_Alfin_
Baru setengah hari kuliah, aku sudah dibuat bosan dengan cewek-cewek yang mendekatiku. Minta kenalan lah. Minta pin bb. Ngajak jalan-jalan lah. Mereka benar-benar menggangguku.
Sempat aku menyesal kuliah di kampus ini. Andai aku kuliah di kampus swasta yang rata-rata mahasiswanya anak-anak berkelas sepertiku, pasti takkan ada cewek-cewek genit yang menggangguku.Apapun yang terjadi aku gak boleh menyesal. Aku harus bertahan di kampus ini. Demi melancarkan tujuanku.Mula-mula Aku harus mendekati cewek itu.
Mataku melihat sekeliling, mencari cewek itu tapi aku tak berhasil menemukannya. Aku coba mencari ke ruang semester 3 aku juga tak mendapati cewek itu. Kemana dia?
"Hei.. Alfin Ardiahsyah ya?"
hah.. lagi-lagi seorang cewek mendekatiku. cantik sih tapi aku sama sekali tak tertarik.
"kenalin nama gue Tasya. minta pin bb nya donk"
"sory.. gue mau ke toilet" jawabku bohong lalu buru-buru meninggalkannya.
Aku memutuskan pergi ke kantin. sedari tadi mencari cewek itu membuat perutku keroncongan. seketika mulutku tersenyum melihat cewek yang ku cari duduk sendirian di bangku pojok di kantin. segera ku langkahkan kakiku menghampirinya. tapi sial. langkahku kalah cepat sama Abi. si ketua Bem brengsek itu sudah duluan duduk di samping Naya. melihat mereka berdua mendadak laparku hilang. ku memilih untuk pergi dari sini. lagipula kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk mendekati Naya.
Bagaimana lagi aku harus mendekati Naya. cewek itu beda dari yang lain. dia sangat susah didekati. kemarin waktu ospek aku berkali-kali coba mendekatinya bahkan sampai pura-pura tak sengaja menabraknya tapi aku gagal untuk sekedar berkenalan. aku benar-benar kehabisan cara.
Aku berjalan melewati koridor. aku mendadak tersenyum saat mataku tak sengaja melihat sesuatu yang tertempel dimading. Sebuah pengumuman penerimaan anggota baru PMI. Bukan pengumuman itu yang yang buat aku senang. melainkan nama yang tertera diselebaran itu. Kanaya Putri Artavia (FEB).
melangkahkan kakiku ke Ruang PMI. Keberuntungan seolah berpihak kepadaku. Aku melihat Naya sedang berjalan ke Arah ruangan yang aku tuju. Aku harus berbuat sesuatu yang tak akan dilupakannya. Tapi bagaimana caranya? Apa aku menabraknya lagi? Tapi dua kali tabrakanku waktu ospek itu selalu gagal? ah masa bodoh.. biasanya satu dua gagal, yang ketiga pasti berhasil.
"Brak" Yups kita tabrakan lagi, tepat di depan ruang PMI.
"Mr.TOMAT..kenapa lo Hobby banget sih nabrak gue?"
"Yaelah kak.. Ospek udah selesai lo masih aja manggil gue TOMAT. Nama gue Alfin"
"Gue gak tanya. Yang gue tanya kenapa lo hobby banget nabrak gue?"
"Gue gak sengaja. Jodoh kali kita" Jawabku spontan
"Males banget gue jodoh ama lo" dia mengerutkan dahinya. "Lo ngapain di sini"
"Tadi gue lihat pengumuman aggota baru PMI. gue mau daftar."
"Cowok kayak lo mau ikut PMI? gak salah?"matanya melihat ke arahku seolah-olah mengintimidasi.
"Iya.. emang kenapa kalau cowok kayak gue ikut PMI?" jawabku.
"Iya gpp" jawabnya sambil menggaruk-garuk lehernya. Dia melangkahkan kakinya masuk ruang PMI dan Aku mengikuti di belakangnya.
Ruangan ini sepi, Cuma ada seorang cowok tengah duduk di belakang laptop. Entah apa yang sedang ia kerjakan.
