Part 1 - Meet Up

61 3 0
                                    

Mulmed : Refan Anggara

"Ada lagi mbak?". Tanya seorang kasir sambil menekan jari-jari manisnya diatas keyboard, kini dirinya tengah menghitung belanjaan seseorang.

"Ini Cat kukunya gak ada yang motif lain mbak? Saya adalah tipe pembosan, takutnya nanti di Amerika saya jadi susah untuk mencari toko Cat kuku". Ujar perempuan di hadapan kasir saat ini.

Sang kasir mengerutkan keningnya tanda berpikir keras. 'Yang saya ketahui sebelumnya kalo orang uda sampe dikasir biasanya belanjaannya itu suka ditawar, nah ini malah pingin nambah lagi, bah rejeki tahun baru nih'. Pikir sang kasir.

"Oh ada mbak,ada 16 Varian warna, silahkan anda pilih bisa lewat On-line di websitr kami".

Perempuan itu tampak menghela nafas lelah. "Ah gak deh, cukup ini saja, mood saya lagi berantakan".

Sang kasir mengangguk tanda mengerti.
"Ya sudah kalau begitu total semuanya 34 juta bu".

Dengan sigap perempuan itu mengeluarkan kartu ATM dari dompet kulit buaya-nya dan memberikannya pada sang kasir.

Setelah semuanya selesai, sang kasir mengembalikan kembali ATM gadis itu, "Selamat berkunjung kembali".

Gadis itu hanya mengangguk lalu berjalan cepat menuju mobil Jazz yang dibawanya saat ini, ketika sudah berada didalam mobil ia mendesah berat.

"Gawat, udah jam 9 malem, bokap-nyokap pasti udah dirumah.". Gumamnya meringis, lalu dengan kecepatan 80 km/jam ia melajukan mobilnya.

30 Menit kemudian.

Ia membuka pintu utamanya dengan extra hati-hati, ia melakukan semua ini karena ia tidak mau orang tua nya bangun pada saat ini, dan kalau bangun, dipastikan rumah akan seperti kebun binatang yang para binatangnya pada laper gak dikasik makan.

Gadis itu menggunakan bola matanya untuk melirik sekitar ruangan tamu.

'Lampunya mati, berarti uda pada tidur. Yes sepertinya aman'. Pikirnya dalam hati lalu dengan sigap segera melangkahkan kaki menuju kamarnya saat ini.

"Ela". Tegur seorang perempuan paruh baya dengan mata yang menyala.

Perempuan, yang bernama-Ela itu terkejut lalu membalikkan badannya dan menyengir tidak lucu. "Iya ma". Jawabnya polos.

Sementara Eli-sang Ibunda yang merupakan perempuan paruh baya tadi hanya bisa menghela nafas. "Mama sebenarnya pingin banget nyabit kamu cuman karena papa kamu dirumah, mama undur. Besok jangan harap kamu lolos lagi.".

Ela mendesah lega.

Sementara Eli membalikkan badanya menuju kekamarnya sambil berkata, "Besok ke Restoran mama, bantu masak".

Membayangkan dirinya berada di dapur resoran membantu mamanya memasak dengan tangan yang penuh bau amis daging di Usaha milik keluarganya itu membuat Ela bergidik ngeri.

"Tapi ma"

"Shut up and go to bed now!".

Huh. Sepertinya mamanya tidak dapat dibantah kali ini.

Keesokkannya

"Nah habis itu di iris tipis, eh! Itu masih ada tulang ikannya sayang".

Ela meringis pelan, ia benar-benar mual hari ini. Bagaimana tidak? Ia mencium aroma yang paling ia benci sedunia, yaitu darah hewan yang berbau amis.

"Ma udah ya?". Melas Ela pada mamanya, sedangkan mamanya hanya bisa mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Kamu lanjutin itu,sampe selesai buat sup ikannya. belajar makanya,ntar nikah kamu mau masakin apa buat suami? Rumput?". Sindir mamanya lalu pergi dari dapur karena ada urusan administrasi.

Ela benar-benar tidak bisa berkutik, dan ketika ia memotong ikan lalu melihat darahnya mengalir,isi perut Ela seketika naik dan membuat Ela memuntahkan isi perutnya.

"Hoeeeeekk".

Namun disaat yang bersamaan,ada seorang pria yang memakai seragam pelayan membantu memapah tubuh Ela menuju toilet dekat dapur.

Lalu pria itu mengambil Minyak Kayu Putih dan memoleskan Minyak itu pada tekuk Ela.

Ela tersadar akan sentuhan,ia lalu menepis dengan kasar tangan itu.

"Jangan sentuh-sentuh sembarangan ya!". Erang Ela.

Sedangkan pria itu hanya mengerutkan keningnya lalu tanpa sepatah kata pergi dari hadapan Ela.

Ela pun geram merasa dirinya diberikan peanut ,Akhirnya ia menyusul pria itu.

"Elo pergi sembarangan!". Murka Ela yang bisa ditebak gak jelas.

Pria itu menajamkan matanya, "Pesanan sup ikan udah jadi?". Tanya pria itu to the point

Ela mengangkat bahu acuh tak acuh. "Gak perduli. Jugaan mama yang punya restoran ini, dan loe? Cuma pelayan? Jangan belagu.".

"Maaf ya nona, saya rasa saya gak ada cari masalah dan saya gak tau kenapa anda bisa bertingkah norak seperti ini". Ujarnya tajam, lalu pergi dari hadapan Ela

Ela melongo mendapat respon dari Pria itu tak terduga. "Dasar pria jutek gaje".

Kemudian Ela pun berinisiatif untuk keluar dari dapur sebelum mualnya kambuh lagi.

"Ela!". Teriak Eli.

Ela hanya bisa nyengir tidak jelas, Karena tertangkap basah mau kabur oleh mamanya.

"Kamu kok gak selesaiin sup ikannya?".

Mamanya mendengus marah.

"Mama gak suka ya kamu bahas status mama didepan karyawan, tanpa kamu kasih tau pun karyawan udah tau kedudukan mama dan kamu malah nyombongin status kamu?. Mama rasa mama udah ajarin kamu bersikap sopan dengan orang ya".

"Maksud mama apasih ma? Ngelantur gak jelas". Bingung Ela.

"Kamu tadi bersikap gak sopan ke Angga kan?". Tanya Eli yang berhasil membuat Ela berpikir keras.

Kemudian dia meng-Oh kan ucapan mamanya,Rupanya ia tau nama Pelayan yang menurutnya Jutek itu.

"Dia songong duluan,lagian kenapa mama mesti ngasik dia kerja disini sih ma?".

"Kamu tuh ya! Pokoknya kamu sekarang ketempat gudang, disana kamu bantu Angga buat mencari Kursi lama!".

"Tapi ma?"

"Gak ada bantahan!". Eli kemudian melanjutkan kegiatan membuat sup ikannya sedangkan Ela mendesah pasrah.


==+==

19 Des 16
(837 kata)

Ün Simple [WAITING 300 READERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang