DERA POV
Liburan udah kelewat, semakin hari semakin sibuk persiapan UN. Temen-temen aku juga udah sibuk nyiapin diri buat kedepannya.
Aku? Aku masih bingung. Antara ngambil jurusan yg aku mau atau ngambil jurusan yg papa pilih.
Tapi semua kesibukan itu aku jeda dengan main basket, biar nggk stres dan rilex lah.
Keringat mengucur dari seluruh tubuhku, selain untuk kesehatan, basket juga salah satu cara membuatku meluapkan emosi.
"Loh ada vallen?", ucapku kaget melihat vallen disini.
"Iya, dia maksa ikut gue, karna tau gue mau maen basket sama lo", jelas maya teman se tim basketku.
"Kok bisa tau?", tanyaku ke maya.
"Lah dia ponakan gue, rumah juga sebelahan frys", jawab maya.
Pantes. Kulihat vallen cuma diam tersenyum kearahku. Tapi kemudian dia berdiri mendekatiku, dia memberiku sebotol air mineral.
"Thanks ya", ucapku menerima air mineral itu.
"Iya kak. Em kak bisa ngomong bentar nggak?", tanya vallen ragu.
"Kan kita ini ngobrol vall", jawabku.
"Enggak, aku mau ngomong berdua aja sama kakak, penting. Boleh ya?", pinta vallen.
Kenapa nih anak, aneh banget.
Melihat wajah vallen yg sangat berharap, akupun mengangguk menyetujuinya.
Terlihat senyum terukir indah dibibirnya, dia menarikku ke sebelah lapangan yg sepi dari orang.
"Kamu mau ngomong apa?", tanyaku setelah cukup lama vallen cuma diam.
Kulihat vallen semakin gugup, dia semakin kuat meremas tangannya. Aku mencoba melepas remasan tangannya.
"Nggak sakit apa diremas gitu, kenapa sih?", tanyaku lembut melepas tangannya.
"Aku cinta sama kakak, aku suka kakak dari pertama ketemu dulu", ucap vallen cepat.
Sudah aku duga, gerak gerik vallen jelas sekali.
"Hem, aku tau", jawabku.
"Kakak tau? Jadi, jadi kakak mau jadi pacar aku?", tanyanya antusias.
"Bukan gitu vall, aku yakin kamu pasti bisa dapetin cowok yg lebih baik dari aku. Kamu paham kan maksud aku?", tanyaku lembut.
"Enggak kak, cuma kakak yg cocok buat aku, cuma kakak yg bisa ngebuat hati aku kayak gini", jelas vallen dengan mulai meneteskan airmata.
Sial, kenapa aku selalu ngebuat orang disekitarku nangis.
"Kamu udah gede, pasti ngerti maksud aku. Kita nggk bisa vall, kamu pasti bisa dapet cowok yg baik buat kamu", ucapku sungguh-sungguh.
Bukk.
"Argh, shit", umpatku.
Kusentuh ujung bibirku, sial ada darah. Kulihat orang gila yg tiba-tiba nonjok bibirku. Aku kenal dia, dia anak basket kelas dua.
"Lo gila jen, minggir", teriak vallen.
Vallen langsung melihat lukaku, dia terlihat khawatir melihat darah diujung bibirku.
"Lo kenapa sih?", bentak vallen ke cewek disebelahku.
Dia jen, yg perawakannya sama denganku, tomboy.
"Dia udah buat lo nangis vall, dan gue nggk terima", ucap jen tegas.
Anak itu kembali mau memukulku, tapi kali ini tangannya bisa kutahan sebelum mengenai bagian wajahku yg lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST ME (hiatus)
General FictionCinta nggk selalu sama, cinta nggak selalu seperti lazimnya, cinta nggk selalu bahagia. Cinta itu tantangan, cinta itu perjuangan.