25

1.7K 93 14
                                    


"Kenapa sih guru-guru tuh suka aneh gitu." protes Kena setelah Bu Dini keluar kelas.

"Aneh kenapa?" tanyaku. Memainkan handphoneku.

"Emang dikira kita apaan? Harusnya setiap guru mata pelajaran itu tau seberapa kita capek ngerjain tugas mereka."

Kena mendengus. Menaikan kakinya untuk sila di bangku. Ini juga salah satu kebiasaannya. Dan dia mulai membuka handphonenya untuk main games (kebiasaan lainnya).

"Apalagi akhir semester gini. Minggu depan kita ujian. Bagi rapot. Terus libur dan liburnya pun kita harus ngerjain tugas?"
omelnya lagi.

Aku ketawa.

"Itu kan makanan seorang pelajar Ken. Udah biasa kali." kataku santai.

Seberapapun aku mengelak, marah, ngomel sampai habis suara sekalipun, keadaan itu nggak pernah berubah.
Inilah pelajar. Memang udah jadi tugasnya juga untuk banyak tugas.

Dan untuk kali ini, aku mau menikmati tugas-tugasku di masa SMA sebelum aku lulus nanti.

"Lo tau? Semester kedua kita tryout, similuasi ujian komputer, tryout, les, tryout, simulasi ujian komputer lagi, terus UN, terus pembagian, terus? Kapan istirahatnya? Tiga bulan setelah ujian?" Kena mengomel lagi.

"Gila. Bisa mati kalau gini." lanjutnya, lagi-lagi.

Aku ketawa. Kena melirikku sinis.

"Lo kenapa lagi ketawa?" tanya Kena sebal.

"Nggak apa-apa. Lucu aja liat mulut lo manyun-manyun. Ngomel mulu." ledekku.

Kena cemberut. "Sebel gue, itu tadi gue curhat." gerutunya.

"Iya, iya, gue tau." aku merangkul Kena.

Ini hari Jum'at dan itu artinya seminggu yang lalu di hari yang sama aku sedang memikirkan kenapa Eza nggak ikut camping. Serius, waktu selalu berjalan begitu cepat. Dan minggu besok, aku ujian akhir semester.

Kena menyenggolku. Aku meliriknya.

"Apaan?" tanyaku. Aku melihat ke arah maksud Kena.

Eza?

Eza menghampiriku dengan santainya dan duduk di atas sudut meja.

"Hei, sorry ganggu." katanya.

"Ada apa Za?" Tanyaku.

"Ken, gue pinjem Naya bentar boleh ya?" bujuknya. Dan aku memandang Eza bingung.

Kena ketawa. "Ambil aja. Gue juga bosen liat dia mulu."

"Sembarangan." gerutuku. Kena dan Eza tertawa.

Eza melihatku. Mengisyaratkan aku untuk ikut dengannya. Oke, mungkin aku harus mengikuti apa maunya. Apa salahnya kan?

"Ken gue--" Kena memotong.

"Iya udah sana." potong Kena. Mau pamit aja di potong sama dia, dasar aneh tuh anak.

Aku berjalan mengikuti Eza. Dan berhenti di hadapannya dengan tatapan bingung.

"Kita mau ngapain?" tanyaku. Melipat tanganku di dada.

Eza melihatku santai lalu tersenyum. "Udah ikut aja."

Aku memutar bola mataku dan Eza tertawa pelan beberapa detik setelah itu dia menarik tanganku. Menggenggam tangaku erat. Rasa itu, begitu melakat dalam diriku. Genggaman tangannya menghangatkan tubuhku, dalam keadaan cuaca sedingin pagi ini maupun panasnya siang hari.

Aku tersenyum, detik ini juga aku menikmati genggaman tangan itu. Aku menyukainya.

※※※

HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang