Part 12 - Happy In your Eyes

20 3 0
                                    

Mulmed : Angga dan Edo's Friends.

Vomment ya ;)

=+=


"Gimana adik gue?!". Panik Angga ketika sampai di koridor rumah sakit.

Edo yang merasa ditatap ganas oleh Angga mendelik, "Loe tuh ya. Jangan natap gue gitu dong".

Ela menengahi. "Udah-udah. Jadi gimana Do, si Anggi?"

Edo menghela nafas berat, "Dia kecapekan. Kemarin dia nonton DOTS sampe episode terakhir dan itu diulang 2kali".

Karena memang kemarin Anggi menginap dirumah Edo.

"Loe gak mencegah gitu?". Tanya Angga sengit.

"Ya kenapa mesti gue cegah? Loe tau gak susahnya gue ngadapin dia kalau lagi bete. Gue udah bujuk terus dia bilang bakalan minum obat tidur atau dia dibolehin nonton maraton tuh movie? Jelas kan kalau gue milih opsi yang kedua?".

Angga terduduk lemas sambil memegang pelipisnya, sementara itu Ela nampak gelisah sambil memainkan ujung bajunya.

Edo juga menampakkan kesedihan lalu duduk disamping Angga, "Kemarin dia ngigo mulu tentang Rio".

Angga mendesah pasrah, "Tu anak selalu aja sok tegar. Didepan gue bilangnya udah ngelupain".

Dan lagi-lagi Ela bingung siapa itu Rio? tapi dirinya berpikir lagi untuk tidak membahasnya sekarang.

Kemudian seorang dokter beranjak keluar dari ruangan Anggi.

"Adik saya kenapa dokter?". Tanya Angga cemas.

Dokter tersenyum paksa, "Ikut keruangan saya saja dulu. Saya mau menjelaskan sesuatu".

Angga mengangguk lalu menoleh pada Ela dan Edo. "Jaga adik gue dulu ya".

Ela dan Edo mengangguk lalu masuk ke ruangan Anggi. Disana nampak Anggi yang terbaring dengan infus yang melekat di tangannya.

"Hai". Ujar Ela tersenyum ramah.

Anggi yang mulanya melamun lalu tersadar, "Wah. Kakak kesini?".

Ela mengangguk mantap, "Iya dong. Kamu gak apa-apa kan? Ada yang sakit?".

Anggi terkekeh lalu mengambil posisi duduk, "Gak apa-apa kok. Ini buktinya bisa duduk. Gak lemes lagi. Kakak sama siapa kesini?".

Wajah Ela menjadi bersemu. "Angga".

"Udah ketebak. Kalian nempel-nempel dulu ya. Ntar biar bisa nikah". Ujar Anggi terdengar tulus.

Ela tersenyum menganggapi.

Sedangkan Edo nampak asik memainkan ponselnya.

"Do. Loe marah ma gue?". Tanya Anggi dengan nada bersalah.

Lagi-lagi Ela menjadi tokoh yang gak mengerti apa yang terjadi.

Edo tidak menanggapi pertanyaan Anggi, ia tetap fokus memainkan ponsel nya.

Ela menoleh pada Anggi, dan rupanya mata Anggi sudah berkaca-kaca.

"Do, jawab dong si Anggi. Loe tega buat dia nangis?". Bujuk Ela pelan.

Edo mendelik, "Dia lebih tega buat gue panik setengah mati tadi". Ujarnya dingin lalu keluar dari Ruangan.

Anggi terisak, lalu Ela memeluknya lembut, "Edo emang gitu. Kalo dia merasa kayak di burukin. Dia pasti marah besar. Tapi tenang, dia cepet marah cepet juga kok redanya". Hibur Ela.

Anggi hanya bisa mengangguk seakan memahami apa yang dikatakan Ela.

=+=

Ün Simple [WAITING 300 READERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang