Love You 12

2.2K 253 2
                                    

Kinal POV

Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit tubuhku jadi enakan sekarang. Memar di wajah dan tubuhku perlahan membaik serta tak sakit lagi. Aku sangat berterima kasih pada Ve karena dialah yang menjagaku.
Sebagai gantinya hari ini aku akan membuat Ve senang. Pokoknya apa pun keperluan dia selama di rumah akan kusiapkan.

Contohnya tadi pagi, saat dia mau sarapan aku yang membuatkannya. Bukan untuk Ve saja, tapi untuk Melody Shania Vienny dan juga Zara. Takut dibilang pilih kasih jika aku membuatkan sarapan hanya untuk Ve.

"Ve, kamu duduk aja ya? Biar semuanya aku yang ngelakuin." Aku menyuruhnya duduk di sofa depan TV. Tak lupa aku juga menyalakan TV untuk dia tonton. Pokoknya hari ini, harinya Ve bersantai. Tidak seperti biasanya dimana ia harus bersih-bersih rumah setelah semuanya pergi beraktivitas.

"Nal, aku gak sakit. Kenapa akunya gak boleh bersih-bersih rumah?" protes Ve. Aku tertawa dan tidak menjawab pertanyaannya itu. Biarkan saja Ve protes, pokoknya hari ini hari dia bersantai. Kemudian aku pergi ke dapur untuk membuatkannya jus strawberry, plus membawakan Ve kacang mede buat teman dia nonton TV.

Setelah itu aku membersihkan meja makan yang berantakan sehabis sarapan pagi tadi. Piring dan gelasnya kucuci bersih, tak lupa juga mejanya kurapihkan seperti sedia kala.

Selesai itu, lanjut ke yang lain. Kuambil lap dan kemoceng untuk membersihkan pajangan serta perbot-perabot yang ada di rumah. Ve bukannya melihat siaran TV, dia malah asyik melihatku beberes. Habis lap mengelap kelar, aku lanjutkan untuk membersihkan lantai. Terlebih dulu kusapu lantainya biar nggak ngeres, aku mulai dari lantai 2 dan turun ke lantai 1. Setelah debunya hilang, sekarang aku mau mengpel lantai. Kuambil pel bergagang dan seember air yang kuberi pengharum lantai biar lantainya wangi juga harum.

"Angkat kakimu," suruhku. Ketika aku sedang mengepel didepan Ve. Dia melihatku dan segera mengangkat kedua kakinya ke atas sofa.

"Obat apa yang dokter kasih ke kamu, Kinal? Sampai kamu mau melakukan ini semua," ujar Ve. Aku lagi-lagi hanya tersenyum saja. Dokter tidak memberikan obat penyemangat kerja padaku. Dokter hanya memberikan obat rasa penghilang sakit dan nyeri saja pada lukaku.

Huft, kelar sudah pekerjaan rumah. Aku berjalan ke arah sofa dan duduk disamping Ve.

"Capek?" tanyanya. Aku menganggukan kepala tanpa melihat dia. Karena posisiku duduk sangatlah nyaman, dimana aku menyandarkan punggungku ke sofa dan kepala ini juga kutaruh diatas sandaranya.

Ve beranjak dari sofa menuju depan TV, entahlah dia mau apa ke sana. Tak lama kemudian ia duduk kembali disampingku.

"Makanya, jadi orang jangan maruk. Semua kerjaan kamu yang ngerjain," katanya sambil mengelap dahi dan wajahku yang berkeringat dengan tissue.

"Aku hanya ingin berterima kasih padamu, Ve. Karena kamu sudah menjagaku selama di rumah sakit kemarin."

Ve tersenyum, dan tangannya masih tetap mengelap keringatku. Lihatlah wajahnya, wajah Ve begitu cantik seperti putri. Wajah putih bersinarnya membuatku tak ingin berpaling. Sifatnya yang lembut membuatku jatuh hati.

Ah, apa yang kupikirkan tadi? Tak seharusnya pikiran itu ada di otakku.

"Ve, aku suka kamu. Apa kamu mau menerimaku?"

Astaga. Barusan aku ngomong apa ke dia?

Perasaanku jadi tak karuan seperti ini. Aku menyatakannya pada Ve. Aku baru saja bilang suka padanya!

Ini aku sudah gila atau apa ya?

Aku melihat dia terdiam, dan ia memandangku dalam diam dengan bola matanya yang hitam dan indah. Kena semprot nih aku sama Ve. Lagi lancang banget nih mulut pake jujur segala.

"Hahaha..." tawanya kencang dan geli. Kenapa dia tertawa? Akukan lagi nembak dia, dan kata-kataku juga benar. Aku suka sama kamu Ve, itukan kata yang keluar dari mulutku tadi. "Kamu pasti lagi becandakan?" lanjutnya.

"Hahaha...Iya," jawabku sambil tertawa garing.

Lalu Ve beranjak dari sofa dan masih tetap tertawa. Dia menaruh gelas bekas jus strawberry dan toples kacang mede ke dapur.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Sebenarnya aku sedang tidak bercanda, aku memang menyukaimu Ve. Tapi aku sadar diri, aku ini siapa, dan kita sudah seperti saudara karena saking dekatnya.

Apa tak ada tempat di hatimu untukku Ve?
.
.

Ve POV

Kejadian tadi pagi membuatku kaget. Karena Kinal menembakku. Aku benar-benar nggak ngerti dan nggak tahu harus ngomong apa.

Dan sekarang sikapnya jadi aneh padaku, dia seakan menghindariku. Seperti tadi disaat kami semua makan malam bersama. Kinal dengan cepat memakan makannya sampai habis, setelah itu dia pamit duluan pada kami semua untuk segera naik dan masuk ke kamarnya.

"Tumben mba Kinal langsung masuk kamar. Apa dia masih sakit?" ujar Shania yang menanyakan Kinal.

"Iya. Tumben banget," tambah Zara.

"Mungkin dia udah ngantuk karena pengaruh obat. Jadinya masuk kamar lebih cepat dari biasanya. Bukan begitu, Ve?"

"Em...Mungkin," jawabku ke Melody. Tapi entah kenapa mereka semua jadi melihatku. Apa ada yang salah dengan jawabanku? "Kenapa kalian melihatku seperti itu? Apa sikap anehnya Kinal malam ini karena salahku?!" kataku dengan kesal.

"Kok mba Ve jadi marah? Padahal kita gak nyalahin mba," tegur Vienny.

"Kalian memang gak ngomong langsung. Tapi tatapan mata kalian semua yang bicara seperti itu! Mentang-mentang seharian Kinal ada di rumah bersamaku, lantas kalian nuduh aku yang membuat sikap Kinal jadi aneh malam ini?!"

Aku beranjak dari kursi untuk pergi ke kamarku diatas. Setelah sampai kamar, aku duduk diatas tempat tidur dan memukul kasur dengan tanganku karena geram.

Lagian Kinal kenapa buat ulah sih? Pake buru-buru masuk kamar segala. Seharusnya dia biasa aja kalau ketemu denganku, nggak usah menghindar segala. Katanya cuma bercanda, tapi sok-sokan menghindar.
.
.

Kinal POV

"Loh, Ve kemana? Kok dia gak nonton TV bareng?" tanyaku pada semuanya. Karena tidak ada Ve di ruang tengah, ruang tempat kita semua berkumpul kalau sedang berada di rumah.

"Bidadari ngambek," jawab Zara.

"Kok kamu turun lagi sih, Nal? Bukannya kamu buru-buru ngabisin makan malam karena kamu ngantuk, terus pingin tidur di kamar?" ucap Vienny.

"Nggak. Aku buru-buru ngabisin makan malam dan langsung naik ke atas itu karena aku kebelet, pingin pup. Ya gak sopan aja kalau aku bilang di meja makan tadi kalau sebenarnya aku tuh kebelet."

Aku melihat semuanya tersenyum dan sedang menahan tawa. Lalu aku segera duduk di sofa untuk bergabung bersama yang lainnya buat nonton TV sebelum mereka masuk kamar dan pergi tidur.

Apa Ve ngambek karena aku ya? Atau dia sedang menghindar dariku? Ah, bodohnya aku. Cinta ditolak dan kini orangnya pun menjauhiku. Sungguh malang nasibmu nak-nak.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang