20

1.7K 106 18
                                    


"Semuanya udah kan Nay? Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Taya.

Aku memeriksa barang bawaanku sekali lagi.

"Udah."

"Bagus." Taya menutup bagasi. Tersenyum manis ke arahku.

"Seneng deh gue bisa anterin lo kayak gini." Taya merangkulku dan aku ketawa.

"Gue tau kok, lo nggak bisa hidup tanpa adik kesayangan lo ini." ledekku.

Taya mengerut. "Jaga diri. Seneng-seneng ya, salam buat..."

Taya menempelkan bibirnya di telingaku yang spontan membuatku geli. "...Eza." lanjutnya.

Aku memutar bola mataku. Dan dari jauh aku bisa melihat teman-teman gilaku itu menghampiri kami. Berpelukan dengan Taya dan nanya sana-sini tentang Paris seperti apa.

Aku melihat sekeliling. Anak-anak angkatanku udah siap dengan peralatannya masing-masing. Berpamitan dengan orangtua atau keluarganya dan ada juga beberapa yang sudah berkumpul bersama teman-temannya.

Mataku berhenti tepat dimana teman-teman Eza berkumpul. Tapi sayangnya, dengan kecangihan mataku ini, aku sama sekali nggak melihat adanya sosok Eza.

"Have fun ya kalian, ati-ati!" teriak Taya dan aku bersama teman-temanku bersiap masuk ke dalam bus.

Mang Didin membantu mambwa bawaan. Percaya padaku, Mang Didin satu-satunya penjaga sekolah yang teramat baik.

※※※

Selama tiga hari ke depan aku bersama anak-anak seangkatanku akan menghabiskan waktu di Lembang. Mereka sebut ini happy camp akhir tahun untuk angkatan kami yang sebentar lagi lulus.

Sekaligus perpisahan kecil-kecilan (kalau menurutku).

"Eh, absen dulu ya! Jangan pada ribut." Rado. Ketua kelas sekaligus teman sebangku Eza.

Kami semua diam menunggu setiap nama di panggil. Namaku disebut dan aku mengacungkan tanganku. Rado tersenyum dan mulai memanggil nama lainnya. Sayangnya, waktu nama Eza dipanggil ada sedikit perubahan yang aku lihat dari Rado.

Mungkin Rado tahu kemana Eza. Dan sengaja nggak mempermasalahkan keberadaan Eza lalu melanjutkan absen.

Aku berdecak. Ada rasa kecewa kenapa Eza nggak ikut. Dan kenapa juga Eza nggak bilanh kalau dia nggak ikut semalam. Kena sibuk mendengarkan musik sambil makan Pringlesnya.

Kayaknya aku harus memutuskan apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku bangkit dari dudukku, meskipun aku tahu Kena pasti sewot nanya aku kemana. Tapi aku sedikit nggak peduli karena aku penasaran kemana Eza.

Aku berjalan ke jok belakang bus. Rado masih berkutat dengann absennya dan mengafah saat melihatku duduk di sebelah bangkunya.

"Eh, Nay." sapanya singkat. Memfokuskan tatapannya pada kertas absen.

"Do?" Panggilku.

"Hmm?"

"Aku mau nanya boleh?" kataku berusaha kelihatan kalem.

Meskipun sebenarnya aku penasaran banget. Rado melirikku dengan senyumannya.

"Kenapa Nay?"

Aku menarik napas pelan sebelum bertanya. Kenapa rasanya tiba-tiba berat gini ya?

"Eza... nggak ikut?" tanyaku pelan. Agak takut juga kalau yang lain bakalan dengar pertanyaanku.

Sejauh ini teman-teman satu kelas melihatku dan Eza biasa aja. Mereka nggak tahu kalau aku sering menghabiskan waktu bersama. Dan mungkin cuma Kena yang tahu sedikit tentang itu.

HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang