Keesokan paginya, gue bangun lebih awal.
Ternyata, Natcha ada di ruang tamu, sedang nonton tv, dan memainkan remot.
Kali ini harus berhasil, gue harus ngomong sama dia."Natcha..." kata gue membuat Natcha menoleh ke arah gue.
"Ada apa?" Tatap Natcha, panik.
"Aku ngga pernah nyangka Natch, kalau kita bakalan jadi begini. Padahal, aku pernah kepikiran, kalau aku bakalan jadi pendamping kamu, tapi... aku salah, kamu, tidak ditakdirkan bersamaku." Kata gue ke Natcha, berusaha menyokong air mata.
"Aku, aku bener-bener minta maaf." Jawab Natcha dengan mata yang berkaca-kaca.
"Taukan, segimana besarnya harapanku pas nunggu kamu, lalu... kamu..."
"kamu kira aku bisa lupain kamu? Aku gapernah bisa ngelupain kamu, bahkan sampai detik ini. Pas kita pergi shalat bareng, jalan bareng, ketawa bareng, setiap subuh aku bangun, aku selalu inget sama kamu, semasa sekolah dulu, kita sering shalat subuh bareng, dan kamu tahu... aku gakkan pernah bisa lupain semua kenangan aku sama kamu, jadi kamu jangan pernah berfikir kalau aku sudah melupakan semuanya." Ucap Natcha memotong pembicaraan gue.
"Lalu, apasalah aku? Kenapa kamu harus menikah sama Ratu, sementara kita... kita masih sama-sama sayang?"
"Aku menikah sama ratu itu karna kewajiban aku sebagai anak..."
"Kamu harus nikahin aku!" Kata gue dengan suara lantang.
"Kamutuh, udahlah, ini udah takdir. Jalanin aja, cinta akan datang dengan berjalannya waktu, aku udah mulai mencintai Ratu." Ucap Natcha, bikin gue gabisa lagi nahan air mata gue.
Gue langsung pergi dari hadapan Natcha, dan gue, masih gabisa nerima ini semua, gue gabisa...
Gue duduk di halaman, ini masih terlalu pagi buat gue pergi keluar rumah, tapi karna gue kesel banget, akhirnya gue mutusin buat pergi ke kafe.Gue mesen grab, dan setelah abangnya dateng, ternyata abang grabnya ganteng dan kece banget. Tiba-tiba aja, ide jahat muncul dari otak gue.
"Mas, mau ngga bantu saya?" Kata gue ke abang grabnya.
"Bantu apa?"
"Mas, pura-pura jadi pacar saya yah? Mau ngga?" Kata gue langsung to the point.
"Pacar? Emangnya lo berani bayar berapa?!" Kata abang grab natap muka gue sewot.
"Tenang, nanti ongkosnya saya bayar lima kali lipat!"
"Mba, mba sama aja ngebayar saya jadi pembohong, saya gamau jadi pembohong, saya jadi grab, tujuan saya cuman mau ngebantu, kalau ada masalah sebaiknya mba cerita kepada Allah, minta ampunan, dan berdo'alah, dan mintalah petunjuknya, bukan dengan cara pura-pura." Kata abang grab, bikin gue sadar.
"Makasih mas, maaf." Jawab gue dengan nada suara pelan.
"Jangan minta maaf sama saya, mba ngga salah, wajar aja, mungkin mbanya lagi emosi." Kata abang grab sambil nyodorin helm.
"Itu, rambutnya, sebaiknya dibungkus dengan kerudung, mba kan cantik, lebih cantik lagi kalau berhijab." Kata abang grab sambil senyum.
Kali ini, gue bener-bener malu banget, ini abang ucapannya bener. Dan gue gabisa berbuat apa-apa. Selain pergi ke dalam rumah sebentar, ganti pakaian dan pakai kerudung.
"Loh, Mika, kamu mau kemana?" Kata nyokap, sambil bawain sarapan buat Ratu sama Natcha yang lagi ada di meja makan.
"Mika mau pergi keluar sebentar." Kata gue, bikin nyokap kepo.
"Kamu pergi sama siapa?" Tanya nyokap sambil mendekat ke arah gue.
"Sama temen kamu ya??" Kata Ratu menyambung pembicaraan.
"ngga, bukan siapa-siapa."
Pas gue keluar, mama, Ratu dan Natcha pun ngeliatin gue di depan pintu, mereka ngeliat gue di jemput sama cowok, padahal abang grab.
Untung aja abangnya pake baju biasa dan helm biasa, biar mereka berfikiran, kalau gue udah bisa lupain Natcha."Gini dong mba, kan keliatan tuh cantiknya." Kata abang grab, sambil ngasih helm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
Romancesatu untuk mu yaitu, hatiku.... ketikaku sudah terpaku padamu, jangan pernah remukan hatiku. jangan pernah biarkan dirimu mematahkan hatiku. karena, ketika patah, aku takkan bisa lagi menyatukannya. dan itu sangat sulit untuk ku tangani, karena jika...