DERA POV
Sekarang aku dijalan, ngeboncengin karin. Kami berdua baru saja melihat pertadingan basket di GOR. Aku sengaja memakai black supaya bisa dipeluk karin, haha modus, biarin.
Kami berdua mampir ke sebuah resto untuk makan.
"Samain aja", ucapku menjawab pertanyaan karin.
Aku mengangkat telfon fera, kulihat wajah karin terlihat cemberut.
"Apa cantik?", tanyaku ke fera.
Wajah karin semakin memerah, haha lucu.
"Lo nggk lagi mabok kan? Lama-lama lo makin gesrek",
"Lah elo yg bikin otak gue gesrek, dipanggil jelek ngamuk kayak orang gila, dipanggil cantik ngatain gue. Lo gila?", jelasku.
"Bhahaha, bisa ya lo nglucu, ikut stand up komedi monyet gih"
"Bangkai lo, apaan?"
"Ntar malem kerumah gue, anak-anak ngajak ngumpul mo nginep lah, malming coy"
"Yaudah siapin menyan aje, sesajen musti lengkap"
"Ah bisa aja lo gila nya, makin jijik gue, yaudah bye"
Aku melihat karin saat sambungan telfon terputus, dia sibuk dengan ponselnya.
Pesanan datang dan kami makan dalam diam, karin marah, haha.
"Cie diem, kenapa sih?", tanyaku mencoba menggodanya.
"Urus aja cewek kamu itu, gak usah inget aku", jelasnya.
"Ucucu ngambek, makin cantik deh",
Ini nih yg paling aku suka, semburat rona merah dipipinya, manis banget.
"Em merah tuh", candaku.
Karin hanya menunduk dan menyelesikan makannya.
Kami makan tak lagi diam, karna ada tawa diselanya, karna ada bahagia disetiap detiknya.
"Sayang",
Kulihat pacar karin mencium pipi karin, dan kuakui karin juga tersipu.
Kenapa dia bisa tau kami disini, apa karin tadi menyuruhnya kesini?
"Hey der, sorry tadi nggk bisa ikut nonton, biasa ada tugas", ucap pacar karin.
Oh jadi karin ngajak dia, bagus.
"Kamu pesen dulu gih", usul karin.
Pacarnya setuju dan memesan makanan. Untuk kebaikan aku ikut berbicara seadanya, hanya menanggapi.
Kalian ngerti gimana perasaan aku saat ini pastinya.
"Aku ketoilet bentar ya", pamit pacar karin
Akhirnya aku bisa nafas lega, sumpah aku pingin pulang.
Tapi dari tadi diam-diam karin menggenggam tanganku, menahanku untuk tidak pergi.
"Kamu kenapa?", tanya karin.
Seenaknya saja dia bicara, astaga.
"Gak papa, aku pulang ya, kan ada pacar lo", ucapku.
"Oh jadi kamu mau biarin aku pulang naik taksi?", tanyanya.
"Lah dia?",
"Kenapa, ya biar dia pulang, kan aku mau kamu yg anterin aku", ucap karin dengan mencubit kedua pipiku.
Ah sial dia selalu bisa membuatku senyum bahagia.
Dan sialnya lagi cowoknya balik, akupun memberi kode karin, dan karin langsung melepas cubitannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST ME (hiatus)
BeletrieCinta nggk selalu sama, cinta nggak selalu seperti lazimnya, cinta nggk selalu bahagia. Cinta itu tantangan, cinta itu perjuangan.