"Lo bawa siapa Nay?" Tanya cowok itu menghadap ke Naya.
"Maba mau daftar PMI" jawaban naya datar.
"Lo Alfin Ardiansyah kan" cowok itu setengah berdiri, mukanya menatap ke arahku.
"Iya. Lo kenal gue" Jawabku Heran.
"Siapa sih yang gak kenal Alfin Ardiansyah si Anak konglomerat. satu kampus itu udah pada heboh waktu ada berita di tv yang bilang lo mau kuliah di sini"
"Gak usa berlebihan kak. Gue jadi gak enak."
Dia tertawa kecil lalu menghampiriku.
"Lo beneran mau masuk aggota PMI?"
"Ya"
Dia menepuk-nepuk pundakku"sebuah kebanggan organisasi kita kemasukan anggota kayak lo"
"Gak usa lebay kak" Jawabku brusaha merendahkan diri sebisa mungkin
"Panggil gue Irwan aja biar lebih akrab"
"Ok. Irwan seneng punya teman kayak lo"
"Lo mintak aja formulirnya pada Naya. Kebetulan gue harus pergi. ada jam kuliah"
dia menunjuk ke arah Naya yang tengah duduk dibelakang laptop sepertinya menggantikan kerjaan Irwan. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Ok Nay, Fin gue cabut ya" pamit Irwan
"Ok wan"
Irwan melenggang meninggalkan kita. Yess.. akhirnya Tuhan memberikan kesempatan berdua dengan Naya. Harus dimanfaatkan baik-baik.
"nih formulirnya " Naya menyodorkan kertas formulir padaku. Tak sampai 5 menit aku berhasil mengisi semua dan menyerahkan kembali ke cewek itu. Kembali aku berfikir kata apa yang harus aku ucapkan untuk mulai PDKT sama cewek super cuek ini.
"Lo emang selalu cuek sama semua orang ya" eittss cuma itu kata yang terlintas dikepalaku untuk memecah keheningan ini.
"Gue gak cuek, cuma gak suka basa-basi untuk hal yang gak penting aja"
"Jadi menurut lo organisasi ini gak penting"
"Gue gak pernah bilang gitu"
"Gue calon aggota baru organisasi ini dan lo cuek sama gue itu sama artinya lo anggap organisasi ini gak penting"
"Ow.. Maaf atas ketidaknyamanannya mr.Alfin, sekarang ada yang bisa dibantu lagi Mr.Alfin." dia memberi penekanan pada kata Mr.Alfin. nadanya seperti seorang resepsionis yang sedang melayani tamunya.
Aku mengerutkan dahiku menahan tawa
"Tanks in your service nona""sial" ucapnya disertai tawa kecil. Ya dia tertawa. untuk pertama kalinya aku melihat dia tertawa. Tawanya begitu alami. semakin menambah keindahan wajahnya.
"Ternyata lo gak sekaku yang gue kira Kak" ujarku sambil menatap dia.
"Jangan sok-sok muda buat panggil gue kak. Panggil gue Naya aja".
sepertinya dia baru melihat tanggal lahir yang aku tulis di formulir tadi dan menyadari kalau aku memang lebih tua dua tahun dari dia. Sebenarnya gue udah tau cuma gue pengen dia nyebutin namanya depan aku makanya aku panggil dia kak. dan caraku berhasil.
"Ok tp lo jangan panggil gue TOMAT lagi, tapi ALFIN."
"Ok mr.Alfin" lagi-lagi memberi penekanan pada kata Alfin.
"Not Mr.Alfin but Alfin" sanggahku.
"Ok Alfin Ardiansyah Putra"
"Tanks you Kanaya Putri Artavia"
kami berdua tertawa. Obrolan sepele ini berhasil membuat kami akrab.
====0====
karya pertamaku
pliisss Voment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Aku Mencintaimu
Novela JuvenilKanaya putri Artavia seorang mahasiswa semester 3 yang menjalani hidupnya dengan bayangan rasa bersalah atas kematian kakaknya. Pertemuannya dengan Alfin Ardiansyah Putra mengubah segalanya.. Tapi siapa sebenarnya Alfin? kenapa dia tiba-tiba datang...