21

1.7K 107 24
                                    

Attention: this is the long part that i ever write anyway, jadi siap-siap untuk terbawa arus kisah cinta Naya.

※※※

Revan tersenyum, menggenggam tanganku yang dingin. Ada kehangatan yang tanpa ku sadari menjalar dalam tubuhku, aku merasa Revan selalu datang dengan tepat.

"Kemarin macet jadi nggak ikut rombongan jadi aku langsung kesini. Nay, aku tunggu di luar ya sekalian ngurusin yang lain."

Aku ngangguk sambil tersenyum. Melepas tanganku dari tangannya. Revan, pergi ke arah tenda lain untuk bersiap.

Dan aku melirik dimana sahabatku berada. Mereka senyum-senyum nggak penting waktu aku menghampiri.

"Lo cocok banget Nay sama Revan."

"Udah jadiin aja!" teriak Dee semangat.

Aku geleng-geleng.

"Apaan sih kalian."

Aku ketawa. Siap-siap ganti baju dan senangnya kalau ternyata Kena sudah menjaga semua barang bawaanku selama aku ketiduran semalam.

Aku melihat sekeliling, dengan harapan yang sama.

Aku nyari kamu Za.

Fakta bahwa aku tetap merindukan Eza masih terus menyelimuti, aku ingat beberapa kata Eza ketika itu ada senyuman kecil di bibirku dan cepat-cepat aku menatap langit.

Waktu di rooftop, Eza pernah bilang setiap melihat langit pasti selalu ada harapan. Dan aku melakukan itu.

Za, ini harapan aku. Kalau kamu lihat langit juga, kira-kira kamu mengaharapkan harapan yang sama nggak ya kayak aku? Ada kamu atau enggak, semoga kamu masih ketawa-ketawa deh disana. Aku udah nggak kayak anak kecil lagi kan harapin yang nggak pasti kayak minta jodoh mirip Niall Horan atau Harry Styles?

Aku terkekeh membisikkan harapanku di dalam hati. Memejamkan mataku dan membisikkan harapanku.

Za, berharap banget kamu ada disini. Senang-senang sama aku dan anak-anak yang lain. Aku juga kangen ketawa kamu.

※※※

"Nay, gue sama yang lain keluar duluan ya." Kena keluar dari kamar ganti.

Dari tenda ke kamar mandi ataupun kamar ganti, butuh waktu beberapa menit karena jaraknya juga cukup jauh.

Seharian ini rasanya badanku kayak kelindas mobil. Bayangin aja, tadi pagi jalan keliling kebun teh dan foto-foto sampai capek. Siangnya main outbound dan games yang menurutku bisa dibilang menyenangkan juga.

Ini benar-benar melelahkan.

Karena ini malam terakhir sebelum besok hari Minggu acaranya selesai, malamnya sekumpulan panitia mengadakan nyanyi bersama dan api unggun sekaligus sambutan-sambutan dari para guru dan petugas OSIS.

Aku keluar ruang ganti. Mengganti pakaianku dengam joger pants, t-shirt hitam polos, dan jaket hitam--sejujurnya itu jaket Eza. Aku mengurai rambutku, membiarkannya menghirup udara segar Lembang.

"Hei." Sapa Revan yang tiba-tiba muncul di depanku.

"Hai, udah beres?" tanyaku. Revan mengangguk dengan senyuman mirip anak kecilnya itu.

"Baru beres, lagi siapin api unggun sama makan malam."

Aku jalan bersamaan bersama Revan. Aku melihat anak-anak panitia yang sibuk menyiapkan pembakaran.

HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang