"Aku akan mulai. Bagaimanapun caranya Ha Na-ah."
Kim Ha Na Pov
Tatapanku kosong. Semua yang ada di sekitarku rasanya hampa bahkan oksigen yang merupakan alat untuk hidup serasa sulit aku hirup. Aku tak percaya yang aku lihat saat ini. Melihat orang yang aku sayangi, cintai dan tempatku bersandar sedang lemah tak berdaya di salah satu ranjang rumah sakit dengan banyak alat yang menepel di tubuhnya.
'Kenapa bisa tubuh itu begitu lemah saat ini?'
Perasaan ku terasa teriris melihat Ayahku saat ini. Dengan wajah pucat pasi dan mana tertutup rapat. Ini sangat berbeda sangat asing bagiku. Biasanya ayah akan selalu memeluku erat, menghangatkan tubuhku dan mengendongku. Sekarang, untuk menggerakkan jarinya saja dia tak mampu.
Ya benar. Aku sedang di ruang rawat ayahku. Melihatnya hanya dari jauh rasanya sulit melangkahkan kakiku untuk mendekati ranjangnya. Kaki ku serasa di paku di tempat meskipun hatiku ingin segera mendekatinya dan mengenggam tangannya. Memberitahu bahwa putrinya datang.
Air mataku sudah tak dapat dibendung lagi. Mereka sudah menetes bahkan sekarang membanjiri wajahku. Dengan derai air mata aku mendekati ayah, mendekati penopangku yang sedarang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit ini. Sesekali aku terisak pelan aku tidak ingin ayah mendengar aku menangis sehingga aku berusaha meredam isakkanku.
Aku duduk di samping ranjangnya dan memerhatikannya dengan seksama. Tanganku terulur untuk mengenggam tangan kekarnya. Hangat. Ya tangan ayah masih sangat hangat seperti dulu. Aku sedikit mengatur nafasku dan isakan yang mebyiratkan kepedihan. Aku memandangnya dan menyunggingkan senyum semanis untuknya. Aku berharap dengan iji dia akan sadar.
"A..ppa.." suaraku tertahan di tenggorokanku serasa sangat sulit untuk keluar. Aku berusaha menghirup oksigen yang banyak untuk meredam tangisku.
"Appa~ aku datang." Sapaku dengan senyum perih mengiringinya.
"Kenapa appa bisa seperti ini?" Tanyaku dengan nada kembali bergetar.
"Dan appa tidak memberitahuku.." Kembali aku melontarkan kata padanya meskipun appa tak akan menjawabnya.
"Aku terasa seperti orang bodoh. Bahkan ayahku sendiri sedang sakit aku tidak tau. Hiks..hiks..."Pecah sudah pertahanan ku sekarang. Aku menangis di hadapannya. Aku merasa ada yang mengusap kepalaku seolah tau aku sedang hancur saat ini. Aku berbalik dan menatapnya. Seolah tak percaya aku menatapnya penuh tanpa berkedip.
"Eomma?"
Author Pov
Sampai 30 menit lalu Yoongi masih belum bisa memejamkan matanya. Bahkan dia sudah berpindah posisi beberapa kali.
"Ada apa denganku?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Aku hanya ingin tidur."
"Kenapa hanya karena dirimu."Terlalu frustasi untuk mencoba tidur. Akhirnya dia menyerah, dan berjalan keluar kamar dan mendudukan dirinya di sofa ruang tengah. Menyandarkan tubuhnya sangat dalam di sandaran sofa, seolah itu dapat meringankan bebannya.
"Sebegitu frustasikah kau." Ujar seseorang dari belakang Yoongi.
"Kau belum tidur tae?" Tanya Yoongi tanpa menengok ke belakangnya.
"Ternyata dia sudah datang Yoongi-ya."
"Siapa mak--- Kau??" Tanyanya sedikit terlonjak kaget. Karena orang dibelakangnya.
"Kau mau menyembunyikannya." Tanya orang itu.
"Jangan menyentuhnya." Ujar Yoongi dengan nada datar tapi memerintah.
"Aku tidak bisa menjamin itu. Dia memiliki sesuatu yang aku butuhkan." Ujarnya dengan santai seraya berjalan menuju sofa.
"Hyung. Biarkan dia." Ujarku memerintah.Orang itu duduk di samping Yoongi dengan santai dan melipat kakinya. Seolah tidak peduli dengan apa yang adiknya katakan.
Ya. Dia Min Jae Woo. Kakak Min Yoongi. Dan orang yang harus dijauhkan dari Ha Na
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love {m.y.g}
Fanfiction"Apa begini cara takdir mempertemukan kita. Aku membencimu tapi disisi lain aku mulai menyayangimu kembali." ~Kim Ha Na~ "Aku telah menyakitimu tanpa aku sadari, aku mengorbankanmu karena keegoisanku. Dapatkah kau memaafkan ku dan membebaskan ku. ~M...