BAB 2 : BERTEMU

4.3K 209 6
                                    

.

.

"Kamu!!"

Ekspresi gadis itu campur aduk. Kesal, heran, terkejut dan marah. Dan Azka ingin tertawa jika tidak ingat posisinya. Bukan menghina tapi ekspresi gadis itu benar-benar menggemaskan. Tidak salah dia meminta Paman Zeid datang dari Singapura.

Selama beberapa detik suasana menjadi sunyi dengan keterkejutan gadis itu tapi laki-laki paruh baya didepannya berdeham dan berbicara. "Amanda, bisakah kamu duduk dulu." Suaranya tenang namun penuh peringatan.

Gadis itu menatapnya sejenak sebelum menurut duduk disebelah Ibunya. Wanita itu berusaha menenangkan kegelisahan anaknya dengan tersenyum walaupun dia sendiri begitu gugup dan tegang. Azka sekarang tahu dari mana senyum manis gadis itu berasal.

Setelah berdeham lagi, laki-laki dihadapan Azka kembali bicara dengan raut serius.

"Sebelumnya kami ingin tahu bagaimana Anda bisa mengenal putri kami."

Tegas dan melindungi. Azka sangat terkesan dengan perhatian laki-laki itu pada anaknya. Azka tersenyum, sangat sopan dan menjaga sikap. "Sebenarnya kami belum saling mengenal secara langsung tapi saya mengenal putri anda," menatap Amanda yang balik menatapnya aneh.

Jelas saja dia kenal aku, dia stalking sosmedku! Amanda ingin berteriak seperti itu tapi terlalu terpengaruh pada pengucapan laki-laki itu yang fasih. Amanda pikir mereka akan berbicara bahasa arab atau inggris, mungkin Ayahnya tidak masalah tapi berbicara bahasa asing tentang lamaran terdengar aneh.

"Apa ada komentar Amanda?"

Amanda menatap kedua orangtuanya sejenak kemudian kembali pada wajah tampan yang tersenyum lembut padanya. Mengingat laki-laki itu sudah men'stalking' sosmednya terang-terangan membuat Amanda bergidik ngeri. "Aku tahu dia," jawab Amanda sekenanya. Menekan kata 'tahu' bukan 'kenal' seperti laki-laki itu.

Ayahnya tidak menangkap arti dari jawabannya dan kembali bertanya pada laki-laki itu. "Jadi apa alasan anda memilih putri saya?"

Tentu saja karena dia manis dan menggemaskan, dan Azka akan diusir dari rumah itu mentah-mentah. Tidak ada alasan yang spesifik, Azka hanya merasa gadis itu cocok untuk dijadikan pendamping hidupnya. Dan jujur saja Azka merasa jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu adalah alasan yang dia gunakan untuk membujuk Paman Zaed menjadi walinya, dan Ayah keduanya itu menuruti permintaannya dengan senang hati.

"Saya tertarik dengan putri anda walaupun saya hanya tahu sedikit tentangnya. Saya ingin mengenal lebih dekat dengan harapan bisa menjadikannya istri saya. Saya sangat serius dengan ucapan saya dan sudah memikirkannya matang-matang," jelas Azka saat Ayah Amanda hendak memprotes.

Keluarga itu terlihat bimbang karena untuk pertama kalinya situasi ini terjadi di bawah atap itu. Sebagai pihak perempuan, pasti terasa sulit untuk memberikan keputusan. Apa lagi mereka akan melepaskan anak mereka.

"Mungkin ini sangat mendadak untuk anda semua," ucap Paman Zaed dengan aksen melayu yang sangat kental. "Tapi keponakan saya sudah mengatakan niatnya dan ingin mengenal lebih dekat putri anda. Apakah tidak apa-apa jika mereka saling kenal dulu? Untuk keputusan akhirnya biarkan putri anda yang memutuskan. Kami juga tidak akan memaksa jika putri anda tidak menginginkan hal tersebut."

Azka tersenyum bangga pada pamannya. Andai saja dia mengajak salah satu anggota keluarganya yang lain mungkin dia tidak akan bertahan di tempat itu sampai sekarang.

Ayah Amanda terlihat setuju lagipula bila ada laki-laki yang melamar semua keputusan tetap kembali pada putrinya. Ayah tidak ingin terlihat terlalu mengatur kehidupan anak-anaknya. Tugas orang tua adalah membimbing anak-anaknya, segala kehidupan masa depan tetap berada ditangan mereka yang menentukan.

Spring Wind (Arabian Love) || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang