Love You 14

2.5K 260 13
                                    

Kinal POV

Pukul 22.30
Aku berjalan kaki menuju restoran cepat saji, membelikan pesanan saudari-saudariku yang ingin makan kentang goreng dan sebuah burger keju. Aku yang mau berjalan kaki untuk membelinya, karena memang restoran cepat saji itu tidak jauh dari rumahku. Padahal Melody menyarankan naik motor, tapi aku menolak, itung-itung olahraga malam juga. Karena udara malam ini sangat bersahabat, angin tidak terlalu kencang dan udaranya juga tidak terlampau dingin.

Saat aku sedang berjalan. Sebuah mobil Jeep berwarna hitam berhenti mendadak, naik ke trotoar hanya beberapa meter di depanku! Pria berbadan kekar dan penuh tato di lengannya sudah setengah jalan keluar dari kursi penumpang!

Apakah ada orang lain lagi yang akan turun dari Jeep itu? Seseorang yang badannya tak kalah kekar serta bertato turun lagi dari pintu mobil yang satunya.

Aku berbalik dan berlari. Entah kenapa instingku mengatakan kalau kedua orang yang turun dari Jeep itu ingin menangkapku. Aku terus berlari melintasi jalan raya, sambil berusaha menghindar dari mobil dan motor yang lewat, berlari zig-zag ke seberang jalan, tanpa mempedulikan suara teriakan klakson serta umpatan dari pengemudi yang kaget dan marah. Sambil berlari sesekali aku melihat ke arah belakang, aku bisa melihat dua pria kekar itu mengejarku. Keduanya begitu cepat. Mereka berlari menghindari mobil dan motor mengikuti jejakku.

Aku menundukan kepala dan berlari seperti orang kesetanan di sepanjang trotoar, membentur orang-orang yang ada di jalurku, membelok tajam pada sudut-sudut jalan.

Dua pria kekar itu terus berada di belakangku.
Siapa mereka?
Kenapa mereka mengejarku?

Aku lihat didepan ada sebuah terminal angkot. Aku berlari sekuat tenaga menuju ke sana, berharap aku bisa lolos dari mereka di antara orang-orang yang pulang kerja pada malam hari dan para pencinta pesta, naik-turun tangga ke setiap halte jurusan angkot.

Namun, kepalaku menoleh cepat menunjukan bahwa harapan itu jauh dari kenyataan. Kedua pria kekar itu masih mengejarku. Mereka semakin memperpendek jaraknya denganku. Sekarang aku bahkan bisa melihat wajah mereka yang menyeringai jahat saat keduanya menggapaikan tangan untuk menangkapku. Seakan mereka berkata, aku berada tepat di belakangmu. Ku tangkap kau!

Aku memaksakan kakiku terus berlari, berlari dengan langkah kaki yang besar dan membakar. Jika aku tertangkap oleh mereka bisa jadi aku akan di siksa. Atau akan di jual seperti berita-berita yang kutonton di TV. Karena aku tidak kenal kedua pria itu, atau mereka sebenarnya sekawanan penculik. Aku harus berlari lebih cepat dari mereka.

Pukul 23.00
Aku melompat dan memanjat pembatas jalan dengan susah payah. Aku melihat sekitar apakah aku masih dibuntuti. Dipojok terminal ada satpam yang sedang bicara dengan seorang supir, mereka berdiri disamping mobil angkot berwarna merah tujuan pasar senen-ancol. Aku terus berlari, napasku semakin berat, dan kedua kakiku mati rasa karena kelelahan. Tapi, aku tidak bisa berhenti sekarang.

Aku berlari ke seberang jalur angkot berwarna biru, dengan harapan aku bisa melompat ke dalam angkot dan membebaskan diri dari pengejarku, tapi angkot itu tancap gas terlalu cepat.

Kedua pria itu masih terus berlari di belakangku. Dalam keadaan panik aku melakukan tindakan bodoh untuk melompat di sekitar tengah jalan menuju seberang. Aku bisa merasakan kakiku sudah benar-benar mati rasa ketika mendarat.

Aku mengerang dan tersandung kesakitan, kakiku keram, tapi entah bagaimana aku terus saja berlari.

Badanku semakin bertambah letih sekarang, kakiku sudah tak sanggup lagi berlari, dan langkahku semakin melambat.

Aku melihat mereka melakukan hal yang sama sepertiku, melompat ke seberang. Sekarang kedua pria itu sudah berada di jalur yang sama dan masih mengejarku. Hanya ada segelintir orang-orang yang ada di sini, sedang menunggu, hampir tidak terganggu sama sekali oleh seorang anak perempuan yang sedang berlari melewati mereka untuk menyelamatakan dirinya. Hidup di kota besar seperti inilah nasibnya, mereka cuma bisa mementingkan dirinya masing-masing tanpa mau peduli orang lain. Aku melihat beberapa perempuan sedang mendekap tasnya lebih erat lagi, mungkin ia takut kalau tasnya akan di jambret.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang