Revenge of the sibling (1)

50 4 4
                                    


" Terima kasih atas kunjungannya "

Kini pengunjung terakhir pun mulai beranjak pergi meninggalkan bar miliknya. Tidak lupa, Erica selalu memberikan senyuman kepada pengunjung yang sudah mau berkunjung di tempatnya. Ini tidak seperti biasanya, Grid-Bar tutup terlalu dini? Bukankah ia selalu menutup tempatnya saat fajar tiba?


Erica Pov~

Ku tutup pintu dan tidak lupa menunci setiap pintu dan jendela di bar itu. Aku tidak mengerti, apa yang terjadi kepadaku? mengapa kali ini aku tidak bersemangat seperti biasanya?

Ku gerakan kedua kaki ini, melangkah dengan perlahan hingga kedua kaki ini berhenti saat aku sudah berdiri di depan pintu berbahan kayu yang sedikit usang. Ruangan ini tidak asing bagiku. Terdengar suara decit pintu itu, saat ku mulai membuka pintunya. Ku arahkan tangan ini merayap di tembok untuk mencari saklar lampu.


Trakk~

Suara saklar berbunyi saat ku tekan ke bawah, cahaya dari lampu pun mulai menghiasi setiap ruangan.

Walaupun samar-samar, aku masih bisa melihat kondisi ruangan yang tidak terurus ini. Banyak dari lukisan-lukisan dan foto yang terpampang di dinding kusam ini. Wajahnya sangat familiar terkenal sebagai pandai besi di Saint Haven sekaligus kakek ku, Berlin namanya dan kini aku berada di bekas kamarnya.

13 tahun kepergiannya, membuat rumah ini terasa sangat hampa atas kepergiannya. Aku hanya berdiri tegap tepat di depan fotonya, menatap sangat dalam.

" Aku merindukanmu kakek "

Air mata ini mulai pecah dan membasahi pipiku. Tidak bisa ku pungkiri bahwa aku merindukan nya, merindukan tawanya, merindukan kasih sayangnya, merindukan marahnya dan semuanya.

Dia lah pahlawan sebenarnya, banyak kenangan yang ku ukir bersamanya. Dia selalu mengajarkan ku dalam berbagai hal termasuk dalam menyarankanku untuk memulai menjadi usahawan. Dan yang membuatku kagum darinya saat orang meluapkan kekesalannya kepadanya saat senjata mereka hancur di tangannya saat di tempa, ia selalu meminta maaf dengan tulus dan mengantinya dengan senjata yang sama. Aku tau itu hanya bualan orang yang sengaja ingin memerasnya! Namun, kakek tidak pernah marah sedikit pun kepadanya.

" inilah resiko menjadi usahawan, dan suatu hari kau pasti akan mengert cucu ku "

Kata-kata itu yang selalu teringat dalam benakku hingga saat ini.


***


" Erica! kau dimana? "

Perkataan temannya seketika menyadarkan ku, ku balikan badanku dan meninggalkan ruangan ini, tak lupa mematikan lampu dan menutup pintunya kembali. dalam langkah ku, tangan ini segera mengusap air mata yang membasahi pipiku dengan cepat. Aku malu jika air mata ini terlihat oleh temanku. 

" Bukankah aku menyuruhmu beristirahat? "

Ucap ku dengan mengangkat sebelah alisnya. Aku tidak habis pikir olehnya, Mychella adalah wanita yang keras kepala! beberapa kali ku bilang jangan pernah beranjak dari tempat tidur tetapi dia selalu mengabaikan setiap ucapanku. Dan saat ini, ia mulai menuruni setiap anak tangga.

Langkahnya yang tertatih membuat ia sedikit kesulitan untuk menuruninya. Namun, karena kondisinya yang masih belum pulih. Ia pun terjatuh dari tangga dan sontak membuatr Erica pun segera menghampirinya.

" Ada apa denganmu ini? mengapa kau sulit sekali di beri taunya untuk tidak meninggalkan tempat tidur?! "

Nada yang keluar dari mulutku sedikit keras. Ku raih badannya dan mulai menuntun dia menuju sofa yang berada di dekatnya. Dengan perlahan ku bantu dia untuk duduk di kursinya. 

Vengeance Of Nightmare [Dragon Nest]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang