TM 5

7.1K 453 45
                                    

DERA POV

"Gila lo, selain udah bisa mabok sekarang lo juga jago berantem ya frys", ucap zia.

Aku tak menanggapinya, aku tetap fokus untuk posisi three pointku.

Shutt. Plung.

Yess. Masuk.

Sekarang jam olahraga tapi guru kami memberikan kebebasan untuk kami karna sudah dikelas 3.

"Sampe sobek gitu, makin laki lo", ucap fera sambil memakan ciloknya.

Aku jadi ingat bagaiman wajah kaget syifa tadi malem pas baru sadar ada luka sobek dibibirku.

Dia langsung lari kedalam rumahnya untuk mengambil obat, dengan sangat lembut dia mengobatiku.

"Wah kayaknya otak lo geser deh pas berantem kemaren. Dih senyum sekarang", ucap zia dengan memilah rambutku seakan mencari kesalahan dikepalaku.

Dia benar-benar suka menjailiku, tapi kali ini aku nggk akan diam lagi.

Aku menggelitiknya sampai dia terjatuh, fera anna tak tinggal diam, mereka yg tau posisiku menang ikut menggelitik zia. Biar aman.

"Stop bego, gue ngompol stop", teriak zia.

"Halah tukang tipu, udah nggk mempan gaya lo itu", jawab anna.

Kami tetap menggelitik zia, sampai kami bertiga capek sendiri karna terus ketawa.

Merasa sangag capek akupun melepas zia, dan kulihat disudut mata zia ada genangan air. Dia selalu nangis kalau udah kelewatan ketawanya.

"Udah kantin yok, gue yg traktir", seruku semangat.

"Berangkat", teriak mereka bersamaan.

Sekaya apapun ketiga cabe ini, yg namanya traktiran ya tetep traktiran. Mana ada yg bisa nolak gratisan.

Ting.

"Jam 5 lo ke resto bintang, mama papa gk bsa plang jdi cma bsa mkn disna, awas lo gk dtng. Jgn telat".

Isi pesan bang dito, tak terlalu panjang, langsung ke inti dan mengancam. Sudah biasa.

Aku makan dengan cepat, karna jika tidak para cabe ini akan mengganggu yg belum selesai makan.

"Lo entar pada mau kemana?", tanyaku.

"Gue bantuin nyokab, mau ada keluarga yg dateng", jawab fera lesu.

Haha dia memang anak yg paling aneh diantara kita berempat. Suka marah-marah kalo mamanya kerja mulu, tapi kalo disuruh bantuin mamanya dia ogah-ogahan.

"Gue kebut tugas pas kemaren gak masuk", jawab zia tak kalah lesu.

"Kalo lo an?", tanyaku karna dari tadi dia hanya diam.

"Les", singat padat jelas.

Yap hari-hari anna memang dipenuhi dengan les dan les. Itu karna didikan ortunya, pendidikan nomer satu.

Kami tau dia sedikit tertekan karna waktunya tersita dengan itu semua. Tapi kami sebagai teman selalu mendukung, supaya dia semangat dengan apa yg dia lakukan.

"Lo semua pada sok sibuk, ntar gue mah mau shoping-shoping haha", ucapku bangga.

"Ya elah jangan bikin envy dong, gue mau nyari sepatu nih tapi nyokab gak bisa ditinggal", rengek fera.

Kami bertiga menertawakan fera yg cemberut karna harus menemani mamanya.

Tapi kalian tau, seenggaknya mama kalian masih peduli yah walaupun zia juga sama, tapi mama zia masih sering menghubungi zia.

TRUST ME (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang