"Kamu dimana jo?"
"Nongkrong sama cabe-cabean dipinggir mall, ngapa?"
"Aku kesitu ya, nunggu mama nyalon lama bingit"
"Yaudah sini aja, aku jemput depan".
Tut tut tut. Sambungan telfon terputus. Cabe-cabean yg kumaksud adalah zia fera anna, yap mumpung nggk ada yg les atau sok sibuk jadilah kami nongkrong disini.
"Syifa mo kesini boleh nggk nih? Kalo gak boleh yaudah biar gue suruh kesini aje", jelasku.
Dan serangan mendadak mendarat dikepalaku. Mereka berebut menjitak kepalaku.
"Lo emang bener-bener bego frys, cek jiwa sana", sarkastik zia.
"Wah elo emang parah, itu sama aja bego. Syifa emang dari mana?", tanya anna.
"Nemenin nyokabnya nyalon, yaudah gue jemput dia kedepan", jawabku.
Aku menunggunya didepan tempat aku nongkrong, aku menjemputnya karna jika dia salah masuk, syifa bakal jadi mangsa cowok haus belaian.
Yap disini banyak tempat yg serupa tapi beda fungsi.
Kulihat syifa berjalan mendekatiku, senyumnya selalu terpasang cantik diwajahnya. Senyum yg kusuka.
Kuajak dia ke segerombolan cabe yg datang bersamaku. Dan kalian tau apa yg dilakukan cewek yg lama nggk ketemu tapi udah sok akrab aja, yap nggosip.
Setelah lama aku dianggurin, akhirnya syifa menyadari moodku yg berubah, aku gak suka dikacangin.
"Salah sendiri nggk ikutan, coba kalo ikut kan seru", ucap syifa dengan mengacak rambutku.
"Ya kali badan macho eh mulut lemes, kan gak banget", rajukku.
Aku menyenderkan kepalaku di bahunya, dan syifa dengan senang hati mengusap rambutku.
Didepanku 3 cabe-cabean masih asik nggosip dan mereka mengabaikanku, syifa hanya menanggapi dengan senyuman jika ditanyai 3 cabe itu.
Zia fera anna nggk akan kaget ngelihat kedekatanku dan manjaku ke syifa, karna aku juga berbuat yg sama ke mereka.
Sayangnya mereka selalu menganggapku big baby, awalnya mereka akan sangat lembut tapi selanjutnya mereka akan menyiksaku.
"Gimana sama karin?", bisik syifa dengan tetap mrnatap ketiga cabe didepanku.
"Baik-baik aja", balasku singkat.
Syifa menatapku sebentar lalu mengalihkannya lagi kedepan. Dia tau aku berbohong.
"Mulutmu manis", ejek syifa.
"Emang pernah ngerasain? Kok aku gak tau? Mana coba dulu", candaku.
Syifa yg sudah terbiasa dengan candaanku langsung menanggapi.
Dia menangkup kuat kedua pipiku, dan itu membuat bibirku maju berpuluh-puluh centi, nggk ding.
Syifa menarik wajahku mendekati wajahnya, mata kami bertatapan serius tapi ada senyum jail dibibirnya.
Wajah kami semakin dekat, aku yg ikut tertantang juga semakin mendekatkan wajahku.
Tatapan kami saling tertumpu, matanya indah.
Drt drt drt.
Shit. Semua buyar karna getar ponselku, siapapun yg menelfonku kupastikan dia akan sangat menyesal.
"Halo!", jawabku ketus.
"Oh gitu ya, ganggu banget ya sampe-sampe jawab telfonku nadanya kek gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST ME (hiatus)
General FictionCinta nggk selalu sama, cinta nggak selalu seperti lazimnya, cinta nggk selalu bahagia. Cinta itu tantangan, cinta itu perjuangan.