_Kanaya_
Seperti biasa aku baru pulang saat hari sudah gelap. Menghabiskan waktu di kampus kurasa memang pilihan yang terbaik daripada menjalani kehidupan di rumahku yang sunyi dan sepi ini. Rumah ini hanya mengingatkan akan kebahagiaan yang telah lama hilang. Memasuki rumah ini sama halnya memasukkan memori-memori 4 tahun yang lalu ke otakku."kak arka harus pulang. kak arka harus anterin aku. kak arka harus ngebut"
"mama dan arka kecelakaan"
"maaf pak nyawa anak bapak tak tertolong"
"Bu Lidya mengalami depresi hebat"
Entah sampai kapan aku terbayang rasa bersalah ini. Andai dulu aku tak memaksa Arka cepat-cepat pulang hanya untuk mengantarkan aku latihan basket. kecelakaan itu tak akan terjadi. Arka tak akan meninggal. Mama gak akan depresi dan rumahku gak akan sesepi ini.
"Assalamualaikum"
Salam ayah mengagetkan aku yang masih berdiam diri diruang tamu. sepertinya ayah juga sama denganku. Memilih pulang malam dan menghabiskan waktunya di kantor untuk mengusir kesepian dan kesedihannya."Waalaikumsalam ayah"Aku mencium punggung tangan ayah. Selanjutnya dingin. Dapat aku lihat kesedihan diwajah ayah. Aku rindu senyumnya yang tak pernah terlihat lagi sejak kematian Arka.
Sebegitu berharganya Arka sampai kepergiannya memberikan efek hebat bagi orang sekelilingnya. Mama kehilangan jiwanya. Ayah kehilangan senyumnya. Dan aku kehilangan mama dan ayahku yang dulu sama halnya kehilangan kebahagiaanku. Sering aku berfikir apa Mama dan ayah akan semenderita ini jika aku yang mati bukan Arka.
"Kamu baru pulang nay?"
"Iya yah banyak kegiatan dikampus."Jawabku asal. "Ayah kenapa baru pulang?"
"Banyak kerjaan dikantor nak" Jawabnya tanpa menoleh ke arahku. Mata ayah menatap ke dinding atas yang terdapat Foto keluarga kami.
"Ayah kangen ya sama mereka?"tanyaku lagi
"Iya nak. Andai Arka masih hidup. Mamamu nggak akan depresi sampai harus dirawat di rumah sakit jiwa. Rumah kita pasti gak akan sesepi ini." pandangan Ayah beralih ke figura foto Arka yang terpampang di bufet. "Arka itu anak yang pintar. kenapa Arka yang dipanggil tuhan duluan. Harusnya_"
"Cukup yah" Ucapku memotong kata ayah. "Aku ke kamar dulu yah, Aku capek" kularikan diriku ke kamar. Aku tak sanggup lagi mendengar kata-kata ayah. Semuanya terasa menyakitkan bagiku.
Ku jatuhkan diriku di ujung tempat tidur. Aku ingin marah. Aku ingin teriak. tapi tubuhku terasa kaku. Hanya air mata jatuh membasahi pipiku.
"andai arka masih hidup."
"arka itu anak yang pintar. kenapa arka yang dipanggil tuhan duluan"
kenapa kata-kata itu masih selalu terucap oleh ayah. Apa karena cuma arka yang ada di hati ayah. Apa menurut ayah harusnya tuhan memanggil aku yang tak punya otak secerdas arka. Apa ayah gak pernah sadar setiap perkataan ayah itu membuat aku sakit. Sakit karena rasa bersalah itu selalu muncul.
Harus seperti apa lagi aku supaya ayah dapat tersenyum. Sebisa mungkin aku menjadi Arka supaya ayah bisa bangga dengan aku. Tapi ayah tak pernah melihatku. Di otaknya hanya selalu ada Arka, Arka dan Arka.
"Drt..drt.."
Ponselku berdering. Aku membukanya masih dengan hati yang kacau dan wajah yang basah air mata. Sebuah pesan line dari seseorang yang tadi siang membuatku tertawa lepas. Pesan yang singkat cuma tiga kata namun entah dia pakai sihir apa nulisnya sehingga dapat mengubah hatiku yang tadi kacau menjadi sedikit tersenyum.Alfin: Jangan Lupa Bahagia
Aku tak berminat membalasnya. Aku bergegas untuk mandi karena aku nggak ingin kalau ayah tiba-tiba masuk kamarku dan melihat wajahku yang masih basah air mata. Meski aku tahu kejadian itu takkan pernah terjadi. Tapi bolehkan aku berharap ayah masuk kamarku sekedar untuk mengucapkan good night.
Selesai mandi aku membuka ponseku ada lima pesan lagi yang masuk
Alfin: kug gk di bles
Alfin: Gak penting Ya?
Abie: Mlm sayang
Abie: Sayang....
Abie: Dah bobok ya?
Entah kenapa aku lebih terhibur dan tertarik membalas pesan aneh dari Alfin lebih dulu dari pada membalas pesan cinta dari pacarku sendiri.
Kanaya: Iya
Alfin: Eh di bales berarti pesan gue penting dong hehe
Kanaya: Dasar Cowok Aneh
Alfin: Gpp aneh yang penting bikin kamu bahagia gak nangis lagi
Kanaya: Tau dr mana gue abiz nangis?
eiitss udah terlanjur terkirim. Kenapa aku refleks balasnya kayak gitu. Jadi ketahuan kan aku abis nangis.
Alfin: Jd beneran cie abis nangis
Tuh kan Alfin jadi tau aku habis nangis. Bagaimana balasnya ini. Eh kenapa aku jadi grogi gini balas pesan dari cowok aneh itu. Perasaan kalau dapat pesan dari Abi aku tak pernah segugup ini. Eh ada pesan masuk lagi.
Alfin: Gak dibles. Maluu ya abis nangis. Btw knp nangis? di gigit kuntilanak ya? haha
Kanaya: Ya lo kuntilanaknya
Alfin: Kuntilanak dimana2 cewek. mna ada kuntil anak laki2
Kanaya: yaudah kalau gitu lo bapaknya kuntilanak aja kan cowok hahaha
Alfin: Yeee gue berhasil bikin miss cuek ketawa
Aku tersenyum-senyum sendiri melihat pesan chat dari alfin. Cowok itu benar-benar lucu. Tak seperti yang aku lihat di Tv saat dia di wawancarai. Di Tv dia terlihat angkuh, sombong dan player tapi kenyataannya justru sebaliknya. Dia lucu, ramah, gak pernah kelihatan sombong. Eittss kenapa jadi mikirin dia sih. Pacarku kan Abi bukan dia. Ehh Abi. Ya tuhan aku lupa gak bales chatnya Abi. Gara-gara keasyikan bales chatnya alfin.
====0====
Tolong vomentnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Aku Mencintaimu
Teen FictionKanaya putri Artavia seorang mahasiswa semester 3 yang menjalani hidupnya dengan bayangan rasa bersalah atas kematian kakaknya. Pertemuannya dengan Alfin Ardiansyah Putra mengubah segalanya.. Tapi siapa sebenarnya Alfin? kenapa dia tiba-tiba datang...