tau apa, Fan? Bikin kaget aja." Kesal Indah karena potong terakhir waffle cokelat favoritnya terhampar di lantai karena 'kejutan' Fani.

Fani terkekeh. "Sorry. Aku baru inget pernah diajak sama Dimas ke seminar investasi tapi aku nggak terlalu paham jadi dibimbing sama Dimas."

"Kita lagi bahas apa sih?" Bisik Amanda pada Diana.

"Kemarin Fani belajar investasi sama Dimas."

Fani kembali berbicara. "Semua pembicaranya pengusaha sukses gitu dan ngomongnya pakai bahasa inggris, nggak nyambung juga sama yang dibahas. Aku ikut aja sama Dimas. Tapi ada satu pengusaha orangnya ganteng, orang timur lagi"

Amanda dan teman-temannya saling tatap lalu tertawa kecil. Fani selalu bersemangat jika menyangkut laki-laki tampan. Tidak pernah berubah sejak kuliah.

"Dimas juga kagum sama orang itu dan ilmu yang disampaiakan. Dia juga sempat cari-cari identitas orang itu. Man, pinjam Hp bentar dong. Instagram ku dihapus sama ponakanku kemaren." Pinta Fani karena Amanda duduk bersebelahan dengannya.

Amanda menurut dan memberikan ponselnya pada Fani. Dia sendiri tidak keberatan jika teman-temannya menggunakan sosial medianya. Toh tidak ada hal yang menarik di sosial medianya. Tidak lama Fani melakukan penelusuran, dia memanggil teman-temannya dan menaruh ponsel Amanda di tengah mereka.

"Ini orangnya, kalau nggak salah namanya Azka. Perusahaannya di Amerika tapi sering berkunjung ke negara kita. Ini foto dia lagi di Rinjani."

Amanda ikut menatap rupa laki-laki timur itu yang sekilas terlihat sama dengan laki-laki timur kebanyakan. Tapi laki-laki ini berbeda, sangat menawan dengan hidung mancung serta mata dan alis yang hitam pekat. Amanda bisa menangkap aura karisma dan wibawa dari foto laki-laki itu.

Dari foto-foto yang ada, laki-laki itu terlihat bersahabat dengan alam. Hanya sedikit yang memperlihatkan seperti apa pekerjaannya, mungkin hal itu untuk menjaga privasi. Ada juga foto-fotonya bersama beberapa hewan liar seperti unta, kuda, elang, bahkan singa.

Spring Wind (Arabian Love) || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang