Part 9

28 6 9
                                    

Author Pov

Pria itu masih menatap sibuknya kota Seoul bahkan setelah sang mentari sudah kembali ke peraduan sejak 1 jam yang lalu tapi kota enggan untuk menyepikan aktivitasnya.

Berbanding terbalik dengan suasana di dalam apartemen, gelap, kosong, terlihat tanpa kehidupan yang menghiasinya.

Tapi hal itu tak dapat menarik atensinya. Dia hanya memandang kosong ke arah bangunan yang dihiasi lampu yang terpancar dengan jelas.

Bisa dikatakan fokusnya masih terkait dengan gadis yang ada di dalam rumahnya ini, gadis yang sangat dekat sekarang tapi sangat jauh jika ingin digapainya.

Gadis yang membuatnya terluka setiap saat jika matanya beradu pandang dengan mata teduh dari sang gadis. Gadis yang selalu mengguncang jiwanya setiap kali sang gadis menangis dengan penuh pilu.

Ingin rasanya dia mengakhiri semua ini, melepas semua yang ada di hidupnya, melepas segala ikatan luka dalam hidupnya, termasuk gadis yang amat ia cintai.

Gila.

Kata itu yang pantas di sandang pria pucat dengan surai hitam tersebut. Dia tak ingin membuat gadis itu terluka, apa dia telah memperhitungkan dengan tepat?

'Kurasa perhitunganmu meleset tuan.'

Satu kata yang pantas untuk pria ini--

'Kau gila Min Yoongi-ssi.'

Jung Hye Mi Pov

Huft..

Aku sungguh bingung dengan sikapnya sekarang. Menyeretku begitu saja tanpa penjelasan yang jelas, apa menurut kalian ini masuk di akal sehat?

Dan sekarang apa, aku duduk di hadapannya di sebuah kedai melihat bagaimana pria kelinci ini makan dengan lahapnya.

Dia bahkan tak menjelaskan apapun padaku. Ya dia bilang aku harus mengikutinya karena perintah hyungnya, tetap saja itu bukan alasan karena melihat sikapnya yang 180° berbeda dari tadi pagi.

Jangan-jangan--Eeey, tidak mungkin

Tidak mungkin pria kelinci ini punya kepribadian ganda seperti di drama dimana dia akan berubah suatu saat dan membunuhku.

Oke, sorry. Itu mungkin sedikit berlebihan tapi dari semua drama yang aku tonton jika orang memiliki dua kepribadian itu menyeramkan juga.

Suara berat menginterupsi lamunanku.
"Apa kau sudah selesai menilaiku?"

"E-eoh?" Kagetku

"Aku tanya, apa kau sudah selesai menilaiku?" Ulanganya dengan penekanan.

"Entah kau menilaiku seperti apa, tapi aku bukan seperti yang kau pikirkan di otakmu itu." Sambungnya dan menatapku.

"Aku harap." Jawabku dan mulai memakan makanku yang belum ku sentuh sedari tadi.

"Apa aku pernah bertemu denganmu sebelum ini?" Tanyanya tiba-tiba

Aku menghentikan makanku dan balas menatapnya dengan kernyitan di dahiku dengan ekspresi bertanya 'apa yang kau katakan'.

"Ani, hanya saja aku merasa kita-potongnya, apa itu kebiasaanya untuk bicara setengah-setengah.

"--sudahlah, lupakan cepat habiskan makanmu lalu pulang ini sudah larut." Jawabnya yang membuatku tambah bingung dengan tingkah kelinci berotot du depanku.

"Cepat makan, kau tak akan kenyang hanya dengan memandangi wajahku saja. Meskipun aku tampan." Jelasnya dengan penuh percaya diri yang selangit.

"Kurasa kau harus mengontrol rasa percaya dirimu." Usulku dengan nada prihatin yang di buat-buat.

True Love {m.y.g}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang