BAB 10 : HATI YANG MULAI TERBUKA

2.3K 121 1
                                    

.

.

Candra menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya besok ke Jogja selama seminggu. Setelah Ujian Nasional, dia dan Ardi sudah berencana pergi ke Jogja untuk melihat-lihat kampus, kebetulan Ardi juga berencana kuliah di Jogja. Meskipun nantinya Candra tidak terlalu berharap Ardi akan satu kampus dengannya. Selain itu Candra juga mempunyai tujuan lain selama disana.

"Tiket?" Tatapan Candra menerawang, dimana dia meletakkan tiket kereta yang sudah dia beli kemarin?

Lagi-lagi dia mengobrak-abrik tas sekolahnya, mencari di antara lembaran buku tapi tidak ada disana. Perasaannya menjadi khawatir. Dia kembali mencari di meja belajarnya, berserakan barang-barang yang tidak jadi dibawa besok. Akhirnya dia bisa bernafas lega setelah menemukan tiket keretanya di dalam buku detik-detik Ujian Nasional. Setelah itu dia menyimpannya dengan baik-baik ke dalam dompet dan di masukkan kedalam tas yang lebih kecil.

Kepergiannya memang tidak memerlukan banyak barang, nantinya mereka akan menginap di rumah saudara Ardi dan sepupunya bersedia mengantar mereka berkeliling. Selama menunggu hasil Ujian Nasional, mereka juga membutuhkan refreshing.

Begitu selesai mengecek kembali barang-barang bawaannya, Candra merapikan kamarnya yang kini mirip seperti kandang kuda. Pintu kamarnya terketuk pelan kemudian Ibu muncul mengintip.

"Sudah siap-siap?" Masuk kedalam dan mengamati kamar putra yang tidak seperti biasanya karena Candra dikenal sangat rapi melebihi Ibunya sendiri.

"Sudah, Bu." Memasukkan kertas-kertasnya ke dalam map. "Oh iya, Bu. Besok Candra minta antar Mas Rehan aja ya. Soalnya keretanya berangkat agak siang, kalo bareng sama Ayah nanti Ayah telat kerja."

"Sudah ngomong sama Rehan?"

Candra terdiam. "Hm . . belum sih. Nanti Candra tanya Mas Rehan dulu." Memasukkan baju-baju yang tidak jadi di bawa ke dalam lemari.

Lama mereka berdiam, Ibu hanya menatap putranya yang sibuk menata kembali kamarnya. Rasanya baru kemarin membuat bekal untuk Candra ke sekolah dan sekarang anaknya sudah akan pergi dari rumah. Akan jauh darinya. Setiap pagi tidak akan ada pemandangan putranya turun untuk sarapan dengan buku di tangannya dan akan mengomeli kebiasaan anaknya itu karena bisa membuatnya jatuh dari tangga. Belum lagi putrinya juga akan pergi dari rumah. Rumah akan terasa sepi tanpa mereka.

"Le, Ibu mau bicara." Ucap Ibu begitu Candra selesai mengembalikan buku-buku ke tempatnya.

Mendengar panggilan Ibunya yang lembut, dia merasa yang akan mereka bicarakan pasti sesuatu yang serius. Candra menghampiri Ibunya kemudian duduk di kursi, menghadap Ibunya yang duduk manis di ranjangnya. Dari dekat Candra bisa melihat wajah Ibunya yang sudah memiliki keriput di sekitar mata. Padahal sebelumnya Candra tidak melihat kerutan itu di wajah Ibunya. Setiap hari dia merasa Ibunya selalu cantik dengan kerudung lebarnya. Apalagi jika disandingkan dengan Ayahnya yang masih awet muda. Mereka seperti pasangan baru.

Kira-kira berapa ya umur Ibu sekarang?

"Kamu yakin mau kuliah di Jogja?"

Ada sedikit nada khawatir dari pertanyaan Ibunya tapi Candra mengangguk mantap. "Candra mau mandiri Bu, biar nanti nggak terus-terusan merepotkan Ibu sama Ayah."

Melihat keyakinan putranya yang teramat besar, membuatnya tidak bisa memberikan alasan-alasan lagi untuk menghalangi jalan anaknya. Sama kayak Bapaknya.

"Dulu sebelum Kakakmu lahir Ibu kepingin banget punya anak laki-laki. Biar bisa mengantar Ibu kemana-mana kalo Ayah nggak ada. Tapi ternyata memiliki kalian adalah hal yang sangat Ibu syukuri. Ibu ingin kalian bahagia, kalian sukses, bisa membanggakan orang tua."

Spring Wind (Arabian Love) || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang