Summary:
Dunia sihir butuh seorang pahlawan. Namun, apa yang akan terjadi jika topi seleksi tak mau mempertimbangkan pilihan Harry Potter kecil? Bagaimana jika topi kumal itu meneriakkan 'Slytherin' untuk Harry? Apakah kisah penyelamat dunia sihir itu akan berubah sepenuhnya? / "Tidak, Potter. Aku akan menempatkanmu di sana. Tempat di mana kau seharusnya berada. SLYTHERIN!" / "Kau yakin dia sanggup beradaptasi di sini? Santo Potter itu—" / "Akan kulakukan apa pun untukmu. Apa pun. Kumohon ubahlah aku, Malfoy." / "Kau bilang apapun, kan?" / DRARRY! Read and review, please.
.....
Malfoy menahan kekesalannya yang sudah mencapai ubun-ubun itu. Langkahnya berderap menjauhi Aula Besar, kembali ke asrama. Ia terpaksa mengungsikan rasa laparnya itu jauh-jauh, karena sejak beberapa menit lalu—sejak tatapan serta senyum miris sialan itu—nafsu makannya menguap entah kemana. Sesuatu yang jarang terjadi, karena biasanya justru Malfoy yang membuat mereka kesal. Tidak pernah seorang pun membuatnya kehilangan kendali akan kearogansian yang selalu tampak di wajahnya itu. Yah, setidaknya sebelum makhluk keparat itu menatapnya seolah sedang terluka seperti tadi.
Terluka? Luka apa? Oleh siapa?
Malfoy menghela napas: singkat dan tajam. Tidak disangka rasa penasarannya mendadak meningkat jadi dua kali lipat setelah ia terbebas dari pandangan itu dan leluasa berpikir. Tentu saja, mengingat bahwa Harry adalah manusia yang sifat kepala batunya melebihi batas kewajaran, sehingga rasanya nyaris mustahil, apabila cowok itu mendadak menyerah untuk tetap terlihat kuat.
Yah, cowok itu memang terlihat kuat sih, sebelum Malfoy tahu betapa depresinya dia..
Hanya saja, malam ini, semua itu menjungkirbalikkan spekulasi-spekulasi yang diam-diam Malfoy susun di benaknya. Hipotesis yang ia percayai mendadak goyah, digantikan oleh rasa bangga dan bersalah pada saat yang sama. Ia tak percaya pikiran ini pernah melintas di otaknya, tapi— demi Salazar, ia memang memikirkannya. Memikirkannya semalaman suntuk, memikirkannya ketika tak ada yang bisa digunakan sebagai pengalih perhatian, memikirkannya ketika suasana terlalu sunyi, memikirkannya— selalu, dan setiap waktu.
Memikirkan apakah Harry Potter akhirnya merasa kehilangan.
Oh Draco, kau menyedihkan.
Setidaknya itulah yang sedang ia pikirkan, sebelum telinganya menangkap langkah kaki yang tergesa-gesa, serta suara gesekan ujung jubah dengan lantai batu Hogwarts.
Malfoy menarik keluar tongkat sihirnya, menyipitkan mata— waspada.
Bayangan mungil mendadak mengintip dari balik tikungan di depannya. Malfoy merapat ke dinding, bersiap untuk segala kemungkinan, ketika—
Rambut cokelat lebat yang sudah dikenalnya itu menyembul muncul.
Wait. Mudblood-Granger?
.....
a Drarry fanfiction written by GinevraPutri:
Change Me, Malfoy
Harry Potter © J.K. Rowling
Rated-T. Romance and Adventure.
Warning: A little bit bad languange. Maybe typo(s), OOC(s), plothole(s).
Alright. I told you that. And now-
Enjoy this.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Me, Malfoy
Fanfiction[WINNER OF #WATTYS2018: THE REVISIONIST!] [COMPLETED] Dunia sihir butuh seorang pahlawan. Namun, apa yang akan terjadi jika topi seleksi tak mau mempertimbangkan pilihan Harry Potter kecil? Bagaimana jika topi kumal itu meneriakkan 'Slytherin' untuk...