BAB 5 : RESAH

2.8K 163 1
                                    

.

.

Lagi-lagi Rehan melamun di tengah-tengah kelas. Ini ketiga kalinya dia harus ditegur oleh salah satu mahasiswanya. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, melamun saat sedang mengajar, pikirannya tidak bisa fokus. Rehan dikenal tegas dan konsisten tapi sepertinya sifat itu melebur diterpa angin.

Rehan mengakhiri kelas lebih cepat dari biasanya. Pikirannya benar-benar tidak bisa fokus ke bahan ajarnya hari ini. Sebagai gantinya dia memberi tugas yang harus dikumpulkan minggu depan. Belum yakin apakah besok pikirannya sudah tenang.

Semenjak mendengar berita lamaran Amanda dari adiknya, Rehan tidak fokus dalam pekerjaan apapun. Pengerjaan karya ilmiahnya terhambat dan meleset dari timeline nya. Dan sekarang Rehan tidak bisa fokus mengajar di kelasnya, yang menurutnya hal itu sangat tidak kompeten. Nanti siang masih ada kelas dan belum ada persiapan untuk itu. Semalam dia begitu shock sampai lupa ada dua kelas besoknya. Apa lebih baik dia meliburkan kelas nanti siang dan menggantinya lain hari saja?

Rehan kembali ke ruang dosen dengan perasaan tidak menentu. Ruangan itu sepi. Tentu saja, semua orang sibuk dengan kelas mereka sedangkan dirinya meninggalkan kelasnya hanya karena satu masalah.

Kursi kerjanya langsung berderit saat Rehan mendudukinya dengan kepala mendongak, menatap plafon putih dengan pandangan menerawang. Helaan nafasnya begitu keras dan terdengar kesal. Rehan tidak perduli, toh hanya ada dia diruangan itu. Pikirannya melayang mengingat kata-kata Candra kemarin sore.

"Maksud kamu apa Manda . . . dilamar?" Perutnya seakan melilit sampai kram mengucapkan kalimat itu susah payah. Menyadari arti ucapannya sendiri.

Candra terlihat ragu dan bersalah melihat ekpresi terkejut laki-laki dihadapannya yang tidak bisa disembunyikan. Topeng ketenangan yang selalu dia jaga dimuka umum runtuh seketika. Dan Candra benar-benar menyesal, merutuki mulut embernya dalam hati. Kalau saja tadi dia bisa menjaga perasaannya yang masih terkejut dengan lamaran mendadak Kakaknya, mungkin dia tidak akan mendapat masalah baru seperti ini.

Setelah memikirkan banyak pertimbangan dan tidak tahan dengan desakan Rehan, akhirnya Candra pasrah dan mulai bicara.

"Bulan lalu ada yang datang melamar Mbak Manda. Dia seperti orang arab, datang berdua sama pamannya. Karena mendadak dan Mbak Manda nggak bisa menolak lamaran seseorang secara langsung, Ibu juga kelihatan mendukung banget, akhirnya mereka menjalani proses perkenalan sampai sekarang". Diam sejenak menatap Rehan ragu.

"sebenarnya Ibu menyuruh untuk jangan bilang siapa-siapa dulu tapi karena aku sudah ember, jadi . . yah . ."

Rehan kembali menghela nafas. Bagai dihantam batu besar, berita itu sangat mengguncang perasaannya. Dadanya terasa sesak seperti orang terkena asma akut. Udara di sekitarnya habis tak tersisa meninggalkan kehampaan. Bahkan Candra yang masih remaja bisa tahu perasaannya tapi Kakaknya tidak peka sama sekali.

Kepalanya tegak, menatap pigura kecil berfoto dirinya, Amanda, dan Candra saat masih kecil. Bahkan mereka sudah berteman sejak kecil. Mengetahui segala hal tentang gadis itu. Perasaan sakitnya kali ini lebih dalam dari pada saat gadis itu pergi tanpa kabar ke desa selama tiga tahun. Saat itulah dia menyadari sudah jatuh hati pada tetangganya.

Sekarang dia merasa terhina didahului oleh orang asing yang Rehan sendiri tidak mengenalnya. Tuhan juga tahu mereka belum saling mengenal. Rehan yakin laki-laki asing yang bersama Amanda waktu itu adalah laki-laki asing yang dimaksud Candra.

Rehan benar-benar kesal, perasaannya dalam kondisi yang buruk. Dia tidak bisa pulang atau Mama akan curiga karena Rehan tidak pernah pulang cepat jika tidak ada keperluan mendesak. Mamanya adalah orang yang sangat peka terhadap dirinya. Dalam masalah ini dia tidak ingin Mamanya tau. Cukup satu orang saja sudah membuatnya malu dan kesal.

Spring Wind (Arabian Love) || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang