TM 25

8.2K 479 186
                                    

DERA POV

Sampai di RS Medical, kami langsung berlari keruang operasi.

Benar, suster mengatakan atas nama Ny. Diana sedang dioperasi.

Kak vallen dan zia langsung jatuh lemas, mereka menangis tersedu.

Kak vallen bersama kak tia dan kak vian, sedang zia bersama kak bebi tentu denganku juga.

Nggak lama keluarga kak vallen datang, mereka langsung memeluk kak vallen dan zia.

Sepertinya ada salah.

Tunggu, disini hanya ada mama kak vallen, lalu papanya?

Aku mendekati suster yang berjaga, lalu kutanyakan keberadaan papa kak vallen.

Astaga.

Aku mengangguk berterima Kasih, dan berjalan kembali ke tempat tadi, didepan ruang operasi.

Aku melihat zia masih lemas dipelukan neneknya, waktu kulihat kak vallen tiba-tiba dia ikut melihatku.

Dia tetap menatapku, tanpa berpaling, mungkinkan wajahku memberitahukan semua yang baru saja kudengar.

Kak vallen berdiri, dia mendekatiku, berjalan sempoyongan dengan air mata masih mengalir dan malahan semakin deras mengalir.

Mungkin dia sadar, bagaimana aku harus memberitahunya?

"Kak", ucapku lirih.

Dia menggeleng, mencoba meraih tanganku. Aku meraihnya, aku membantunya berdiri tegap.

"Sabar kak, kakak harus kuat", aku menatapnya.

Kak vallen semakin menangis, tanpa sadar aku juga menangis melihatnya seperti ini. Kuat kah dia? Tuhan kumohon berilah dia kekuatan.

"Papa kakak meninggal", ucapku jelas.

Kak vallen berhenti menangis, dia menatapku tajam seakan tak percaya.

"Bohong", ucap kak vallen lirih.

"Papa kakak meninggal, aku nggk bohong, dia meninggal", jelasku terbata.

Sruk.

Kak vallen pingsan.

Untung aku sempat menariknya jadi dia tidak terjatuh ke lantai.

Kuatkanlah dia Tuhan.

Aku membopong kak vallen dan menidurkannya di kursi panjang.

Aku melihat keseliling, zia berhenti menangis namun tatapannya terlihat kosong.

Semua terlihat lemas disini, aku melihat lagi ke kak vallen, dia pucat, riasan tipisnya tadi luntur.

Aku memberanikan diri membuka minyak kayu putih, perlu kalian tau, selain bawang merah putih aku sangat membenci minyak kayu putih.

Tanganku bergetar saat cairan itu mengenai jariku, rasa pusing langsung menyerang kepalaku.

Namun aku menahannya, aku tetap mengoleskan cairan itu kesekitar hidung kak vallen.

Alhamdulillah.

Kak vallen sadar.

Refleks, aku langsung memeluknya, sedikit memberinya kekuatan, semoga membantu.

Dia membalas pelukanku, erat, sangat erat. Aku tahu bagaimana keadaan dia sekarang.

Dia posisi berbaring diatas kursi dan aku memeluknya dengan posisi lututku sebagai tumpuan. Posisi yang tak nyaman tak membuatku ingin melepaskan pelukan ini.

TRUST ME (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang