Love You 1

9K 373 11
                                    

Ve menangis terisak dalam mobil yang sedang malaju kencang digelapnya malam pada jalan raya yang sepi.

Air mata Ve terus keluar dari mata indahnya lalu turun membasahi pipi.

Entah kejadian apa yang membuat Ve bersedih hingga tangisnya seperti itu. Sampai pak Tarjo sang driver pun hanya diam dan tak berani menanyakan.

Karena tiba-tiba saja Ve masuk ke dalam mobil sudah dalam keadaan bersedih serta menangis, lalu menyuruh pak Tarjo menjalankan mobilnya secepat mungkin untuk pulang ke rumah.

Sampai di rumah, Ve juga langsung menuju kamar dan mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

Cklek
Cklek

Pintu kamar Ve sudah tertutup rapat dan terkunci, lalu Ve menjatuhkan dirinya keatas tempat tidur untuk melanjutkan tangisnya di sana.

"Hallo," suara sedihnya terdengar begitu berat saat Ve mengangkat telepon.

Ve mengangkat telepon tanpa melihat pada layar siapa sebenarnya yang menelepon dia.

Saat itu juga Ve merubah posisinya jadi duduk diatas tempat tidur dan mengelap air mata yang jatuh dipipi dengan tangan kanan.

"Aku gak tau lagi harus bilang apa ke kamu. Yang jelas aku gak mau!" ucap Ve tegas menjawab telepon tersebut.

Ve berusaha menahan air matanya, menahan kuat tangisnya supaya mereda. Rasa sakit dalam hati yang tak mampu ia kendalikan, hingga air mata itu keluar dengan sendirinya.

"Sudahlah, percuma kita bicara. Karena kamu tetap pada pendirianmu, dan aku tetap pada pendirianku!" Ve mematikan teleponnya, kemudian membuang ponsel genggam itu ke tempat tidur.

Siapa sebenarnya yang menelepon Ve? Sampai ia menarik nafas dan menghempaskannya secara kasar. Apa mungkin orang itu yang membuat Ve menangis?

Tok Tok Tok

"Mba Ve, buka pintunya!" teriak si kecil Zara sambil mengetuk pintu kamar Ve.

Ketukan dan panggilan Zara tak Ve hiraukan, dia hanya melihat pintu kamarnya dengan tatapan kosong. Berulang kali Zara memanggil dan mengetuk pintu, Ve hanya diam dan tak bereaksi.

"Ngapain, Ra?" tanya Vienny yang baru saja keluar kamar.

"Lagi ngecat pintu kamarnya bidadari," jawab Zara.

Vienny tersenyum mendapati jawaban dari si bungsu yang sewot. Padahal Vienny tahu apa yang sedang Zara lakukan didepan kamar Ve.

Apalagi kalau bukan memanggil Ve supaya keluar dan turun ke bawah. Karena dibawah pasti sudah ada Melody yang menunggu semuanya di meja makan.

"Ya udah, lanjutin deh ngecatnya kalau gitu. Aku gak mau ganggu," Vienny melangkah pergi dari hadapan Zara, tapi sebelum itu dia menyempatkan diri untuk mencubit hidung mancung adiknya dengan gemas.

"Ish.. Sakit!" ucap Zara kesal.

Zara sampai lelah mengetuk dan memanggil Ve buat keluar dari kamarnya. Kemudian ia membalikan badan terus pergi.

Ternyata Zara menuju meja makan di lantai satu rumahnya. Dia langsung menghempaskan diri ke kursi meja makan sambil cemberut.

"Mbamu mana?" tanya Melody.

"Di kamar. Gak mau keluar," jawab Zara.

"Lho, kenapa?"

"Gak tau!"

Melody langsung melihat Vienny yang duduk didepannya dan sedang minum segelas air putih. Vienny menggeleng, dia juga tidak tahu kenapa Ve sampai tidak mau keluar kamar untuk makan malam.

Karena adiknya tidak berhasil memanggil Ve keluar kamar untuk turun dan makan, akhirnya Melodylah yang bergerak. Ia berjalan menuju kamar Ve di lantai 2.

Sebelum masuk, Melody mengetuk pintu kamar Ve dan memanggilnya pelan.

"Ve, keluar yuk buat makan malam bareng mba dan yang lainnya," kata Melody.

Lama Melody memanggil Ve sambil mengetuk pintu kamar, dan akhirnya pintu kamar Ve terbuka.

Ve bukannya keluar kamar untuk makan malam, ia malah kembali lagi ke tempat tidur dan mengacuhkan Melody.

"Ve, aku panggil kamu buat turun dan makan malam bersama. Lho, kok kamunya malah tiduran lagi... Hmm."

Melody berjalan menghampiri Ve ditempat tidur, dia kaget ketika melihat wajah dan mata Ve yang sembab.

"Kamu kenapa?" tanya Melody. Ia duduk dipinggir tempat tidur untuk menanyakan kenapa Ve sampai menangis. Yang ditanya hanya menunduk dan menggelengkan kepala. "Pasti gara-gara Dion," tambah Melody.

Yang Melody tahu Ve menjalin hubungan dengan Dion. Karena cuma Dion yang bisa membuat emosi Ve terkadang berubah. Ve bisa dalam sekejap senang dan bahagia tiba-tiba, ia juga bisa dalam hitungan detik bersedih dan bisa langsung menangis. Itu semua cuma karena Dion.

Terkadang Melody juga tak habis pikir dengan sifat Ve yang seperti itu. Hanya karena laki-laki, emosi dirinya bisa berubah seperti bunglon.

"Yuk turun, Zara sama Vienny udah nunggu kita dibawah buat makan," ajak Melody.

Ve beranjak dari tempat tidur dan melangkah pergi, lalu ia turun ke bawah menuju meja makan. Melihat sikap dia seperti itu Melody hanya geleng-geleng kepala dibelakang Ve.

"Kinal sama Shania kok gak dipanggil sekalian sih, mba?" ucap Vienny yang melihat Melody sedang berjalan ke arah meja makan.

Sedangkan Ve saat itu sudah duduk di kursi meja makan samping Vienny.

"Mba Kinal sama mba Shania belum pulang. Mereka kejebak macet di jalan," jawab Zara mewakili Melody.

"Oh."
..
...
____________

Tokoh dalam cerita ini ;
1. Melody
2. Ve
3. Kinal
4. Vienny
5. Shania
6. Zara

Dan masih sekitar member JKT48.

Kelanjutannya masih dalam proses, entah mau dibuat one shoot or berchapter-chapter.

Kira-kira masih maukah kalian membaca cerita2 saya yang kadang gak jelas dan hampir sama, ahahaha.

Semoga ya...

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang