SEMBILAN

23 2 1
                                        

_Alfin

"Bandung?"

"Iya fin ada acara keluargaku di sana, kamu ikut ya temani aku, pliiisssss," kanara terus merayuku.

Alih-alih menjawab pertanyaannya aku malah diam. Entah kenapa perasaanku nggak enak. Aku merasa kanaya mempunyai maksud tertentu di balik ajakannya padaku ikut acara keluarganya di bandung.

"Fin"

"Hmm.." pandanganku masih fokus ke depan. Tanganku masih mengendalikan kemudi. Tapi hati dan otakku memikirkan ajakan kanaya. Sebenarnya bisa saja aku mengabulkan permintaannya, tapi seperti yang aku bilang tadi, aku mempunyai firasat nggak enak dengan ajakannya kali ini.

"Ham hem.. ham hem.." kanaya menunjukkan wajah kesalnya "kamu dengerin aku ngomong gak sih."

"Iya aku dengerin."

"Trus gimana jawabannya alfiin" dia memukul-mukul pundakku. Sepertinya kekesalannya bertambah karena tak lekas mendapatkan jawaban dariku.

"Aw.. aw..  hentikan pukulannya" tak menghiraukan ucapanku, kanaya malah memasang muka bodo amat dan terus memukul bahuku semakin keras membuatku tidak konsen mengemudi "aw.. aw.. iya iya aku mau" jawabku akhirnya.

Dia menghentikan pukulannya "gitu dari tadi kan enak."

"Kamu maksa. Kalau aku nggak segera bilang iya kamu akan mukul aku terus dan kita bisa mati bareng karena aku nggak konsen nyetir."

"Biarin yang penting akhirnya kamu mau" dia tersenyum penuh kemenangan.

Mengeyampingkan firasatku, memang inilah tugasku, membuat dia selalu tersenyum. Apapun akan aku lakukan yang penting dia bahagia. Walaupun jika aku harus menukar nyawaku dengan kebahagiaannya akan tetap aku lakukan.
*****

"Wiih pagi-pagi dah rapi banget" rafka tiba-tiba saja nongol di kamarku, "mau ke mana?"tanyanya.

"Bandung."

"Bandung? ngapain?"Rafka mengerutkan dahinya.

"Ada acara keluarga kanaya di bandung, gue di suruh ikut."

"Wiih makin deket aja pake ikut acara keluarganya segala. Emang dia punya keluarga di Bandung ya?" tanyanya sambil menghempaskan dirinya di kasurku.

Aku menghendikkan bahuku "sepertinya sih iya."

"Kalian cuma berangkat berdua?"

Aku mengangguk "Bokapnya baru nyusul nanti sore."

Sebenarnya acaranya masih nantu sore. Kanaya memaksaku berangkat pagi-pagi karena ingin datang ke suatu tempat terlebih dulu.

"Gue rasa cewek itu mulai jatuh cinta sama lo"

"Jangan ngaco" aku melemparkan bantal ke muka rafka.

Mana mungkin kanaya jatuh cinta padaku. Walaupun kemungkinan itu bisa saja terjadi, tapi aku akan berusaha mencegahnya sebelum hal itu menjadi nyata. Kanaya tidak boleh jatuh cinta padaku, karena kalau itu terjadi dia hanya menunggu waktu untuk sakit hati dan kecewa.

"Atau lo yang jatuh cinta sama dia?" aku menoleh ke rafka yang masih tiduran di kasurku. Dari pakaiannya dan mukanya yang kusut sepertinya dia baru pulang dari rumah sakit, pasti dia habis jaga malam. Pantas saja ngomongnya nglantur.

"Lo kalo masih ngantuk tidur sono gak usah nglantur," ujarku.

"Gue gak nglantur. Biasanya kalau cowok cewek sering berdua ujung-ujungnya jadi cinta dan kalau udah urusan sama yang namanya cinta semuanya jadi runyam."

"Lo nggak usah khawatir, hal itu gak akan terjadi. Tujuan gue cuma membahagiakan dia, setelah dia bahagia gue bakal perlahan menjauh dari dia."
Rafka mengangguk angguk, Seperti mendukung rencanaku.

Maaf, Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang